; 0.6 ;

2.6K 654 257
                                    

Semuanya sekarang sedang berkumpul di kamar Baejin. Suasananya hening. Berita perihal hilangnya Hyunjin benar-benar mengejutkan mereka semua. Kira-kira siapa lagi selanjutnya?

Ada sepercik rasa penyesalan di hati Jeno. Pasalnya dia terus menerus menyalahkan Hyunjin. Jeno mana tahu bahwa korban kedua adalah Hyunjin?

Di atas kasurnya, Baejin memijat pelipisnya.

Apa yang udah bikin Hyunjin hilang adalah sosok yang kemarin?

Kalau saja Baejin tidak membuat Hyunjin kesal, mungkin Hyunjin tidak akan pergi keluar kamar.

Baejin yakin sekali, bahwa Hyunjin hilang karena sosok setan bertopi juga berkuku panjang itu.

"Siapa lagi selanjutnya? Gue? Haechan? Renjun? Jeno? Atau siapa?" tanya Jeongin, nadanya bergetar.

"Saran gue, kita dateng aja udah ke orang pinter." Celetuk Soobin.

"Lo ngomong gampang, lo fikir mudah bagi kita semua keluar dari asrama rame-rame?"

Soobin menggaruk kepala bagian belakangnya, bibirnya maju. Otaknya kembali berfikir untuk menemukan solusi. Tidak mungkin kan mereka semua diam saja ketika mengetahui keadaan yang semakin memburuk begini?

"Kenapa beda, ya?" suara Haechan sembari menggigiti kuku jarinya. Sudah menjadi kebiasaannya untuk menggigiti kuku jari ketika sedang berfikir.

"Beda apanya?" tanya Jaemin.

"Guanlin dibunuh, Hyunjin hilang."

"Bisa aja Hyunjin lagi keluar kan, terus dibunuhnya diluar." Ucap Han asal.

"Lo jangan bilang kak Hyunjin udah mati dong! Dia kan masih dinyatakan sebagai orang hilang!" marah Jeongin karena Han asal bicara. "Lagian lo juga chan, kata siapa kak Guanlin di bunuh?"

"Lo liat sendiri kemaren dia gi-"

"Ajal ga ada yang tau!! Orang lagi makan, olahraga, main game bisa koid langsung kalo udah takdir!"

Itu bukan Jeongin. Tapi itu Renjun.

Jeno menghela, dia menoleh ke arah Baejin yang terlihat sangat serius.

Kalau harus meladeni teman-temannya yang sedang berdebat, Jeno bisa ikutan emosi.

"Jin, lo mikirin apa?"

Tapi Baejin tidak merespon apa-apa. Dia cuma diam. Seolah telinganya tidak mendengar pertanyaan Jeno.

"Ok fine! Itu emang asumsi gue, kalo asumsi kalian berbeda ya ga masalah. Bukan urusan gue, makasih!" kesal Haechan.

Haechan lalu bangkit, dia hendak pergi karena sudah merasa sangat kesal. Tetapi sebelum pergi, Baejin mencegahnya. Menyuruhnya untuk duduk lagi di atas kasur milik Hyunjin.

Kini Baejin menatap teman-temannya satu persatu.

"Gue setuju sama asumsi Haechan."

"Loh?!"

"Diem dulu!" kesal Baejin. "Kemarin ada yang datengin gue, kayanya setan, wujudnya serem, bajunya hitam, pake topi, kukunya panjang. Terserah lo semua pada mau percaya, tapi gue ngomong jujur."

Restricted site? ;; Ft. 00Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang