Part. 12 - Fair enough for payback

6K 974 171
                                    

Baper dulu ama si Songong.
Have a good friday, Genks.

Happy Reading 💜


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Tristan memperhatikan Hyuna yang lebih pendiam dibanding biasanya. Sehabis pulang, Hyuna akan bercerita apa saja untuk didengar oleh mereka. Kali ini, selain dirinya yang pulang terlambat, ada yang tidak beres dan itu membuat Tristan gelisah. Apakah terjadi sesuatu saat perjalanan pulang ke rumah? Karena selama satu jam, alat pelacak yang dimiliki Hyuna sempat hilang kontak dan Tristan tidak sadar jika hal itu terjadi.

Mencoba memperbaiki lewat perangkat yang dimiliki, Tristan mencari dan melakukan pengaturan ulang. Sialnya, itu memakan waktu cukup lama. Jika bukan karena Milea yang pulang lebih awal dan sedang membuat makan malam, juga jam pulang Hyuna yang seharusnya sudah tiba sekitar 10 menit yang lalu, Tristan tidak akan semakin waswas.

Dia sampai meninggalkan perangkatnya untuk menjemput Hyuna dan berpikir untuk menelepon Hyuna nanti. Tapi ketika dia baru membuka pintu flat-nya, dia berpapasan dengan Hyuna yang tampak berantakan. Sorot matanya yang tampak kaget, ekspresi tidak suka, dan terlihat lelah, adalah perpaduan yang membuat Tristan merasa jika Hyuna mengalami sesuatu di luar jangkauannya.

Bahkan, Hyuna tidak mengeluarkan sepatah kata pun hingga sekarang. Dia segera menuju ke kamar, membersihkan diri, dan kembali untuk menikmati makan malam dengan diam. Milea dan Tristan saling berpandangan dalam tatapan bingung, lalu menatap Hyuna yang masih menunduk untuk menikmati makanannya tanpa minat.

"Na, lu baik-baik aja, kan?" tanya Milea dengan nada hati-hati.

Hyuna mengangkat kepala dan menatap Milea heran. "Emangnya kenapa lu tanya kayak gitu?"

"Nggak biasanya lu diem," jawab Milea.

"Gue bawel, lu komplain. Gue diem, lu bingung," keluh Hyuna dengan nada lelah dan kembali menunduk untuk menikmati makanannya.

"Lihat gue, Na," giliran Tristan yang bersuara, dan Hyuna spontan melakukan apa yang disuruhnya.

"Hm, gue tahu lu ganteng dan songong. Udah, nggak usah pamer muka tengil lu," balas Hyuna ketus.

"Gue sama sekali nggak niat becanda. Jujur sama gue, ada apa sama lu? Ada yang jahatin? Ada yang ngerjain? Kasih tahu sekarang!" desis Tristan dengan tajam.

Milea menoleh ke arah Tristan. "Bukannya lu harusnya tahu kalo ada apa-apa sama kita berdua? Kenapa lu malah tanya?"

"Bukannya kalian butuh kebebasan tanpa perlu diawasi?" sahut Tristan dengan alis terangkat, berusaha menutupi kecerobohannya dalam tidak memperhatikan alat pelacak keduanya secara teratur.

Lagi pula, memang seharusnya Tristan tidak perlu mengawasi mereka secara berkala. Mereka harus mandiri dan tahu bagaimana caranya melindungi diri. Dengan dirinya yang terus mengawasi lewat alat pelacak yang terpasang di ponselnya dan perangkat khusus sebagai pelacak utama, apa gunanya mereka berusaha untuk mandiri?

Tristan bahkan tidak sampai hati membiarkan mereka melakukan pekerjaan paruh waktu, tapi tidak ingin melarang, sebab itu sudah menjadi keputusan mereka. Dia hanya membantu dalam melakukan kemudahan tentang penerimaan mereka sebagai intern, lewat bantuan ayahnya saja. Meski cukup membuatnya kesal dengan tidak diperkenankan untuk bekerja di tempat yang sama, sehingga Hyuna dan Milea harus bekerja di tempat yang berbeda.

"Na, kalo ada masalah, cerita dong," desak Milea sambil menyenggol lengan Hyuna.

Hyuna melirik malas ke arah Milea. "Gue lagi nggak mood. Kayaknya mau dateng, makanya sensi. Udah ah, nggak usah ganggu gue."

Untie The KnotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang