Ayunda Amara. Gadis berusia 17 tahun yang saat ini duduk di kelas sebelas di SMA Pelita Jaya. Tubuhnya yang dibalut jaket oversize itu sedang melangkahkan kaki ke area gedung sekolah."HEY RARA!"
Amara tidak ingin menoleh. Dia sangat tidak ingin mendengar suara itu. Hingga, sebuah tangan menepuk keras bagian belakang kepalanya.
"Lo budeg ?!"
Amara hanya menunduk memandangi sepatunya. Bahkan untuk saat ini, sepatunya lebih pantas untuk dilihat di banding wajah iblis di sebelahnya ini.
"Angkat dong sayang kepala mu!" Tika memegang dagu Amara dan mencengkeramnya kuat, membuat Amara meringis kesakitan.
"Sa-kit..."
Tika memasang wajah remeh. Tangannya beralih ke belakang kepala Amara dan sesaat kemudian menjambak rambutnya.
"Tikaa, sakit!"
"Makanya kalau dipanggil itu denger! Lo punya kuping jangan di biasain tuli gitu!" Tika masih menjambak rambut Amara.
"Maaf..." cicit Amara.
"Apa? Gue gak denger!"
"Maaf!"
Tika melepaskan jambakannya kemudian beralih ke telinga.
"Harusnya lo cukup sadar diri untuk tinggal di sekolah ini lebih lama. Lo gak punya hak istimewa disini. Bahkan lo gak punya hak untuk mengabaikan gue." Bisik Tika di telinga Amara.
"Bawain tas gue!" Tika berjalan menuju kelasnya. Mengabaikan semua tatapan di sekelilingnya. Dia tidak pernah risih akan tatapan itu. Karena dia tau, tidak ada satu pun yang berani dengannya.
Amara masih mematung memandang ke bawah. Dia sudah cukup bertahan untuk waktu yang lama. Desakan air matanya meminta keluar.
"Ra, kamu kuat! Ayo bertahan sedikit lagi." Amara menyemangati dirinya sendiri. Hanya itu yang bisa dia lakukan. Untuk saat ini.
Amara berjalan menuju kelasnya dengan kepala tertunduk ke bawah. Beberapa pasang mata memperhatikannya dan ada juga yang tidak peduli. Membiarkan ia berjalan seorang diri meski lorong sekolah tidaklah sepi.
¤
Amara tidak menyukai jam istirahat. Bukannya dia sangat ingin untuk belajar, tapi jika di jam istirahat seperti ini akan ada orang yang sama yang akan mem-bully-nya.
"Enak banget bekalnya?" Tika sudah berdiri di depannya saat ini. Memain-mainkan rambut Amara dengan sedikit kasar.
"Makanan sampah kaya gini gak usah di makan, beli aja yang baru." Tika membuang bekal makanan Amara ke bawah. Sontak, teman-temannya Tika kompak tertawa.
Amara hanya diam. Menyaksikan bagaimana makanannya terbuang secara percuma. Padahal dia sudah susah payah membuatnya hari ini.
Bahkan, Amara harus bangun lebih dulu agar dia bisa memasak dan membawa bekal. Tapi lihat sekarang, makanan itu terbuang sia-sia bahkan sebelum Amara menelan satu suapan.
"Sorry, gue sengaja." Tika tersenyum remeh.
Amara masih diam.
"Diem mulu lo! Lo bisu hah?!" Tika menarik ujung rambutnya. Secara kasar tentu saja.
"Sa--kit..."
"Makanya jawab! Punya mulut jangan di jadiin pajangan!" Tika masih ganas menarik rambut Amara.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Find You
Teen FictionCukup kirim satu orang saja kepada ku. Yang benar peduli, walau hanya berkata "kau tidak apa?" Apa permintaan itu terlalu sulit? Aku hanya butuh satu orang saja...