Berawal di sebuah toko buku. Dimana Jingga menjumpai seorang perempuan yang sering merenung di ujung toko buku sambil memandang jalan di depan toko buku. Tatapan perempuan itu dalam. Seperti ada sesuatu yang tengah ia pikirkan. Namun Jingga tak berani mendekatinya.
Dua hari kemudian, Jingga datang lagi ke toko buku tersebut. Lagi-lagi ia melihat perempuan yang kemarin lusa ia lihat tengah berdiri menatap jalan di depan toko buku dengan tatapan kosong. Namun perempuan itu baru saja datang. Seperti yang kemarin Jingga lihat, perempuan itu menuju ujung toko buku dan berdiri lagi disana tanpa melakukan apapun. Hanya menatap ke luar dengan tatapan kosong. Hati Jingga mulai dihantui rasa penasaran tentang "siapa perempuan itu? Apa yang ia lakukan disitu? Apa yang sedang ia pikirkan? Masalah apa yang sedang menghampiri hidupnya sehingga dia seaneh itu?". Namun Jingga belum berani juga mendekati perempuan itu.
Satu minggu kemudian, Jingga datang lagi ke toko buku tersebut. Pemandangan yang tidak berubah sedikitpun. Perempuan itu telah sempurna berdiri di tempat biasa ia berdiri. Hati jingga semakin resah karena dihantui oleh rasa penasaran. Akhirnya, Jingga memberanikan diri untuk mendekati perempuan itu."hai.." sapa Jingga.
Sedikit kaget, perempuan itu membalas sapaan Jingga "oh hai.." balasnya.
"kau sedang apa?" tanya Jingga.
Tak menjawab, perempuan itu hanya menoleh menatap Jingga sambil tersenyum simpul, lalu menatap ke luar kembali.
"kau tidak apa-apa?" tanya Jingga tidak menyerah.
"tidak" jawab Perempuan itu.
"tapi kuamati beberapa hari ini, aku sering melihatmu di toko buku ini, berdiri disini, sambil menatap keramaian jalan di luar sana"
Perempuan itu seketika menoleh kepada Jingga seraya bertanya "kau memperhatikanku?"
"ya, kau selalu membuatku bertanya-tanya dengan apa yang kau lakukan ini" kata Jingga.
Lagi-lagi, perempuan itu hanya tersenyum.
"oya, kenalkan aku Jingga. Jangan takut, aku orang baik-baik. Bolehkan aku menjadi temanmu?" kata Jingga sambil mengulurkan tangannya.
Perempuan itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum dan berkata "namaku Erz. Mengapa kau ingin menjadi temanku? Kita baru bertemu hari ini"
"tidak apa-apa, boleh kan?" tanya Jingga.
"baiklah" jawab Erz.
"Erz, kau sedang bersedih?" tanya Jingga lirih.
"tidak" jawab Erz sambil menatap bintang di langit.
"apa aku harus percaya dengan jawabanmu?" tanya Jingga lagi.
"tentu" jawab Erz singkat.
"mengapa?" tanya Jingga lagi.
"kau lihat bintang yang melesat jatuh itu?" jawab Erz sambil menunjuk bintang yang jatuh.
"bintang itu pasrah saja dilesatkan oleh Tuhan, meski ia tak mengerti apa alasan Tuhan melesatkannya dari sana." lanjut Erz.
Jingga semakin bingung.
"apa maksudmu? Aku tidak mengerti" tanya Jingga lagi.
"aku harus segera pulang, sudah malam. Semoga kita bisa bertemu kembali" Erz pamit tanpa menjawab pertanyaan terakhir Jingga.
"baiklah, hati-hati dijalan Erz" sahut Jingga.
Erz menjawabnya dengan tersenyum lalu pergi.
Jingga semakin dihantui rasa penasaran. Merenungkan kata-kata yang diucapkan oleh Erz, hingga ia tidak bisa tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Asaku Berbaur Hitam Deritaku
Short StoryKisah pilu seorang perempuan yang berusaha ikhlas karena kehilangan.