O3. What makes you beautiful

838 160 28
                                    

Semenjak mendapati Chanyeol senang menjemputnya, aku selalu mengawasi dibalik balkon kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak mendapati Chanyeol senang menjemputnya, aku selalu mengawasi dibalik balkon kamar. Sekarang meja kerja satuku aku pindahkan untuk tetap bisa menjadi kamera pengintai dua sejoli itu.

Aku menutup laptop saat melihat Yoona telah keluar dari rumahnya dengan gaun yang ia perlihatkan kemarin. Rambutnya terurai dengan tas selempang yang menjadi pelengkap penampilannya.

Semenjak mengenal cinta, Yoona yang begitu masa bodoh dengan penampilan mendadak menjadi seorang fashionista. Ya, aku pikir inilah alasan mengapa makin hari aku semakin menaruh hati padanya. Walaupun jujur, aku lebih menyukai penampilannya yang sederhana tanpa polesan apapun di wajahnya.

Aku mengamati lama bagaimana ia menatap ponselnya sambil menghela nafas.

Dia kenapa?

Apakah Chanyeol terlambat menjemputnya?

Selanjutnya aku melihat dia fokus ke arah ponselnya. Hingga sebuah panggilan yang membuatku terperanjat kaget dan kesal setengah mati. Hampir saja aku berteriak lalu menghancurkan semua rencana mata-mataku.

Tapi, amarahku mendadak hilang saat melihat nama si pemanggil.

Deer menyebalkan.

“Sehun-ah, apa kau sibuk? Bisa menemaniku makan malam ini?"

Aku tidak tahu ini keberuntungan atau justru hanya belas kasih semesta karena melihatku terluka beberapa hari belakangan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak tahu ini keberuntungan atau justru hanya belas kasih semesta karena melihatku terluka beberapa hari belakangan?

Sekarang aku bersamanya.

Sedari tadi dia menatap kesal ke arah cermin bedak kecilnya saat menyadari ada bintik kecil di wajahnya.

"Tidak usah tutupi. Kamu masih cantik seperti itu." Kataku tak sadar saat terus memandanginya.

Dia mengalihkan pandangannya padaku lalu menaikkan alis menggoda, "Ah, sudah pintar merayu juga rupanya. Ternyata setelah berkencan kau bisa jadi normal juga."

Pipiku memerah, dia benar-benar menggemaskan dan cantik disaat bersamaan. Dia menyampingkan rambutnya yang terurai membuatku kewalahan. Andai bisa dunia membuatnya merasakan apa yang aku rasakan saat ini, mungkin dia juga akan menyerah.

Aku berdehem, berusaha mengalihkan topik.

"Tumben kau mengajakku makan malam?"

Yoona menghela nafas lalu menyeruput minumannya.

"Dia membatalkannya. Katanya dia ingin rekaman untuk debut musisinya."

"Oh, jadi sekarang tipe idamanmu berubah menjadi musisi?"

Ia mengangkat bahu lalu tersenyum tipis, "Ya, aku rasa."

"Yah, padahal aku sudah berusaha keras menjadi seorang pengusaha agar bisa sesuai dengan pekerjaan pasangan idamanmu." Ucapku seolah kecewa yang dibuat-buat.

Dia tertawa sambil mengetuk kepalaku dengan tangannya. Menyebalkan!

“Sifat merayumu simpan saja untuk kekasih barumu!”

Aku mengelus kepalaku pelan, "Padahal aku serius."

Perlahan matanya terlihat serius, "Benarkah?”

Aku tertawa kecil, "Ya, bercandalah. Kau percaya? Bodoh."

Aku meneguk soju ku lalu kembali berkata, "Aku mana mungkin menyukai gadis menyebalkan sepertimu.”

Dia mendengus kesal lalu kembali memakan steak pesanannya, “Siapa juga yang berharap disukai oleh lelaki monoton sepertimu? Jelaslah Chanyeol masih lebih menang daripada kau.”

Selanjutnya kami hanya larut dalam makanan masing-masing. Sesekali aku lihat Yoona menatap ponselnya lalu tersenyum sambil mengetikkan beberapa huruf pada layar ponselnya. Aku bisa menebak bahwa pesan itu pasti dari Chanyeol.

Memangnya siapa lagi yang bisa membuat bibir gadis itu robek karena terus-terusan tersenyum?

“Bagaimana perkembangan persiapan pernikahanmu?"

Walaupun menyakitkan tapi aku selalu mencoba untuk bersikap sewajarnya. Yoona terlihat menyimpan poselnya lalu tersenyum.

“Kemarin Ibu Chanyeol mengirimkanku design undangan kami. Kau tahu? Warnanya ungu, percis dengan warna kesukaanku.”

“Oh.” Balasku.

“Kau kapan melamar kekasih barumu?” Tanyanya.

“Huh?”

Dia berdecak sebal, “Kau ini tidak pekaan sekali. Kau tahu? Wanita senang dengan hal yang serius. Ikat dia di Altar agar di masa depan kita bisa saling menjodohkan anak kita.”

Anak kita?

Menjodohkan?

Ya, bukan artian anakmu dan Yoona!

“Aku tidak yakin dia mau.”

“Kenapa? Bukannya kalian saling mencintai?”

Aku menyimpan garpuku lalu menatapnya serius.

“Masalahnya dia di jodohkan dengan orang lain. Lantas, apa yang sepantasnya aku harapkan?"

Yoona meringis pelan, ia menyipitkan matanya lalu tersenyum seringai.

“Bagaimana kalau kau kacaukan pesta pernikahannya?"

“Aku tidak yakin akan berhasil.”

“Kenapa?”

“Karena dia juga menyukai lelaki yang dijodohkan Ibunya.”

Yoona mengelus pundakku.

“Kasihan sekali. Tapi, siapa sebenarnya gadis itu?”

Aku menatapnya lalu tersenyum tipis.

“Satu hari sebelum pernikahanmu. Aku akan perkenalkan kau dengan dia.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
fools gold | yoona sehun. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang