Seperti biasa nya jam istirahat sekolah di pakai Anna and friend's untuk nongkrong di kantin. Dan seperti biasa nya juga mereka langsung memesan makanan dan minuman, hanya saja kali ini menu yang mereka pesan berbeda. Bukan bakso dan es teh, melainkan mie jablay dan es jeruk.
Saat sedang asik-asik nya menyantap mie jablay nya, terdengar suara Gibran memanggil.
“ Anna! ”.
Dan entah sejak kapan Gibran sudah berada tepat di belakang Anna. Saat itu juga Anna gelagapan dan merasa gugup, takut nya kalau ada cemong di wajahnya. Tapi tak lama kemudian dia kembali normal lagi setelah mendapat kode dari teman-teman nya kalau wajah nya bersih.
“ Eh ada apa Gib? ”.
Gibran tersenyum “ Eh maaf, lo selesain aja dulu makannya, entar gue cari lo lagi ” Gibran bersiap-siap beranjak dari sana tapi Anna refleks menahan Gibran dengan memegang pergelangan tangan cowok itu.
“ Eh nggak apa-apa kok. Ada apa sih? Jangan bikin gue kepo deh Gib ” Anna segera beranjak mengajak Gibran menjauh dari sana.
“ Mmm...soal entar siang, maaf banget gue nggak bisa bantuin lo. Gue kelupaan kalo siang ini gue juga ada rapat tim basket buat persiapan pesta perekrutan nanti malem. Nggak apa-apa kan? ” Gibran terlihat menyesali keadaan dan Anna juga tidak bisa berbuat apa-apa.
“ Oh...enggak apa-apa kok. Pesta itu ya? Yang katanya mau di bikin kayak pesta ultah tim pake berpasangan segala? ” Anna berusaha menerima keadaan dengan tersenyum.
“ Iya. Kok lo tau sih ada acara begituan segala? Gue sendiri sebenernya juga nggak terlalu setuju, jadinya kayak bukan tim ekskul olahraga gitu. Tapi mau gimana lagi, suara terbanyak selalu menang kan? ”.
Anna mengangguk membenarkan ucapan Gibran “ Enak ya Oliv sama Rea bisa ikut. Merek kan cheerleader. Terus—” Anna sebenarnya malu untuk bertanya, tapi rasa malu nya kalah dengan rasa penasaran nya “ Lo sendiri gimana? Udah dapet pasangan? Ah pasti udah dong ” muka Anna benar-benar merah sekarang dan dia menunduk dalam-dalam berharap Gibran tak melihatnya.
“ Nggak tuh ” jawab Gibran santai. “ Malah rencanya gue nggak bawa pasangan, biarpun dihukum juga nggak masalah. Dari pada— ” Gibran menggantungkan ucapannya.
“ Dari pada apa? ”.
“ Dari pada— ” Gibran ragu-ragu “ Jadi masalah...”.
“ Kok gitu? Emang nya siapa yang mau masalahin soal itu? ” tanya Anna sok polos.
“ Ada deh, kepo lu...”.
“ Eh siapa sih? Entar gue nggak bisa tidur lho mikirin itu...lo kan tau sendiri kalo gue udah kepo kayak mana ” rengek Anna.
Gibran menatap nya dalam-dalam sampai Anna berpikir saat ini Gibran sedang membaca pikiran nya. Dia pun segera memalingkan wajah nya ke tempat lain.
“ Sebenernya gue pengen banget ngajak seseorang, tapi— ”.
Anna dengan cepat kembali menoleh menatap Gibran “ Tapi kenapa? ”.
“ Takut ”.
“ Takut? ” ulang Anna dan Gibran mengangguk.
“ Takut kenapa? ” tanya Anna “ Takut ditolak sama orang yang mau lo ajak? Kalo nggak berani bilang entar nyesel lho ”.
Gibran terdiam.
“ Menurut gue sih mending dicoba dulu. Jangan takut di tolak. Dari pada nyesel seumur hidup ” tambah Anna. Anna juga sebenarnya bingung sendiri kenapa dia harus memberi nasehat seperti itu pada Gibran. Yang jelas dia tidak siap kalau Gibran menyebut nama salah satu teman nya atau cewek mana pun.
Gibran tersenyum bijak “ Ah udah lah nggak apa-apa. Entar kalo jodoh juga pasti bakal bisa ketemu caranya, ya kan? ”.
“ Iya juga sih ” jawab Anna setengah setuju. “ Enak ya kalo ada yang ngajak dateng. Bisa tau ceremony nya kayak gimana. Sayang nya gue bukan anak basket atau cheerleader , nggak mungkin bisa dateng. Entar kesan nya malah kayak tamu nggak di undang hahaha...” ujarnya sambil tertawa getir.
“ Lo beneran pengen dateng? ” tanya Gibran menyelidik.
“ Eh nggak juga. Tapi iya juga sih. Pasti seneng kalo bisa dateng. Tapi nggak mungkin dong gue nyari-nyari anak basket biar mau ngajakin gue ” kata Anna sok imut.
“ Kalo lo nggak keberatan, dateng sama gue mau nggak? Kalo lo nggak keberatan lho...”.
Anna sedikit terkejut dengan ucapa Gibran “ Eh beneran? Pasti mau dong. Tapi lo seriusan kan ngajak nya? Jangan-jangan lo cuma lagi ngeledekin gue aja nih ”.
Gibran tersenyum penuh arti “ Gue serius banget. Tapi boleh nggak kira-kira sama orang tua lo? Masalah nya kan acara nya malem, gue nggak mau nanti lo malah kena marah ”.
“ Soal itu gue bisa jelasin, orang tua gue nggak terlalu ketat kok ” Anna tersenyum lebar sekarang.
“ Oke! Jam tujuh malem gue jemput lo ya...dandan yang cantik. Tapi lo nggak dandan juga udah cantik kok. Sampe ketemu entar malem...bye ” Gibran melangkah riang pergi dari sana meninggalkan Anna dengan senyum maut nya yang mampu membuat Anna jatuh hati pada Gibran.
Anna tidak mampu berkata-kata saking bahagia nya dia sekarang. Rasa nya jantung dan hati nya seperti akan melompat keluar mengikuti kemana Gibran pergi. Ingin rasa nya Anna teriak-teriak bahkan guling-guling.
Saat kembali ke teman-teman nya Anna tidak bisa menyembunyikan perasaan senang nya dan duduk memeluk Della dengan girang sampai lupa dengan mie nya yang ternyata sudah di habiskan oleh Sesil lagi.
Scroll—
KAMU SEDANG MEMBACA
THE END
Teen FictionApa yang lebih berat dari mencintai dalam diam dan selalu berharap namun tak tahu apakah harapan itu akan menjadi kenyataan??? Present - THE END By : GembelKhatulistiwa31 2020