DELAPAN

22 5 0
                                    

Kirana tidak bisa hanya diam saja, setelah semalam kedatangan tamu tak diundang yang nyaris membuat dirinya pingsan andai saja tak ingat bahwa adiknya tengah tertidur pulas.

Kirana harus segera bertindak, mencari pekerjaan tambahan adalah solusi. Dan Amanda dengan baik hatinya merekomendasikan dirinya untuk bekerja di tempat paman gadis itu.

Hari ini, Kirana diantar Amanda menuju tempat bekerja.
Amanda membimbing Kirana memasuki bangunan yang kelak akan menjadi tempat ia bekerja.

"Ayo Kirana, aku kenalin ke Pamanku." Kirana mengangguk, mengikuti langkah Amanda.

"Pamanku jomblo lho." Ucap Amanda tiba-tiba.

Kirana mengangguk.

"Padahal dia ganteng lho, tapi jomblo. Percuma ya kegantengannya itu."

"Fokus karir." Sahut Kirana tiba-tiba.

"Eh?"

"Iya. Kalo cowok jomblo padahal udah mateng mungkin karena dia lagi fokus ke karir." Jelas Kirana.

"Paman!" Amanda memanggil pamannya yang tengah mengecek pekerjaan pegawainya. Tangan Amanda melambai.

Kirana mengikuti arah pandang Amanda, lelaki tinggi dengan tubuh sedikit berisi, "Iya." Lelaki itu tersenyum kemudian mendekat ke arah mereka.

Kirana menundukkan kepalanya, sejujurnya dia susah untuk berdekatan dengan laki-laki. Namun, keadaan memaksaknya bukan? Mau tak mau ia harus melakukan hal ini.

"Paman, ini temenku, Kirana. Yang kemaren Amanda ceritain." Kirana mengangkat wajahnya tersenyum tipis kepada pria itu.

Mengulurkan tangan, "Kirana."

"Reyhan. Semoga kamu betah ya. Amanda sudah cerita semuanya, saya sangat memahami keadaan kamu. Jadi bekerjalah dengan nyaman, jangan sampai membuatmu tertekan." Kirana mengangguk mendengar tutur lelaki tersebut.

***

Kirana mengatakan bahwa ia juga bekerja menyetrika setiap hari minggu. Sehingga agar sambil belajar hal yang lain, Reyhan memberinya tugas yang ringan yaitu menyetrika pakaian para pelanggannya.

Meski baru sebentar Kirana bekerja namun ia melakukan dengan baik pekerjaannya, membuatnya mendapat pujian dari rekan kerjanya yang lain. Kecepatan Kirana bekerja juga membuat pekerjaan mereka lebih cepat selesai.

"Jadi, kamu bekerja hanya setelah pulang sekolah?" Tanya Rika, salah satu teman kerjanya.

Kirana mengangguk, "Iya mbak, bentar lagi selesai kok sekolahnya. Tinggal ujian-ujian aja."

"Tapi, bukannya kamu harus fokus belajar ya, bukan malah kerja kayak gini?" Rika bertanya penasaran.

Kirana mengangguk dan tersenyum tipis, "ya gak papa kali mbak, kalo kerja pas ujian."

Kirana mengerti, temannya satu ini memiliki jiwa keingintahuan yang besar, namun tentu saja Kirana tak bisa menceritakan kehidupannya yang menyedihkan.

***

Kirana lelah, ia pulang larut setelah menyelesaikan pekerjaan terakhirnya. Kano telah menungguinya.

"Mbak baru pulang?" Tanya Kano. Ia duduk dengan piring kosong di depannya.

Kirana mengangguk, "Ibu gak masak?"

"Ibu belum pulang." Jawab Kano lesu.

"Kemana?"

Kano mengangkat bahunya sebagai jawaban.

Menghela nafas lelah, Kirana mengusap puncak kepala Kano, "mbak gorengin telor ceplok aja ya?"

"Iya." Jawab Kano singkat.

Kirana berjalan lunglai menuju dapur, menggoreng telor yang selalu tersedia untuk berjaga jaga. Kirana lagi lagi menghela nafasnya.

Kemana ibu? Kok belum pulang? Kirana bertanya tanya, karena seburuk apapun yang telah dilakukan ibu. Kirana tetap menyayangi ibu.

Kirana, menghidangkan Telor ceplok untuk kano.

"Kano kalo besar mau jadi apa?"

"Emmmm gak tau mbak. Mbak Kiran mau jadi apa?"

"Emmmm... mau jadi apa ya? Mau jagain Kano aja."

"Kenapa gitu?"

"Karena Kano adalah salah satu alasan yang membuat mbak bertahan sampe sekarang."

"Kano sayang sama Mbak." Kano memeluk Kirana.

"Mbak juga sayang sama Kano. Kano jadi anak yang baik ya."

Kano mengangguk mengerti.

***

See you next chapter

Salam,

Lintang AksamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang