8

973 181 21
                                    

***

Kali ini di kantornya. Jiyong tengah berdiri di tengah-tengah ruang meeting bersama empat temannya. Jiyong berdiri di depan sebuah papan tulis kaca dengan lima foto utama disana– foto Jungkook, Lisa, Rose, Mino dan Bobby. Di sudut ruangan, dekat mesin kopi yang sedang bekerja Seungri tengah berdiri– membuat kopi. Di kursi beroda yang paling dekat dengan Jiyong ada Yongbae yang memperhatikan Jiyong. Sementara di sisi kanan meja panjang, ada Daesung dengan rubik kubusnya dan terakhir di sudut ruangan paling belakang ada Seunghyun yang duduk di atas kursi berodanya, menyendiri di tempat yang paling jauh dari teman-temannya.

"Aku tidak mendapatkan apapun," ucap Jiyong mengawali penjelasannya akan kasus Jeon Jungkook itu. "Mereka berempat punya motif yang sama kuat untuk menyingkirkan Jungkook. Tapi di luar itu semua, penginapan itu seolah telah didesain untuk membunuh. Tempatnya sangat sepi karena itu di dekat daerah yang akan di bangun ulang. Tidak ada CCTV, dan yang lebih buruk, pintu depan rumah itu selalu terbuka sampai pukul sebelas malam. Siapapun bisa masuk ke sana tanpa perlu meninggalkan sidik jarinya di kenop pintu,"

"Kalau begitu pencuri bisa keluar masuk dengan mudah. Seorang pencuri masuk, membunuh Jungkook lalu pergi, mudah kan?" komentar Daesung, sangat santai hingga Seungri sadar apa alasan Daesung di tugaskan menjaga meja resepsionis.

"Hyung, racun botox harganya seribu kali lebih mahal dari rubik yang kau pegang itu. Untuk apa pencuri mengeluarkan modal sebesar itu hanya untuk merampok rumah kost bobrok?" cibir Seungri yang sekarang mengantarkan satu persatu kopi untuk teman-teman yang sedikit lebih tua darinya.

"Bisa saja, kalau pencuri itu di bayar untuk membunuh seseorang," ucap Daesung bersikeras. "Tapi kalau begitu, dia bukan lagi pencuri, dia pembunuh bayaran," tambahnya dengan nada bingung di setiap katanya.

Daesung terdengar kebingungan dan saat itu lah Jiyong membeberkan apa yang ia pikirkan. Jiyong menambah satu lagi tersangka– Jennie Kim. Pria itu merekatkan foto Jennie di bawah foto Mino kemudian berujar, "bagaimana kalau wanita kaya ini ingin menyingkirkan batu sandungannya tapi dia salah sasaran?" pancing Jiyong.

Jiyong menjelaskan, mengatakan kalau Jennie mungkin saja ingin membunuh Mino karena Mino mengetahui tentang perselingkuhannya. Tapi sayangnya, pencuri– seperti teori yang Daesung katakan tadi– yang Jennie sewa, ternyata salah membunuh orang.

"Itu bodoh, sangat bodoh kalau benar-benar salah sasaran," komentar Yongbae namun Seunghyun berpendapat kalau kebodohan itu mungkin saja terjadi. Tidak semua orang– bahkan orang kaya sekalipun– berbakat jadi pembunuh. "Tapi Jennie bekerja di perusahaan besar, kenapa orang yang bekerja di perusahaan sebesar itu menyewa pembunuh bayaran yang bodoh?"

"Dia takut perselingkuhannya ketahuan, apa dia akan memberitahu orang-orang di perusahaannya yang besar itu kalau dia akan membunuh seseorang? Kalau dia takut ketahuan, dia pasti akan merencanakan ini sendirian dan menyewa pembunuh bodoh- mungkin hanya itu yang dia pikirkan? Membayar seseorang yang baru saja keluar dari penjara?" desak Seunghyun, membuat Yongbae terpaksa memikirkan kemungkinan itu. "Dan tebak siapa mantan narapidana yang belum lama ini bebas," tambah Seunghyun yang kemudian menekan layar handphone dalam pegangannya, membuat handphonenya terkoneksi dengan layar proyektor yang kemudian menampilkan foto Lisa di sana. Bahkan Jiyong terkejut melihat foto itu.

"Tidak sulit mendapatkan informasi ini," ucap Seunghyun di saat keempat temannya masih terkejut dibuatnya. "Lalisa Jang, di tangkap lima tahun yang lalu atas tuduhan penipuan, ia baru bebas tahun lalu. Tempat pertama yang ia datangi setelah bebas adalah rumah abu tempat seseorang yang memenjarakannya di semayamkan,"

"Siapa yang melaporkannya dan kenapa dia tewas?" desak Jiyong, luar biasa penasaran.

"Kim Namgil, paman Kim Bobby, dari pihak pria, meninggal satu tahun lalu karena overdosis obat. Kim Namgil cukup kaya, dia punya agensi entertainment, belum menikah, belum punya anak dan Kim Bobby adalah salah satu ahli warisnya. Dia mendapat seper empat bagian dari kekayaan pamannya, luar biasa bukan?" ucap Seunghyun menjelaskan hasil pencarian yang Jiyong minta beberapa waktu lalu. "Pamannya telah memenjarakannya, kemudian setelah tahu kalau Kim Namgil tewas, ia tinggal tepat di sebelah kamar kost keponakan Kim Namgil, apa itu kebetulan?"

"Apa ada kemungkinan mereka pernah bertemu sebelumnya? Sebelum Lisa mulai tinggal di rumah kost itu," tanya Jiyong dan Seunghyun menggelengkan kepalanya. Kini Jiyong dapat menghela sedikit nafas lega. Lisa mungkin tidak tahu kalau Bobby adalah keponakan dari pria yang telah menuntut dan membuatnya di penjara selama empat tahun.

"Mereka tidak pernah bertemu sebelum Lisa pindah, tapi sepertinya Lisa tahu kalau Kim Bobby adalah keponakan Kim Namgil, karena itu dia mendekatinya," tambah Seunghyun yang sekarang menunjukkan rekaman CCTV di rumah abu itu– gambarnya menunjukkan Lisa yang tengah memperhatikannya Bobby dan abu pamannya dari jauh.

"Tidak masuk akal!" seru Daesung. "Jennie ingin membunuh Mino dan dia menyewa Lisa, tapi Lisa tidak bisa membedakan antara Mino dan Jungkook? Itu tidak mungkin," revisi Daesung dan entah kenapa Jiyong merasa sangat bersyukur karena ucapan itu. Jiyong bersyukur karena praduga kalau Lisa yang membunuh Jungkook masih bisa di bantah. "Bagaimana kalau yang membunuh Jungkook adalah suami Jennie? Itu juga masuk akal kan? Astaga! Kenapa semua orang punya motif untuk membunuhnya? Sebenarnya apa saja yang ia lakukan selama ia hidup!"

"Kau terlalu berlebihan, jangan menghakimi hidupnya, dia tetap korban," tegur Jiyong yang kemudian memperhatikan kembali foto-foto dalam papan kacanya. "Lisa tidak punya alasan untuk membunuh Jungkook, kecuali kalau ia harus selalu membunuh orang yang tidak ia sukai atau tidak menyukainya. Jungkook tidak memberi pengaruh apapun pada hidup Lisa, setidaknya begitu yang aku tahu. Bobby menyukai Lisa, kurasa dia tidak tahu hubungan diantara Lisa dengan pamannya. Tapi Jungkook mendekati Lisa dan Bobby marah karenanya, cemburu. Aku bisa melihat kecemburuan itu dengan sangat jelas. Mino sudah pasti membenci Jungkook, motifnya yang paling kuat. Dia dipecat dan diancam karena Jungkook, karena dia mengancam bos yang berselingkuh dengan Jungkook. Sementara Rose, dia ada di antara benci dan cinta. Dia sering mengeluhkan Jungkook– Jungkook boros dan tidak setia– tapi dia tidak bisa meninggalkan Jungkook karena dia juga mencintai Jungkook. Malam itu mereka bertengkar karena Jennie dan kalau saat itu Rose meledak, mungkin saja untuk Rose menyingkirkan Jungkook disaat semua orang sudah tidur. Sementara Jennie... Dia bisa saja salah membunuh orang, aku harus bicara dengannya,"

Seunghyun mengatakan kalau Jiyong tidak akan bisa bertemu dengan Jennie. Kecuali ada panggilan dari polisi rasanya Jennie tidak akan sudi membantu penyelidikan itu. Terlebih kalau harus bicara pada detektif swasta yang di sewa seorang mantan narapidana. Seunghyun sangat yakin kalau Jiyong tidak akan bisa mendapatkan apapun dari Jennie. Sayangnya, Jiyong hebat karena keras kepalanya. Jiyong balas bersikeras kalau ia pasti bisa bicara dengan Jennie.

"Aku akan membuatnya bisa menemuiku. Kirim file kasus Lisa padaku," tegas Jiyong. "Aku harus tahu apa yang ingin gadis itu tutupi dariku," ucapnya.

"Kalau dia pembunuhnya, bagaimana dengan perasaanmu?" tanya Yongbae, memecah keheningan di saat Jiyong tengah berusaha meyakinkan kepalanya sendiri kalau gadis yang pernah ia kencani itu tidak mungkin membunuh seseorang. "Apa kau akan baik-baik saja? Kalau ternyata benar dia pelakunya– kau siap?"

"Aku akan mempersiapkan diri."

***

Help Me, Monsieur!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang