Potongan Masa Lalu

46 8 1
                                    

[Flashback]
Pak Abel tiba di kantor beberapa menit setelah Jenn memasuki ruangan Zavier. Semua karyawan menyapa hormat pada sang pemilik sekaligus pendiri perusahaan itu. Pak Abel orang yang sangat ramah, berbeda dengan anaknya, Zavier. Semua karyawan takut dengan sosok Zavier, karena pembawaannya yang dingin. Kalau saja mereka mengenal Zavier lebih awal, Zavier merupakan sosok yang membosankan, menurut pak Abel.

" Selamat siang, pak?", Sapa Sania- sekretaris Zavier.

" Siang?", Jawab pak Abel sembari melihat jam di tangannya berusaha menggoda wanita itu.

" Siang menjelang sore, pak.", Koreksi Sania yang membuat pak Abel tertawa.

" Apa Zavier sudah berangkat ke Bandung?", Tanyanya sambil berjalan menuju lift diikuti Sania.

" Sudah sejak pagi tadi, pak. Apa pak Zavier tidak berpamitan kepada bapak?", Tanya Sania asal. Lagi-lagi lelaki paruh baya itu tertawa.

" Zavier pamit ke saya? Mustahil. Dan sangat langka.", Ucapnya.

" Semenjak saya suruh mengambil alih perusahaan dia jarang pulang ke rumah, mungkin sesekali kalau sempat. Setiap kali pergi ke luar kota hanya ijin lewat telepon, itu saja saat perjalanan pulang. Memang kurang ajar anak itu.", Jelasnya kemudian.

Apa benar pak Zavier seperti itu?- tanya Sania dalam hati.

" Tapi, saya paham.. dia jarang di rumah karena sibuk ngurus kantor. Dia juga punya apartemen sendiri, kalo nggak mungkin numpang di rumah temannya. ", Sania mengangguk setuju.

Begitu tiba di depan ruangan anaknya, ia meminta sang sekretaris untuk turun. Karena ia ingin mengecek ruangan itu sebentar. Raut wajah Sania sedikit was-was mengingat ada seorang wanita di dalamnya.

" Sania, kamu turun saja lanjutkan pekerjaan kamu. Saya cuma mau cek ruangan Zavier.", Perintah pak Abel.

" B-baik, pak. Permisi.", Sania pamit pergi.

" Zavier............ ASTAGA?!!!"

Begitu membuka pintu, ia di kejutkan dengan keberadaan tiga orang yang sedang menikmati makanan. Satu diantaranya adalah seorang wanita cantik menurutnya. Ia melihat sekeliling dan ia baru sadar kalau ruangan ini sedang di renovasi.

Cantik. Apa dia desainer muda itu? Anaknya Pandu? Sebuah kebetulan.- gumamnya dalam hati.

" Selamat siang, pak? Saya minta maaf sudah lancang makan di ruangan ini.", Ucap Jenn tak enak hati. Ia menunduk minta maaf, begitu juga dua karyawannya.

" Ah, santai saja. Jangan sungkan, lanjutkan saja.", Suruhnya.

Jenn menyudahi acara makannya.

" Jadi kamu desainer muda yang di sewa anak saya?", Tanya pak Abel.

Jenn mengangguk, " ya, benar. Saya Je--- Maksud saya Zareen."

" Zareen? Saya Abel, ayahnya Zavier. Jadi, kamu masih kuliah juga?", Pak Abel memperhatikan hasil karya dari Jenn dan anak buahnya.

" Iya, saya masih kuliah. Yang saya dengar, pak Zavier juga kuliah di kampus yang sama dengan saya, hanya beda Fakultas.", Jawab Jenn.

" Panggil Zavier saja, kalian seumuran. ", Jenn mengangguk ragu.

" Sangat cantik. Ruangan ini terlihat lebih hidup. Kamu sangat berbakat..... Apa ini sudah selesai?", Pujinya sambil mengelus pucuk rambut Jenn. Anak buah Jenn tampak membereskan peralatannya.

" Kebetulan sudah, pak. Kalau begitu, kami permisi, pak. Mbak Jenn?", Pamit keduanya.

" Apa kamu juga mau pulang sekarang?", Seru pak Abel.

The Power of Destiny 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang