Die Antwort (Jawaban)

38 1 0
                                    

Cerita ini diikutsertakan ke lombat LCDP X dalam rangka ulang tahun LCDP ke-10. Baca cerita lainnya di eliteralcdp.wordpress.com

Langit kelabu hadir sebagai bagian dari musim dingin. Pepohonan yang sebelumnya rindang kini meranggas hampir tanpa daun. Titik-titik salju jatuh perlahan dari awan yang menggumpal tenang.

Kehidupan tampak sirna dari dunia. Kanopi hutan yang penuh oleh batang dan ranting kering memberika nuansa kegelapan yang kontras dengan kemurnian warna putih salju yang menyelimuti tanah lapang. Hamparan kosong tersebut terbentang dari ujung rimba hingga mendekati kumpulan mobil hitam yang terparkir.

Angin berembus mengibarkan bendera swastika Hakenkreuz Nazi kecil yang terpasang di kedua sisi kap mobil sedan Benz. Tiupan udara dingin tersebut tidaklah biasa dan semua orang berseragam militer segera mendongakkan kepala karenanya. Sosok hitam di langit perlahan turun ke arah mereka.

Sebuah helikopter Flettner Kolibri berbaling-baling ganda melakukan pendaratan di ujung landasan beku. Semburan salju menyebar ke segalüa arah dan membuat para prajurit yang menunggu melindungi mata mereka. Salah satu pria berseragam menunggu di sebelah mobil sedan sembari memegangi topi dinas agar tidak terpental dari kepalanya.

Kendaraan terbang tersebut terlihat sangat sederhana. Kedua baling-baling terpasang pada mesin besar di tengah. Di belakangnya, terdapat ekor tebal yang berujung pada sirip penyeimbang. Di depannya, terdapat kokpit dengan kaca pelindung. Tiga kaki penopang dilengkapi roda yang segera menahan beban ketika menyentuh tanah.

Bunyi mesin memadam. Si pilot memanjat keluar dengan dibantu tangga pendek yang disediakan petugas landasan. Ia menukar tudung berkacamata pilot dengan topi dinas. Ia kemudian membuka kotak samping mesin dan mengeluarkan dua koper besar. Ia segera bergegas ke arah mobil.

Si penunggu mobil memberi hormat Nazi. Senyuman lebar pun ia berikan. "Selamat datang, Sturmbannführer. Namaku Scharführer Anton Grimminger. Aku akan mendampingimu selama acara ini. Biar aku bawakan kopernya."

"Tidak, tidak perlu, Scharführer." Sang perwira justru menarik tangannya. "Aku bisa menanganinya sendiri. Bantu aku masuk mobil saja."

"Baik, Sturmbannführer. Silakan." Pintu mobil dibukakan. Sang kapten menaruh kedua koper dan mengusir salju dari jaket trench coat yang ia kenakan sebelum menyelinap masuk. Pintu ditutup dan Grimminger beralih ke kursi supir. Mobil segera beranjak meninggalkan landasan.

Scharführer Grimminger mengintip keadaan penumpangnya sepanjang perjalanan menelusuri jalan beton di tengah hutan. Kaca spion tengah menunjukkan sang kapten berseragam hijau tua tersebut sedang memandang ke luar jendela.

"Kamu tidak perlu memata-mataiku seperti itu."

Grimminger langsung memalingkan wajah. "Maaf, Sturmbannführer."

Sang kapten melirik ke spion."Kita belum berkenalan. Namaku Johann Riegel. Kau bisa memanggilku sesuai kode etik pangkat."

"Baik," balas Grimminger singkat. Tetapi ia tidak bisa menahan kelanjutan ucapannya, "Harus kuakui, Sturmbannführer, kedatanganmu adalah yang paling istimewa. Aku sudah menyaksikan kedatangan banyak pejabat tinggi dengan konvoi mobil, kendaraan tempur, dan pesawat seharian ini, tapi tidak ada yang menandingi seseorang yang tiba dengan memiloti sebuah helikopter sendirian. Terkecuali Obergruppenführer Heydrich yang memiloti pesawat sendiri."

"Aku merasa tersanjung," balas Riegel datar.

"Semuanya sudah berkumpul di vila. Beberapa bahkan sudah menginap sejak kemarin. Petinggi kepolisian Schutzstaffeln, partai, bahkan pemerintahan kolonial wilayah timur. Beberapa juga orang-orang hukum. Apa kau seorang Rechtmann, Sturmbannführer?"

Die Antwort (Jawaban)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang