Santa Claus Panic!

33 2 0
                                    

Namaku Do Kyungsoo. Atau mereka biasa memanggilku Kyungsoo. Hari ini adalah hari natal. Tepat saat salju pertama kali turun pada tahun ini, tepatnya Bulan Desember di Seoul. Kini aku sedang berada di depan jendela. Menatap bulir - bulir salju yang berlomba-lomba mencapai tanah dan menutupi sepanjang jalanan Kota Seoul. Sepi. Sendirian.

Ya, aku tinggal sendirian di apartemen yang besar ini. Asisten rumah yang sering membantu membereskan rumah pun pamit untuk pulang ke kampung halamannya untuk merayakan hari penuh suka cita ini dengan keluarganya.

Sudah beberapa tahun ini aku tak pernah merayakan natal dengan seseorang atau bahkan dengan keluargaku sendiri. Selama masa pubertasku pula aku tak mempunyai seorang pacar pun. Bahkan temanku pun sedikit.

Di sekolah aku memang pendiam. Banyak orang yang tak mengenalku karena aku terlalu pendiam. Bukannya aku sombong atau tak mau mempunyai teman banyak, aku adalah tipe orang yang terlalu pemalu. Mereka terkadang yang selalu memandangku aneh, hingga membuatku terkucilkan di rumah maupun di sekolah.

Aku juga tak suka dengan keramaian. Keramaian hanya membuat aku teringat suatu kejadian yang sangat ingin ku lupakan. Saat itu aku masih duduk di sekolah dasar. Dan hari itu musim dingin seperti sekarang ini. Aku pulang sekolah dengan menaiki bus, karena ayah bilang tak bisa menjemputku karena ada rapat perusahaan. Ketika aku berusaha mencapai halte bus yang tak jauh dari sekolah, tiba-tiba aku dihadang beberapa anak bertubuh lebih besar dariku. Yang kuketahui, mereka adalah anak-anak dari saingan perusahaan ayah.

Mereka memukuliku, menendangku hingga tak sadarkan diri di tepi jalan. Mereka membenciku karena aku adalah anak dari seseorang yang membuat perusahaan orang tua mereka jatuh miskin. Semua hal itu cukup membuatku trauma dan menjadi pribadi yang berbeda.

Dan jika kalian menanyakan mengapa aku tak merayakan natal dengan keluargaku? Jawabannya adalah aku tinggal di apartemen tersendiri, tidak dengan orang tuaku. Keluargaku terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan mereka di luar negeri. Alasan mereka untuk tidak pulang ke Seoul saat malam natal selalu sama dan tak pernah berubah setiap tahunnya. Mereka tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka. Lalu apa gunanya bawahan-bawahan mereka yang mencapai ratusan itu pikirku. Apakah sebegitu tidak percayakah mereka pada orang lain?

Pernah aku berteriak di telepon dan mengatakan mereka jahat tak pernah memikirkan anaknya yang sendirian di Seoul. Tebak apa yang mereka jawab? "Kami juga perlu mencari uang untuk segala kebutuhanmu, Kyungie. Kau juga sudah dewasa, besar dan bisa menjaga dirimu sendiri. Lagi pula masih ada asisten rumah tangga yang menjagamu. Mengertilah. Jika uangmu habis, hanya tinggal menelepon kami. Kami akan mengirimu uang yang lebih banyak."

Aku tak butuh uang mereka! Aku hanya butuh perhatian dan kasih saying mereka. Sebenarnya apakah mereka pernah mengerti jika aku di sini membutuhkan teman dan belaian kasih sayang dari orangtua? Ku pikir mereka takkan mengerti. Aku di sini bagaikan anak anjing yang terlantar mencari belas kasihan pada orang-orang yang melewatiku. Tapi tentunya aku takkan mau melakukan hal seperti yang anak anjing itu lakukan.

"Merry Christmas!"

"Ayah, Merry Christmas ya!"

"Ibu! Aku ingin mainan kereta itu buat hadiah natalku tahun ini!"

"Kakak, ayo kita ke bioskop! Aku ingin merayakan natal denganmu sambil nonton film terbaru itu!"

Suara-suara perbincangan beberapa orang tentang natal di pinggir jalan mulai hilir-mudik menyapa gendang telingaku. Aku hanya bisa menghela nafas. Kemungkinan besar natal tahun ini akan tetap suram seperti tahun-tahun sebelumnya.

Saat ini aku sedang menelusuri jalanan menuju ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan untuk merayakan natal. Yaah, walaupun hanya merayakan seorang diri, tak ada salahnya kan? Dengan kata lain mungkin aku berusaha menghibur diri dengan mencari kesibukan lainnya dengan hobiku –memasak- itu.

Santa Claus Panic! - KaiSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang