Kepingan 14 - Keberanian

57 7 27
                                    


Hal apa yang kau berikan, memori mana yang terbuang dan perasaan siapa yang disalahkan?

Hal apa yang kau berikan, memori mana yang terbuang dan perasaan siapa yang disalahkan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kastil Bran.
BERDIRI menghadap jendela besar yang terpasang di kamar, Eunha menatap lurus suasana luar yang terhias oleh ratusan pohon menjulang tinggi. Jiwa nya terasa kosong, seolah pergi dari tubuh. Perasaan kosong yang hinggap begitu saja di dalam hatinya. Rasa sakit yang semakin memperburuk kondisi. Entah apa yang ia alami, Eunha hanya menghayati peran yang ia rasakan.

Pikirannya terarah pada ucapan Sinb tempo dulu, yang mana ia menganggap ucapan Eunha untuk mengorbankan hidupnya untuk Minah adalah suatu omong kosong. Menertawakan keberanian Eunha yang mempunyai rencana menyusuri hutan diantara gelapnya malam. Hingga kalimat yang dilontarkan nya pada Sinb menjadi kenyataan. Eunha berada disini, di Kastil Bran dengan para vampir yang mungkin berkeliaran di area kastil.

Padahal niat Eunha tulus, ia hanya ingin membuat anggota Helssing yang sudah ia anggap keluarga itu tidak merasa kehilangan akan sosok Minah. Sungguh kondisi yang berlawanan, dimana keberadaannya samar, seakan tidak terlihat di antara anggota. Mungkin pribadi Eunha yang pemalu dan pendiam itulah alasan keberadaannya terlihat kosong. Minah selalu menemaninya dan mengobrol banyak hal dengannya, bahkan satu - satunya orang yang mengetahui masa kelam Eunha dulu.

Masa lalu yang mengantarkan Eunha memilih bergabung pada Helssing. Ayah penjudi serta ibu yang menjalani hari dengan menjual diri. Kehidupan Eunha yang gelap dengan rentenir yang terus menagih hutang bahkan ada yang nekat melukai Eunha juga pria hidung belang yang selalu menganggu kehidupan Eunha. Memilih melarikan diri ke Seoul, menjalani hidup mandiri dan mempunyai sahabat. Helssing dijadikan tameng seolah menutupi diri Eunha yang lemah. Karna organisasi itu adalah pasukan militer terkuat.

Menyentuh jendela sembari memejamkan mata. Eunha menggelengkan kepala berusaha menghilangkan memori yang selalu ia kubur, kenangan orangtuanya yang selalu ingin ia singkirkan selalu mengusik relung hati sampai meluluhkan tembok yang ia isi dengan kebahagian. Pelupuk matanya basah, Eunha menangis seraya menahan isakan yang kapan saja bisa terdengar.

Pintu terbuka, Minah masuk dengan ragu. Melihat sosok wanita asing yang sedang menelungkupkan kepala diantara lutut. Memutuskan menghampiri, Minah menyentuh pundak Eunha. Tapi kepala itu tak kunjung mendongak, akhirnya Minah berjongkok di depan Eunha dan memeluknya.

Eunha tersadar, ia memundurkan tubuhnya hingga pelukan mereka terlepas, tatapannya lurus ke arah Minah tidak bisa menahan rasa terkejut. Kepala Eunha terantuk pada pinggir ranjang, berdiri spontan. Minah yang merasa aneh dengan tindakannya berdiri lalu melangkah mendekat. Tiba - tiba ia merasakan sakit pada kepala, memegang rambut dengan kuat. Sekelebat ingatan menusuk pikiran Minah.

"Aah!" suara ringisan keluar dari bibir Minah. Eunha berdiri mematung tidak tau melakukan apa untuk menenangkan Minah, jantungnya berpacu cepat, rasa bersalah, penasaran menjadi satu.

"Tolong..." ucapan yang terdengar menyedihkan, Eunha masih mondar mandir mengigit kukunya. "Bisakah kau panggilkan dokter?" permintaan tolong yang di lontar kan Minah membuat Eunha semakin gelisah. Keringat membasahi pelipis Minah, wajahnya pucat.

Dream [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang