Stucky Boy

73 3 2
                                    

Elise terjaga dari tidurnya dan mendapati seorang pangeran dari kerajaan wisteria yang gembar-gembor diperbincangkan gadis di kota sedang duduk disisinya. Dia sedang memegang gelas berisi air putih, wajahnya terlihat khawatir memandangi sang putri yang terbaring lemah di tempat tidur.

"Kau baik-baik saja, Putri?" pangeran bermata lembut itu menanyainya dengan nada khawatir. Elise mengangguk lemah. Namun tetap saja di wajahnya tersungging senyum saat melihat Pangeran di depannya yang rupawan dan begitu mengkhawatirkannya.

"Kenapa Pangeran berada disini?"Elise merasa seisi dunia hanya berputar mengelilinginya dan bunga-bunga berjatuhan lembut menerpa kulitnya.

"Tentu saja aku berada disini menjengukmu, bukankah kau pingsan seusai lamaran?" Pangeran bermata lembut menatapnya sayu. Raut wajah Elise mengeras dan matanya melotot lebar sampai-sampai seperti akan keluar.

Apa?

Apa ini mimpi?

Seorang Pangeran Wisteria yang super tampan dan baik hati ini melamarku?

Tidak, tidak, rasa-rasa nya tidak begini.

Ini seperti...

"Shit!" Elise terbangun di tempat tidurnya dan melempar kompres yang berada di dahinya.

"ternyata mimpi" decaknya kesal. Dia melipat tangannya di dada dan wajahnya kembali murung. pikirannya masih mengingat dengan jelas kejadian perjodohan sepihak oleh Ayahnya.

andai saja calon suamiku adalah pangeran Wisteria seperti dalam dongeng-dongeng itu, dengan senang hati aku akan menerimanya meski aku masih semester empat. Pikirnya dalam hati. Elise tahu betul sosok itu, calon yang dijodohkan dengannya adalah pemuda temperamental dengan wajah kejam dan dingin melebihi suhu dingin daerah kutub. Semua hal yang di dapatinya dari pemuda itu adalah kebalikan dari pangeran wisteria sebagaimana dalam impian dan imajinasinya. Elise bisa langsung membacanya meski dalam sekali lihat kemarin. Hancur sudah harapan Elise untuk membangun impian dan masa depan yang cerah saat dia harus mendapatkan partner hidup yang menurutnya sama sekali jauh dari kata ideal.

"Grrrrr" Elise menggeram sendiri. Dia merasa suhu badannya masih belum turun. Demamnya masih lumayan tinggi sejak insiden perjodohan itu. Bagaimanapun, Elise diserang tekanan batin luar biasa. Sudah dua hari dua malam Elise terbaring di tempat tidurnya, sambil berharap-harap cemas keadaannya akan membuat keputusan Ayahnya berubah dan membatalkan perjodohan. Tapi sampai saat ini, saat Elise merasa benar-benar sekarat karna tekanan tetap tidak ada yang berubah dari keputusan Ayahnya.

"Tau ah! Mending aku masuk kampus aja" Elise beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Dia berniat akan mengakhiri semuanya sendiri. Dia akan berusaha sebisa mungkin untuk melobi pemuda itu yang membatalkan pernikahan mereka. Elise menghiraukan suhu demamnya yang masih lumayan tinggi. Sampai di pintu kamar mandi, Elise tertegun.

Saat lamaran kemarin, mata mereka sempat bersitatap. Dan Elise yakin bahwa Elise melihat hal itu. Pemuda itu juga tidak menyukainya. Elise menyunggingkan senyum lebar dan dalam sekejap. tubuhnya merasa sehat dan baik-baik saja.

@ @ @

Dua hari sebelumnya.

"Sebenarnya maksud kedatangan kami kemari adalah untuk meminang putri ketiga Mas Abian"

Petir seakan menggelegar dan hanya memenuhi gendang telinga Elise, Elise kalangkabut dan kepalanya terasa berputar cepat, sebelum dia benar-benar merasa akan pingsan dia segera menolehkan kepalanya pada Ayah dan Ibunya untuk memberi isyarat agar mereka menolaknya. Namun Ayahnya tidak menggubris pandangannya, begitu pula dengan Ibunya yang tampak tenang dengan keadaan itu. Elise merasa ini akan menjadi pertanda buruk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SekufuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang