Bag 40 (Send Her 1)

344 29 0
                                    

Berjalan memegang secangkir kopi, seorang pria tambun paruh baya lalu mengetuk-ngetuk pintu sebuah kamar untuk membangunkan seorang gadis yang masih tertidur pulas saat matahari sudah terbit "Heh Di! Bangun! Udah jam 8 bentar lagi bukain bengkelnya!"

Nadi terbangun dengan mata sayu dan rambut yang berantakan. Lalu beranjak dari tempat tidur sembari meraih handuk. Mulutnya menguap menahan sisa kantuk ketika berjalan menuju kamar mandi.

Dibantu oleh tiga orang karyawannya, bengkel dibuka dan mempersiapkan segala hal sebelum para pelanggan berdatangan. Semuanya saling berbagi tugas. Ucok masuk ke dalam toko dan mengelap semua permukaan kaca etalase. Sementara Dara masuk kembali ke dalam ruko untuk mengambil berbagai peralatan bengkel yang biasa ia siapkan.

Sebuah mobil sedan berhenti tepat di depan bengkel yang baru saja dibuka. Pengemudi mobil keluar dan langsung mendatangi salah satu karyawan bengkel---Ihsan---untuk menyampaikan pelayanan yang dibutuhkan.

"Mas, bisa ganti aki mobil, kan?"

"Bisa, mau jenis aki yang basah atau yang kering? Barangkali mau lihat-lihat dulu di etalase kita di sana." jelas Ihsan sambil mengantarkan pria pemilik mobil sedan tersebut mendekati toko.

Ucok yang tengah berjaga di dalam toko langsung bersiap melayani pelanggan pertama bengkelnya hari ini. "Kalau yang sebelah sini jenis aki yang basah. Kalau sebelah sini, ini jenis aki yang kering. Pemasangan bisa ditunggu."

"Hmm.. yang kering aja deh, yang ini. Tolong dipasangin ya."

"Siap. Nanti kita pasang."

Tak lama setelah dua orang karyawan bengkel mengambil aki mobil yang akan dipasangkan, Dara keluar dari dalam ruko sambil mengangkat sebuah kotak kayu berisi peralatan untuk menunjang pekerjaan di bengkel. Lalu menyimpan kotak itu di sudut tembok dekat etalase toko. Pria si pemilik mobil sedan tampak sedikit terkejut ketika melihat sosok yang sedang ia nantikan. Matanya terpaku pada gadis tomboi berambut panjang itu.

Dari dalam mobil, seorang pria yang menutup sebagian wajahnya dengan masker dan kacamata minus membukakan pintu kaca mobil. Matanya terbelalak dan tak berkedip sedikitpun seolah menemukan sesuatu yang selama ini ia cari.

Gadis itu berjalan memasuki toko dan langsung mengambil sebuah bolpoin dan buku catatan.

Keadaan masih terasa normal. Di atas etalase, ia memeriksa catatan laporan keuangan bengkel. Sementara tiga orang karyawannya mengerjakan pemasangan aki mobil sesuai permintaan pelanggan.

Pria si pemilik mobil sedan langsung menghampiri kawannya di balik pintu kaca mobil yang terbuka. "Itu Dara, Bang? Terus, sekarang kita harus ngapain?" Rio bertanya pada pria misterius di dalam mobilnya.

Pintu dibuka oleh Angga yang keluar dari mobil untuk melihat lebih jelas sosok perempuan muda yang sedang menulis di dalam toko. Matanya menyipit kala mengamati setiap detil penampilan gadis itu.

"Iya bener, kayaknya itu emang Dara. Coba kamu ajak ngomong dia duluan. Nanti aku nyusul," Angga berkata pelan menyuruh Rio mendekati targetnya.

Yang disuruh langsung mengikuti perintah dengan berpura-pura menanyakan pelayanan lain.

"Ada perlu apa, Pak?" Di dalam toko Ucok bersiap lagi melayani pertanyaan pelanggan bengkelnya, namun Rio malah mendekati satu-satunya pegawai perempuan yang masih sibuk mencatat laporan.

"Mbak, di bengkel ini bisa ngecat mobil gak? Soalnya mobil saya udah banyak baret pengen dicat apa biar mulus lagi."

Dara menutup buku, menunda sejenak pekerjaannya. "Bisa, tapi gak bisa beres hari ini. Paling lambat besok udah beres. Soalnya kita utamain yang servis mesin dulu."

"Gak masalah kok. Saya titip dulu aja mobilnya di sini."

Perempuan muda di hadapannya mengangguk santai sambil mempersiapkan nota pembayaran. "Mau pakai cat Duco, polyurethane, atau Acrylic Lacquer?"

Angga yang semula berdiri di dekat mobil, kini turut menghampiri kawannya yang sedang berbincang di toko. Berdiri di sisi belakang Rio agar melihat lebih dekat bagaimana sosok gadis pelayan toko itu. Perhatiannya terus mengarah pada Dara tanpa satu kedipanpun.

Yang ditatap hanya sejenak membalas tatapan dan kembali melayani berbagai pertanyaan dari Rio. Sementara Ucok yang menemani Dara di sampingnya, mulai merasa aneh melihat pria bermasker yang sedari tadi terus menatap kakaknya. Perhatiannya mulai teralihkan pada gerak-gerik pria misterius itu.

"Hmm, boleh lihat dulu contoh body yang udah diaplikasikan pakai masing-masing cat itu?" sambung Rio.

"Ooh, kalau sample body yang udah dicat ada di gudang. Tunggu ya, saya bawain dulu ke sini." Dara bersiap keluar toko untuk mengambilkan benda yang dimaksud.

Pria yang sedari tadi hanya menatap bisu kini melangkah lebih dekat pada etalase toko, memberanikan diri mengajak bicara Dara. Sengaja ia menyamarkan suaranya menjadi lebih berat agar tidak sampai dikenali oleh gadis itu. "Boleh kita lihat langsung aja ke gudangnya? Biar Mbak gak usah repot bawain ke sini"

"Ah, biar saya bawa aja ke sini," sanggahnya sambil mulai berjalan pergi.

Di balik ekspresi wajah yang tersamarkan, gestur tubuh Angga tampak tak sabar ingin mengikuti ke mana gadis itu pergi. Namun Rio menepuk pundaknya agar sang kawan menahan diri untuk berbuat sesuatu yang mencurigakan. "Sabar, aki mobilnya udah selesai dipasang tuh. Abis bayar, nanti kita ikutin anak itu." Lalu kembali menuju toko untuk melakukan pembayaran.

"Totalnya berapa Mas?"

"Plus biaya pemasangan jadi 1.200.000."

Sejumlah uang itu diserahkan Rio yang tampak sedang terburu-buru. "Ini, makasih ya." Lalu pergi begitu saja untuk bergegas masuk ke dalam mobil.

"Eh, Pak. Notanya gak akan diambil?!"  seru Ucok yang masih menuliskan Nota pembayaran.

"Gak usah, kita lagi buru-buru ada urusan mendadak. Makasih banyak." Bersama seorang pria bermasker misterius, Rio memasuki mobil sedan tua berwarna merah marun dan menyalakan mesinnya.

"Lihat-lihat sample catnya gak jadi, Pak?!" Ucok kembali memanggil keras dari dalam toko, namun dua pria itu tak menghiraukannya lagi. Mereka langsung tancap gas pergi meninggalkan bengkel ke arah yang sama dengan Dara yang baru saja pergi.

Dari kejauhan, dua pria di dalam mobil semakin antusias kala mendapati perempuan yang tengah berjalan sendirian menuju ke suatu tempat. Rupanya mereka belum kehilangan arah. Dari belakangnya, mobil mereka tetap menjaga jarak mengikuti langkah demi langkah ke mana tempat yang akan didatangi Dara.

Satu-satunya penumpang yang duduk di kursi depan membetulkan masker dan kacamatanya kala mengamati ke mana arah tujuan sang target. "Ikutin anak itu sampai tempat yang katanya gudang. Mudah-mudahan gudangnya sepi."

Next Chapter 🔽

About D ( Her Secret ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang