Aries Story 02

19 1 2
                                    


Hawa dingin dari pendingin ruangan di Minimarket merasuk pelan kedalam tubuh kecil Aries, sudah hampir 3 jam dia berdiri di kasir melayani pembeli yang datang sampai tidak terasa sebentar lagi dia akan selesai bekerja dan pulang kerumah. Aries menghampiri seorang perempuan yang sepertinya lebih tua 3 tahun darinya.

"Kak...Aries pulang dulu"

Perempuan yang tadinya sibuk memainkan ponselnya kini beralih menatap Aries.

"Oh benar..kalau begitu kamu hati-hati yah, sekarang giliran kak Icha"

Aries mengangguk kemudian beralih mengganti pakaiannya. Selesai itu Aries berniat pulang, namun saat ingin membuka pintu hujan langsung turun begitu deras seperti menolak Aries untuk kembali kerumahnya.

Senyum Aries terlukis,

"Kak..Aries disini sebentar karna turun hujan"

Icha menoleh kemudian tersenyum manis, "Iya, jangan dipaksa untuk pulang nanti kamu sakit"

Aries mengangguk datar, dia beralih ketempat duduk yang tersedia didepan sana.

Senyum yang sangat jarang dia tunjukkan kepada siapapun kini terbentuk diwajah manisnya, penyebabnya adalah hujan.

Kuharap hujan akan turun sepanjang hari..kerana orang-orang tak akan melihatku menangis batin Aries.

Gadis itu terus memandang keluar dengan tatapan sendu. Hujan dengan hawa dingin, saat turun kebumi pasti akan langsung dihindari oleh manusia hampir sama dengan dirinya yang dingin dan datar saat mencoba mengikuti kehidupan normal seperti anak seumurannya tapi mereka seakan menjauh dan menolak dirinya.

Kadang kala Aries berpikir dirinya seperti tidak diinginkan untuk hidup didunia seolah dunia jijik akan kehadirannya dan berbagai macam pikiran negatif lainnya senantiasa menghantui pikiran Aries.

Aku hidup bukan karna tidak bisa mati tapi aku masih terjebak pada sesuatu ucapnya dalam hati seolah menolak lupa pikiran-pikiran yang menganggu nya.

Tidak terasa hujan sudah reda yang kini meninggalkan genangan air dimana-mana, Aries mengayuh sepeda nya pelan dengan gerimis setia menemaninya dimalam yang sepi ini sampai kekediamannya.

Pakaian yang dia gunakan sedikit basah hingga membuatnya menggigil, Aries meraih handuk yang tergantung dibalik pintu kamarnya, ingin segera mengganti pakaiannya tadi.

"ARIES!!"

Mendengar suara teriakan yang tidak asing lagi, Aries segera berlari kecil keruang tamu yang adalah sumber suara.

"Ada apa tante?"

Martina ibu kandung dari kakak pertamanya mendengus kesal saat mendengar sahutan Aries. Dengan sangat keji, Martina menarik kasar rambut Aries hingga sipemilik meringis kesakitan yang luar biasa.

"Sa-sakit..."

Martina tidak menghiraukan Aries yang sudah kesakitan, dia malah semakin menguatkan cengkraman tangannya dirambut Aries.

"Sok polos kamu anak biadab! saya sudah bilang setiap hari senin antar uang saya kerumah saya!!" bentak Martina masih tidak melepaskan jambakan itu.

Aries merasa kepalanya berdeyut dan perih,
"Ma..maafin Aries, aku bakal ambil uangnya tapi lepas tante"

Martina langsung melepas jambakan tadi seraya mendorong Aries, Martina mendekat kearah Aries yang masih terduduk dilantai kemudian mendorong-dorong dahi Aries sambil menatapnya rendah,

"Kamu itu anak tidak tahu diuntung! anak biadab, tidak diinginkan! saya harap kamu cepat-cepat mati!"

Aries tersentak, hatinya kembali teriris hanya karena ucapan sadis Martina.

Aries StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang