Hinata benar-benar dongkol setengah mati, sejumlah uang yang dikira akan di berikan untuk sebuah kompensasi ternyata tidak lain adalah sebuah pekerjaan. Ia merengut sebal menatapi tampilan dirinya dalam cermin. Rambut warna-warni yang biasa terurai tak beraturan kini disanggul dengan rapi. Pakaian lusuhnya berganti dengan pakaian Kimono yang mahal.
Meski demikian Hinata tak sedikitpun merasa senang. Seumur-umur baru kali ini dirinya memakai Kimono. Bukannya Hinata tak tahu di untung, hanya saja bergaya anggun ala Rezim Tokugawa bukanlah gayanya. Dan memakai rok panjang untuk wanita pecicilan yang biasa memakai celana jelas memberikan kesulitan tersendiri, apalagi dengan kondisi kaki yang cedera rasanya seperti ada beban berat yang menggantung di kaki.
Dengan pakaian Kimono ini Hinata harus berjalan perlahan dengan langkah yang kecil, berkali-kali Hinata nyaris jatuh tersungkur karena langkah kakinya tidak leluasa seperti biasanya menyebabkannya kehilangan keseimbangan.
“Ya, Tuhan benar-benar merepotkan,” gerutu Hinata.
Dordordor…
“Hei, kau ini sedang apa, mengapa lama sekali?” teriak Sasuke dari balik pintu.
Dordordor, kembali Sasuke menepuk daun pintu agar Hinata segera keluar.
Saat Sasuke hendak menepuk daun pintu lagi, dari dalam Hinata membuka pintunya dengan wajah cemberut. Seketika Sasuke mematung dengan tangan yang masih melayang di udara.
“Apa?” ucap Hinata saat mendapati tatapan nyalang dari Sasuke.
“Tidak ada,” ucap Sasuke sembari mengubah arah pandangnya, namun sesaat kemudian Sasuke kembali meneliti Hinata dari ujung kepala hingga kaki.
“Mengapa menatapiku seperti itu?” ucap Hinata saat menyadari dirinya masih mendapatkan tatapan dari Sasuke.
“Tidak,” ucap Sasuke kembali memalingkan arah pandangnya.
“Apa aku terlihat aneh?” ucap Hinata melihat ke arah dirinya sendiri.
“Sangat,” tegas Sasuke.
Sebenarnya bukan aneh, tapi terlihat surprise si mata Sasuke. Ternyata dengan balutan pakaian Kimono Hinata nampak imut, hanya saja Sasuke tak ingin mengakui.
“Tuan Besar, tidak bisakah aku memakai pakaian lain? Aku kurang begitu nyaman dengan pakaian ini,” pinta Hinata.
“Apa kau tidak memperhatikan karyawan wanita disini juga memakai Kimono?”
Hinata mengerutkan alisnya, baru menyadari hal itu. Hanya saja Kimono yang dipakai oleh karyawan wanita yang lain lebih sederhana dan simpel di banding dengan Kimono yang dipakainya.
“Kita akan menemui orang penting jadi sudah seharusnya memakai pakaian yang resmi, sudahlah banyak mengeluh,”
“Ke orang lain menyuruh pakai pakai resmi, sendirinya tidak,” ucap Hinata menggerutu yang itu terdengar jelas oleh Sasuke.
“Kau bilang apa?”
“Ah tidak,”
“Aku pimpinan disini, jadi suka-suka hatiku,” ucap Sasuke dengan menunjukan sisi angkuhnya sebagai bentuk pembelaan diri, yang mana hal itu terlihat menyebalkan di mata Hinata.
“Ayolah, kau jangan membuat ku terlambat menemui mereka!” desak Sasuke.
Refleks Hinata membuka sedikit belahan Kimononya dengan kedua tangannya agar memudahkan langkah kakinya.
Plak…
Sasuke menepuk punggung tangan Hinata.
“Memakai Kimono mana boleh seperti itu,” tegur Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Girl
Ficción históricaDi daur ulang dari drama korea berjudul "my girl" yang populer di tahun 2010an, penasaran? Baca aja Happy reading