Dua

38 4 1
                                    

Seperti biasa, sore ini aku sedang berkumpul dengan kawan-kawan jurnalisku diruangan ternyaman kedua setelah kamarku. Bahkan aku melabeli bahwa ruangan ini lebih nyaman daripada hotel bintang lima yang menjulang tinggi dengan lampu-lampu mewah menyorot dari bawah yang berada di sebelah barat kampusku. Tanpa sadar aku sering kali terlelap ditempat ini dengan begitu saja padahal awalnya aku hanya mencoba meluruskan pinggangku yang pegal karena duduk seharian di kelas, mengabaikan bau keringat dan liur manusia-manusia penghuni ruangan ini yang selalu berbagi alas dan bantal kecil bersama-sama.

Persetan masalah higienis, aku tak akan mati hanya karena tidur di bantal dengan banyak donatur pencetak pulau yang terlampau nyaman ini bung!

Karena terlalu nyaman, beberapa diantara kami kadang memilih tidur di ruangan yang kami sebut sekre ini dari pada pulang ke rumah atau kamar kos masing-masing. Entah karena mengerjakan projek atau hanya kelelahan dan malas pulang, tentu aku sebagai anggota muda di sekre ini masuk kedalam golongan 'kuncen sekre' yang sering tidur disini, tapi tidak sendiri. Teh mei selalu menemaniku.

***

Siang ini aku memiliki jam kuliah dengan 3 sks didalamnya. Aku melihat kearah jendela memperhatikan cuaca yang mulai mendung, tak lama aku mendapat kabar dari sipen kelas bahwa dosen yang mengajar tidak bisa hadir karena terkendala hujan di tempatnya sebelum sampai kampus. Berakhirlah dengan jam kosong dikelasku, namun begitu masih ada 1 matakuliah lagi setelah ini jadi kami tidak bisa langsung pulang.

Mumpung belum hujan,

Aku berniat untuk menghabiskan jam kosong ku di sekre saja. Kan lumayan bisa makan, bisa tidur, belum lagi mendengarkan musik pakai speaker. Dengan telaten aku mengemasi barang-barangku dan memasukkannya kedalam tas slempang kesayanganku.

Guys duluan ya,

Aku hendak berpamitan pada dua sahabat dikelasku, lila dan Nur,

"Eh, kemana git? Masih ada kelasnya Pak Suhendar jam 4. Jangan bilang mau pulang terus bolos lagi?!"

Lila masif memperingatkanku saat aku mulai sering mangkir dari jam kuliah, dan tak dapat kupungkiri kalau semester ini Indeks Prestasi yang akan aku terima sudah pasti turun menukik sangat tajam, setajam hukum untuk rakyat namun tumpul bagi penguasa dan kaum elit. Ya kalian para bajingan berdasi.

Enggalah aku mau ke gedung 1, mau tidur. Ngantuk. Mau ikut ga? Sepi ko.

Jawabku dengan jujur. Aku memang ingin tidur, dari pada diam di kantin apalagi di perpus. 3 sks itu berarti 2 jam lebih, sangat lumayan jika aku memanfaatkan waktu tersebut untuk tidur.

"Engga ah, malu. Kita kan bukan anak UKM"

Nur menimpali dengan terkikik geli, lalu aku balas dengan memutar bola malas

Aishh untuk apa malu? Malu lah jika kalian memeras uang mahasiswa semena-mena dengan embel-embel persyaratan ujian. Jika tidak, ya santai saja. Kita kan kuliah disini bayar. Jadi menggunakan fasilitas seperti tidur sekre bukan kriminal yang akan membuat kalian malu !!!

Jawabanku yang lantang dengan posisi satu kaki mengijak kursi panjang di koridor fakultas agar supaya memudahkanku mengikat tali sepatu yang lepas memaksa lila sedikit mendorongku untuk membekap mulut hingga kami berdua hampir terjatuh tepat di samping tong sampah

Aihhh dasar bodoh, gimana kalau kita jatuh!

Cecarku pada lila karena ia membekapku secara tiba-tiba,

"kecilkan suaramu itu sialan! mulut tajam mu bisa membuat kita berakhir dengan SP, kamu
Gak liat kita ada di depan ruang dosen. Aihhh  inggita bodoh, kalo mau buat isu kontra kampus jangan ajak-ajak kami. Kami masih sayang nilai"

Dia di lantai 3 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang