Ran Van Jun

192 18 2
                                    

Namanya Kirana Santiago, usianya 22 tahun. Satu-satunya anak perempuan dari keluarga besar Santiago. Dia bekerja di salah satu usaha kuliner yang baru dimulai sekitar 1 tahun. Memilih Ran--panggilan Kirana--menjadi koki di tempat itu adalah langkah terbaik yang dilakukan oleh Irwan yang mana adalah pemilik usaha bernama "EAT&TALK". Ran juga bersyukur karena tak perlu menganggur seusai hari kelulusannya dari jurusan ilmu komunikasi. Ditambah lagi pekerjaan yang dikerjakannya adalah bagian dari hobinya, memasak.

"Terimakasih atas kerja keras kalian hari ini. Sampai jumpa besok" Ucap Irwan sambil menenteng tasnya. Seluruh pekerja menyahut dengan sorakan semangat dan mulai menyusun barang mereka, begitupun Ran. Dia sangat bersemangat mengingat Alfian akan mengajaknya berkencan malam ini. Dia menatap arlojinya "Jam 7.." gumamnya. Lantas dia bergegas keluar dan menunggu di depan mengingat pacarnya itu berjanji akan menjemputnya pukul 7 tepat.

Dan benar saja, begitu Ran keluar dia langsung mendapati mobil audi milik Alfian berhenti di depan rumah makan itu. Tanpa aba-aba, Ran langsung masuk ke mobil dan melayangkan kecupan manis ke pipi lelaki itu. "I miss you" gumamnya sambil terus melayangkan ciuman manis dan berhasil mengundang senyum lucu dari Alfian. "Heyy, miss you too" sahut Alfian sembari memeluk pacar kesayangannya itu dan mengelus kepalanya lembut. Mereka bertahan di posisi itu selama beberapa menit. Membiarkan Alfian menghirup aroma susu yang menguar dari rambut Ran, dan memberikan waktu kepada Ran untuk memastikan jantung Alfian berdetak. Sudah lebih dari 3 bulan mereka tak bertemu dikarenakan kesibukan Alfian di olimpiade dan pertandingan renang. Bahkan hanya untuk sekedar video call Alfian harus meminta izin dari pelatih. Mereka benar-benar saling merindukan. "Gimana kabar kamu dan kerjaan?" Tanya Alfian lembut. "Good. Ya, akhir-akhir ini pelanggan banyak bertambah. Syukurlah" Jawab Ran sambil memainkan lengan besar milik pacarnya itu.

"So, mau jalan kemana kita?" Tanya Alfian meski dia tahu apa yang akan dijawab perempuan-nya. "Warung soto Bu Minah dongg" Ucap Ran semangat. Warung soto itu adalah tempat mereka melakukan kencan pertama sekaligus saksi bisu segala permasalahan mereka. Dimulai dari masalah kecemburuan, perselisihan kecil, pertemuan, jadian, dan masih banyak lagi. Ran sangat mempercayai Alfian. Pacarnya itu selalu berhasil memenangkan hati Ran. Setiap air mata Ran terjatuh, maka Alfian adalah orang yang akan selalu bersedia menghapus air matanya dan menemaninya hingga tenang. Memang dia sangat jarang menjadi yang pertama mengingat Ran memiliki abang dan adek yang pasti menjadi yang pertama. Di setiap kesibukan Ran, ada Alfian yang selalu mendukungnya dan menyemangatinya.

Warung Soto Bu Minah, tempat makan dengan suasana sangat sederhana. Beberapa pelanggan disana sudah memiliki usia setengah abad. Asap rokok yang mengepul selalu menjadi penyambut kedatangan keduanya. Cahaya lampu yang tak begitu terang memberi kesan santai dan tenang. "Aduh, udah lama gak ketemu kalian berdua. Duduk duduk! Biar ibu buatin menu kesukaan kalian" Sambut bu Minah sambil mengarahkan keduanya ke bangku kosong. Alfian dan Ran tersenyum ramah kepada semua orang yang ada disana, maklum langganan.

"Udah lama ya kita gak ke sini" Ujar Ran pelan yang disambut anggukan Alfian. "iya.." Wajah Alfian tampak ingin mengatakan sesuatu namun sedikit ragu. Ran memandangi sekitar merasakan suasana yang dia rindukan. "Ran, aku pengen ngomong sesuatu deh. Tapi jangan hari ini, ya?" Wajah Ran tampak bingung. Tak biasanya Alfian menunda-nunda hal yang ingin dibicarakan, namun meskipun begitu Ran hanya megangguk sambil tersenyum manis. "Kapan?" Alfian tampak memikirkan waktu terbaik. "Minggu depan, gimana? Soalnya enam hari kedepan aku mau mengajar privat anak yang waktu itu aku ceritain" Ya, kemarin lewat panggilan Alfian menceritakan bahwa dia diminta untuk mengajar renang seorang anak berusia 5 tahun secara privat dan intens. 6 kali selama 2 minggu. "Dia itu anak dari CEO P&W Group. Kamu gak tahu aja bayaran yang dia tawarin itu tinggi" Jelas Alfian sambil memberi ruang kosong di meja mereka ketika mendapati suami Bu Minah sedang membawakan pesanan mereka. "Ah masa?" Tanya Ran dengan nada usil dan mengundang ledak tawa dari Alfian karena ekspresi nya yang tak tertolong. "makanannya mas, mba" ucap lelaki itu. "Makasih, Pak"

Saya TerimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang