11. Bahagia

23 9 0
                                    

Seseorang yang sudah mengirimkan pesan kepada Laili ternyata tidak memberikan balasan lagi. Padahal Laili sedikit penasaran siapa yang mengirimkan pesan itu. Ia juga heran dengan pesan misterius itu yang tahu dengan nama Dimas.

Dari pada ia memikirkan hal itu lagi, akhirnya Laili men-scroll timeline Instagram. Karena kebetulan hari ini tidak ada kuliah yang mengakibatkan dirinya masih bersantai di atas kasur. Ketika sedang asik-asiknya melihat video lucu, mendadak sebuah panggilan masuk menghentikan aktivitasnya.

Laili segera mengangkat panggilan itu.

"Lo di mana? Keluar Yuk!" Suara Dimas di sebrang sana membuka pembicaraan.

"Lagi di rumah. Males banget, masih pagi," jawab Laili dengan nada lesu.

"Yaelah. Hari ini, kan nggak ada jadwal. Pokoknya setengah jam lagi, gue ke rumah lo, ya!"

Beep!

Dimas mengakhiri panggilannya secara sepihak. Sementara Laili beringsut dengan malas dari kasurnya untuk pergi ke kamar mandi.

Hanya butuh 20 menit untuk Laili merias diri. Kaus panjang dan celana jeans menjadi pakaian yang ia pilih untuk keluar hari ini. Gadis itu menyisir rambut, lalu memoleskan lip-balm pada bibir merah jambunya. Setelah selesai, ia mengambil ponselnya yang masih tergeletak di atas kasur dan kembali bermain ponsel.

___

Dimas

"Gue dah di depan rumah lo nih" 09.30

___

Laili hanya membaca pesan yang Dimas dikirimkan, lalu segera beranjak keluar kamar untuk menemui Dimas yang telah berada di depan rumahnya.

"Lama banget. Udah lumutan, nih gue dari tadi di sini!" kesal Dimas dengan muka masamnya.

"Syukur-syukur mau jalan sama lo, kan?" timpal Laili sambil mengunci pintu rumahnya dan mengantongi kunci tersebut di saku celana belakang. Dimas hanya mendelik.

"Mau ke mana, sih?" Laili kembali bertanya, namun Dimas memilih diam.

"Jalan-jalan doang, biar ada kerjaan," sahut Dimas setelah menaiki motornya dan memasang helm di kepala.

"Panas begini? Gila."

"Nanti kita nyari yang adem-adem, Li," ucap Dimas berusaha sabar.

"Ya udah, siniin helmnya."

Dimas memberikan helm yang biasa Laili gunakan ketika akan bepergian dengannya.

***

Keheningan menyelimuti mereka sampai Dimas memarkirkan motor bersama deretan motor lainnya. Cowok berkaos hitam tersebut membawanya ke kawasan rekreasi yang cukup luas, dimana di samping kiri terdapat tenda-tenda parasut besar setinggi 2,5 meter yang sepertinya di dirikan secara permanen. Sedangkan di sisi kanan di tumbuhi pepohonan tinggi besar yang di jadikan rumah pohon, mungkin sekitar 10 buah jika Laili tidak salah hitung.

"Lo masih mau duduk di jok motor gue?" tanya Dimas yang merasa heran karena Laili belum turun juga dari motornya.

"Eh, sorry." Laili melepaskan helmnya, lalu merapikan rambutnya yang sedikit kusut.

"Bisa cantik juga lo," goda Dimas diakhiri kekehannya.

"Ngapain lo ajak gue ke sini?"

Tanpa memedulikan apa yang di ucapkan Dimas, Laili kembali mengaju tanya seraya terus memandangi sekitar. Tempat ini yang sudah tak asing lagi bagi Laili, apalagi Rumah pohon itu. Karena sebelumnya, Arfa pernah mengajak gadis itu beberapa kali ke sini. Kilasan kenangan seakan mengembalikan masa-masa yang indah. Namun Laili segera menepisnya dengan gelengan kepala.

"Ngapain lo geleng-geleng gitu?"

"Dulu, Arfa pernah ngajak gue ke sini. Beberapa kali, sih."

"Sorry. Gue nggak tahu soal itu," ucap Dimas tak enak hati.

"Santai aja. By the way, kenapa ajak gue ke sini?"

"Sebenarnya, sih, cuman pengin buat lo senang, lo pasti udah suntuk banget karena harus belajar terus, kan? Makanya, gue ajak lo ke sini,"

"Tumben." Laili merasa aneh dengan tingkah Dimas yang agak aneh.

"Lo mau es krim?" Dimas bertanya setelah mereka duduk di salah satu tenda.

"Mau dong, stroberi sama vanilla ya!" titah Laili.

"Tunggu bentar."

Dimas melenggang pergi meninggalkan Laili sendirian. Sepeninggal Dimas, Laili memainkan ponselnya. Membalas pesan beruntun dari Tias yang sudah ia anggurkan sejak berangkat dari rumah.

___

Yas Tias

"Liiiiii" 11.10

"Lo lagi di mana sih?" 12.10

"oiiii" 13.00

"oiiiiii" 13.00

"Li, lo di mana?????" 13.25

"Li, lo di mana sih? elah. Bales dulu, ini penting!" 14.00

"Sabar napa. Gue lagi bareng Dimas nih. Penting apaan?" 14.49

___

Laili memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas, bertepatan dengan datangnya Dimas yang membawa tiga buah es krim di tangannya, Laili melemparkan senyumannya.

"Ngapain lo senyum-senyum begitu? Nih, pegang!" titah Dimas yang langsung memberikan es krim pesanan Laili.

"Thank you, Dim!" Laili mengambil kedua es krimnya. Lalu melahapnya tanpa berkata lagi. Dimas bisa merasakan aura Laili yang hari ini terasa sangat ceria, dan itu membuat Dimas bernapas lega.

"Udah habis nih. Balik yuk!" ajak Laili kepada Dimas.

"Kita jalan-jalan dulu, lah! Masa langsung balik ke rumah," ujar Dimas lalu segera membuang sampah mereka dan menarik tangan Laili.

***

Dimas mengantarkan Laili pulang tepat pukul tujuh malam. Rumah Laili begitu sepi, mungkin kedua orang tuanya masih sibuk bekerja.

"Dim, makasih, ya! Gue seneng banget hari ini, meskipun lo udah bikin kesel juga, sih tadi."

"Gue seneng, kalo lo seneng juga" Dimas tersenyum, namun suasana mendadak canggung setelah kata-katanya mengudara.

"Em ... gue masuk duluan deh kalo gitu. Lo hati-hati ya, Dim." Laili melambaikan tangannya saat cowok itu kembali membelah jalanan untuk pulang.

sesampainya di kamar, Laili merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia benar-benar bahagia hari ini. Bebannya seperti hilang begitu saja, meskipun sikap Dimas akhir-akhir ini masih membuat Laili bertanya-tanya.

***

(LSC : 16520)


Laili (LSC4) [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang