Satu

2.3K 160 0
                                    

Yoon Jeonghan pernah jatuh cinta. Beberapa kali. Dan mungkin lebih sering daripada teman sebayanya yang lain.

Ia jatuh cinta pertama kali saat duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu ia jatuh cinta dengan teman sebangkunya, Jeon Wonwoo. Wonwoo adalah cowok terkeren yang ada di kelas dulu. Wonwoo selalu memakai kacamata dan hoodie yang dikancingkan hingga menutupi lehernya yang putih. Wonwoo selalu memberi kesan misterius dan selalu membuat semua orang ingin berada dekat dengannya. Satu hal tentang Wonwoo yang membuat Jeonghan mundur saat itu?! Wonwoo pecinta serangga, dan Jeonghan jelas membenci serangga! Yikes! Ia bahkan selalu menangis saat melihat kecoak terbang dan selalu mendramatisir tangisannya hingga Yoongi---Ayahnya berjanji akan memberinya es krim stroberi jika Jeonghan mau berhenti menangis.

Saat lulus dari sekolah dasar, Yoongi mendapat tugas untuk pindah ke kota yang sangat jauh---jauh menurut Jeonghan, paling tidak. Yoongi membawa mereka keluarga pindah ke Gold Coast, kota yang sangat kering dan Jeonghan benci dengan Gold Coast yang hampir setiap tiga hari sekali diserang badai pasir. Kulitnya menjadi jauh lebih kecokelatan dan semua orang tampaknya menjauhinya.

Hal paling baik dan Jeonghan suka dari Gold Coast adalah teman sekelasnya di tingkat satu. Dia Xu Minghao, yang Ayahnya adalah seorang diplomat. Sama seperti Jeonghan, Minghao juga baru saja pindah ke Gold Coast karena Ayahnya mendapat tugas baru di sana selama tiga tahun.

Xu Minghao adalah hal terbaik yang pernah dimiliki oleh Gold Coast dalam kacamata Jeonghan. Dia tidak banyak bicara, selalu menatap datar apapun yang melintas di depan wajahnya, suaranya renyah seperti suara remahan kripik kentang yang belum terkena angin terlalu lama, dan kulitnya yang berwarna kecokelatan sangat pas dengan Gold Coast yang sangat terik dan gersang.

Minghao hebat. Dia berbakat. Dia pintar. Dan Jeonghan jatuh cinta padanya.

Jeonghan dan Minghao menjadi teman baik. Minghao satu-satunya teman sekelas Jeonghan yang mau berbagi meja di hari pertama Jeonghan sebagai murid baru, satu-satunya teman yang bersedia menemani Jeonghan pergi ke toko buku yang berjarak lima kilo dari sekolah dengan berjalan kaki, demi membeli alat tulis dan juga karton besar yang akan Jeonghan gunakan untuk memuat artikel baru di mading sekolah.

Menjelang hari kelulusan, sikap Minghao berubah dan dia tampak menjaga jarak. Jeonghan bertanya apa yang salah di antara mereka, dan seingat Jeonghan, Minghao selalu menggelengkan kepala tanpa benar-benar menjawab pertanyaan yang ia lontarkan untuknya.

Mereka lulus dari Gold Coast Middle School dan Jeonghan tidak tahu kabar tentang Minghao setelahnya karena Ayahnya mendapat tugas baru yang lain di kota yang baru.

Jadi di sini lah Jeonghan sekarang. West
Coast, kota ke tiga yang keluarganya singgahi karena Yoongi baru saja dipindah tugaskan di tempat yang baru. Lagi...














"Jadi, bagaimana menurutmu?!"

Jeonghan tahu Ayahnya berharap ia menjawab dengan kata "bagus", sambil mengacungkan kedua ibu jari dan tersenyum lebar seolah natal datang lebih cepat.

Tapi tidak.

Atau ya!

Jeonghan tidak mungkin merusak kesenangan di wajah Yoongi. Ayahnya berdiri di depan pintu kamar dengan satu tangan berada pada daun pintu, menahannya agar tidak tertutup sementara Jeonghan berdiri di dalam, meneliti kamar barunya yang didominasi warna ungu.

"Bagus... hebat..." Jeonghan tersenyum sangat lebar hingga rahangnya terasa sakit karena senyum lima jari.

Seperti tebakan diawal, Yoongi juga ikut tersenyum dan bahkan senyumnya jauh lebih lebar dari senyum Jeonghan. Yoongi masuk ke dalam kamar, membuka pintu lemari yang belum diisi dengan baju-baju Jeonghan yang jumlahnya hanya sedikit, melongok ke luar jendela kamar yang terbuka, dan mencoba duduk di atas ranjang yang tidak terlalu lebar ukurannya.

"Aku tahu... aku tidak akan salah pilih ini, kan?! Ini benar-benar pas. Dan Ibumu pasti akan menyukainya..." Untuk sesaat Jeonghan pikir ia mendengar nada bicara Yoongi berubah menjadi pelan dan datar saat mengucapkan kata Ibu, dan ia tahu Yoongi berusaha mati-matian menjaga agar suaranya tetap terdengar menyenangkan.

Satu hal yang kalian harus tahu, Ibunya berpulang empat bulan yang lalu setelah berjuang cukup lama dan mencoba berbagai macam cara untuk mengobati kanker payudara yang ia derita. Setidaknya, baik Jeonghan maupun Yoongi setuju Ibu sudah tidak merasakan sakit lagi dan saat ini Ibu pasti sedang tersenyum dari surga melihat rumah baru mereka.

"Tidak, tentu saja tidak... Dad selalu punya selera yang bagus," tambah Jeonghan dengan menjilat. Ingatkan Jeonghan untuk meminta uang saku lebih dari grandma saat natal nanti karena sudah membuat hati Dad bahagia.

"Bagus... well, kalau begitu, aku harus bersiap-siap. Kau tahu, memulai pertama kali tidak pernah berjalan mulus?!" Jeonghan menganggukkan kepala bersikap seolah setuju dengan kalimatnya.

Yoongi keluar dari kamar setelah meneliti kamar untuk terakhir kali, langkah kakinya yang berat terdengar jelas sebelum dia menutup pintu kamarnya sendiri yang ada di lantai bawah.

"Oke, apa yang harus kulakukan selanjutnya?!" Tidak ada, sebenarnya. Memasukkan baju ke dalam lemari hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit. Menyusun kembali buku-buku di dalam rak sudah ia lakukan sejak kakinya pertama kali menginjak lantai kamar. Dan ia baru akan pergi ke sekolah barunya besok pagi. Oh, sungguh. Jeonghan tidak sabar memulai hari sebagai murid baru. Lagi...

HEAVEN'S CLOUD | JEONGCHEOL (END)Where stories live. Discover now