Biasakan klik bintang kecilnya dulu yah, biar kebiasaan, hehe
Kalau bingung, silahkan baca part sebelumnya dulu, baru baca part selanjutnya, cuma ingetin aja
Jangan lupa, play mulmed. Semoga ngena yah, lagunya
Selamat berhalu;))
🍂🍂🍂
Seandainya aku tak memusingkan perkataannya. Seandainya aku tidak menyamankan perlakuannya. Seandainya aku tidak membiarkannya mengetuk pintu hatiku. Dan seandainya, semua apa yang dia lakukan itu adalah kebenaran.
🍂🍂🍂
“Dei, gue mau mati dulu, ya.”
Aku terkejut mendengarnya. Mungkin, bukan hanya aku. Ayub dan Samudera ikut membolakan matanya saat mendengar itu. kalau Fajar, yang kulihat, seperti biasa. Datar.
“Lo kalo ngomong suka sembarangan, deh.” Samudera mencubit pelan lengan Aulia. “Gue cium juga tuh mulut.”
Bel pulang telah berbunyi sejak semenit yang lalu. Kami—aku, Fajar, Samudera dan ayub, menghampiri Aulia di kelasnya. Kenapa aku tidak langsung pulang? Karena, kata ayub, ada pertunjukan bersejarah SMA Angkasa yang akan diselenggarakan nanti di lapangan basket. Dan itu sangat disayangkan untuk dilewatkan. Aku jadi penasaran. Pertandingan basket mungkin?
Dan berakhirlah kami di sini. Di depan kelas sepuluh MIPA 4.
“Lo mau nyium gue? Sini! Gue jabanin.” Aulia berkata menantang sambil mengambil tasnya di kursi depan kelas.
“Ogah! Mulut lo bau-bau dosa.” Samudera menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
“Gini-gini lo mau jadi babu gue sampe mati.” Aulia ambruk terduduk di lantai. punggungnya menyender di kursi beton depan kelas. Menghela napas malas-malasan.
“Ogah!”
“Sam. Gue ... haus.” Aulia mendongak. Menatap penuh pengharapan ke arah Samudera.
“Ayo.” Samudera berjongkok di depan Aulia membelakangi cewek bertopi itu. “Kita ke kantin dulu.”
Aku speechless. Mulut ayub ternganga. Fajar memutar bola matanya.
Aulia segera naik ke punggung Samudera. “Dei, Jar, gue mati dulu, ya.” Dia menoleh sedikit ke arahku.
“Lia ...”
Aulia nyengir kuda. “Iya, iya, maksudnya, gue pergi dulu, ya.” Lalu menatap ayub datar. “Eh, buluk! Lo mau ikut kaga?”
Ayub melotot lalu berdecak. “Sam, Aulia boleh gue cium sekarang, nggak?”
“Sebelum itu, gue jahit duluan mulut lo.” Lalu Samudera melangkah dengan Aulia di punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing You
Teen Fiction[ ON GOING ] Pintu hati ini telah terkunci rapat, dalam gembok bernama kenangan. Kunci karatan miliknya, kugenggam dalam rindu. Lalu, siapa sangka. Seorang malaikat dari atas bus sekolah telah mengetuk pintu yang terlanjur sekeras baja. Dihangatkan...