Jujur, jika ditanya apa ini kali pertama Hyeongjun dan Minhee berinteraksi, jawabannya tidak.
Hyeongjun tahu betul tentang nama Kang Minhee sejak hari pertama orientasi universitas. Pemuda kelahiran September itu memang sudah memukau, bahkan di detik pertama ia memperkenalkan diri.
Kang Minhee bisa dibilang sosok hampir sempurna. Selain cerdas, ia tergolong sangat aktif dan berjiwa pemimpin. Beberapa kali sosok pemuda Kang tampak unjuk diri-- dengan sukarela menjadi ketua kelompok orientasi, menjawab pertanyaan-pertanyaan aneh dari panitia orientasi, serta membantu beberapa teman menyelesaikan tugas yang diberikan pembina orientasi.
Hyeongjun-- yang kebetulan mendapat tempat duduk di belakang Minhee untuk tiap pembinaan orientasi, tentunya kagum melihat pemuda Kang dengan sigap merangkul anggota orientasi yang berasal dari berbagai fakultas.
Tak ada yang salah dari sang ketua.
Yaa tak ada.
Kecuali satu, tubuh menjulangnya yang selalu siap menutupi pandangan Hyeongjun.
"Maaf boleh nunduk sedikit?
Bisik yang susah payah dikeluarkan Hyeongjun tampaknya tak sampai pada pendengaran sang ketua.
Sejujurnya Hyeongjun sedikit tak enak hati jika harus mengeluhkan persoalan ini. Bukan salah Kang Minhee punya tubuh kelewat tinggi, dan bukan pula dirinya yang mengatur posisi tempat duduk.
Hanya saja, dua hari menahan diri rasanya sudah cukup untuknya. Hyeongjun sudah cukup kesulitan menangkap materi dua hari lalu, setidaknya materis orientasi ke depan harus ia kuasai. (Walapun tidak berniat jadi yang terbaik, setidaknya Hyeongjun tidak boleh jadi yang terbodoh kan?)
"Maaf Kang Minhee," bisiknya lagi sembari menjawil pundak si pemuda, "boleh menunduk sedikit? Aku tidak bisa lihat tulisannya."
Kang Minhee yang akhirnya sadar karena tepukan halus di pundak pun menoleh, tersenyum singkat (yang Hyeongjun tahu hanya formalitas), sebelum sedikit memerosotkan tubuh agar tak mengganggu siswa di belakangnya.
Namun tak berlangsung lama.
Kang Minhee mungkin memang terbiasa duduk tegap dan fokus menatap papan tulis, hingga dalam 15 menit pun tubuhnya sudah refleks kembali ke posisi tegap.Yaa, seperti tembok yang siap menutupi pandangan.
Mau tak mau, Hyeongjun lagi dan lagi mengulang permintaa sama.
"Minhee, maaf apa boleh menunduk lagi?"
"Minhee, sedikit ke bawah boleh?"
"Minhee, boleh sedikit merosot ke bawah?"
Dan hari itu, entah berapa kali Hyeongjun menyebut nama Kang Minhee-- dengan tak lagi sungkan, demi nilai orientasi yang memukau.
-- 🌸
"Song Hyeongjun!"
Hyeongjun tercekat mendengar namanya dipanggil cukup nyaring pagi itu. Walau belum terlalu banyak siswa baru yang hadir, rasanya sedikit aneh melihat tatapan mahasiswa baru lain yang terarah padanya (karena Hyeongjun tahu, beberapa yang kini menatap bahkan ragu apa benar ia lah si pemilik nama).
Si pelaku alias ketua kelompok orientasi dengan sigap mengayunkan tungkai panjangnya, menghampiri sosok pemuda yang ia panggil sembari memamerkan senyuman andalan. Minhee kemudian meletakkan kedua tangan di bahu yang lebih pendek, mendorong tubuh ringan Hyeongjun
"Hari ini duduk di sini, yaa!"
Hari itu dan hari-hari selanjutnya ... tak lagi ada komentar dari Hyeongjun yang tertutup kepala si Jangkung, karena Minhee dengan sukarela menawarkan untuk bertukar tempat dengan si mungil Song.
-- 🌸
Satu hal yang Hyeongjun tak tahu, sebenarnya Kang Minhee hampir mati pegal karena bertukar tempat duduk dengannya.
Kursi lama Hyeongjun entah mengapa lahir dengan ukuran abnormal -- lebih pendek untuk kaki si jangkung Minhee yang bisa dibilang terlalu panjang.
Ia hampir saja menyerah dan berniat meminta kembali kursinya, jika bukan karena catatan kecil dan sebotol susu pisang (ditambah senyum malu-malu dari oknum pemberi yang entah mengapa malah membuat Minhee salah tingkah) .
ㅡ Tertulis disana.
"Terima kasih sudah mau bertukar kursi. Semoga masa perkuliahanmu menyenangkan!"
-- 🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
An Ordinary Me ┊ Deullem / Minisong
FanficSong Hyeongjun tak pernah tahu, bahwa hidupnya yang ia anggap datar-datar saja ini, dilihat kagum oleh sosok yang tak pernah terbayangkan. ㅡ for Minhee and Hyeongjun