Naven PO.V
Tanganku bergetar cukup kencang memegang kertas dialog.Gugup sudah pasti,aku sudah lupa kapan terakhir kali bermain drama.Saat SD mungkin di Jerman.Mungkin kalian agak bingung aku bule type apa.(Dikira rumah kali pake type-w-).Aku keturunan Jerman-Turki. Jangan bayangkan wajahku yang sudah pasti Kece to the Badaiii hehe.*backtostory.Aku ini sebenarnya kenapa?Mengikuti drama ini hanya gara-gara dia? Bukannya aku mau melakukan pembalasan kutukannya?Ini aneh.
"Coba yang ini,"kata Ratu sambil menunjuk sebaris kalimat.Aku menarik nafas lalu menghembuskan,lalu mulai membaca satu persatu kata dri dialog.
"Maukah kau menikah denganku wahai Roro Jongrang,"ucapku lumayan lantang.
"Mmm...Naven maaf.Ini bukan sekedar kau bersuara keras atau tidak.Ini butuh penghayatan ekstra,"komentar Ratu.Aku mengulangi kalimat tadi, menurutku sudah hampir penuh penghayatan.
"Begini Naven,saat kau mengucapkan kata-kata itu kau harus punya bayangan tentang orang yg kau sukai lalu kau melamarnya, harus punya bayangan-nya,"nasihat Ratu.Aku mengangguk mengerti."Raquelle saja...aku mencintainya,"gumamku pelan.Tetapi aku gagal melakukannya.Aku sulit membayangkannya.
"Tidak...tidak bisa.Mungkin hatiku memang sudah tertutup untuk dia," pikirku.
Aku memandang sekeliling,dan memutar pandanganku.Gadis itu sedang mengangkat beberapa properti untuk drama ini sesekali bercanda dengan sahabatnya itu.Ya...yang sekarang ada di sisiku dan percaya kalau aku bisa melakukan pekerjaan ini adalah Ratu.
"Mungkin...mungkin aku sekarang mencintai-nya,"."Terlalu cepat?Tak peduli,".
Naven PO.V Off
-Prambanan I'm in Love-
Ratu PO.V On
"Ok All break for 15 minutes. Remember 15 minutes,"kata kak Vadya dengan toa besarnya.
"Kamu capek nggak?,"tanyaku pada Naven.
"Nggak kok,menyenangkan bisa ambil bagian dalam pertunjukkan,"jawabnya senang sambil duduk di tangga panggung.
"Peluhnya bercucuran," gumamku sambil mengeluarkan tissue dari tas kecilku.Aku mengelap keringatnya dengan hati-hati.Dia mendongak dan memandangku seperti...seperti.
"Hei jangan menatapku seperti itu,"ucapku sambil memalingkan muka.Dia mengambil tissue dari kantongnya dan melakukan hal yang sama denganku.
"Sepuluh detik,sepuluh detik Naven hanya memandangku sambil mengusapkan tissue-nya ke dahiku."M...makasih,"ucapku setelah sadar dari pesona Naven.
"Dia sebenarnya memang tampan,"gumamku bersemu.
"You're welcome,"jawabnya santai. "Oh iya ini untukmu,balasan untuk baju tadi,"katanya sambil menyematkan gelang berhiaskan kupu-kupu ke pergelangan tanganku. "Dia pasti membelinya di sekitar pusat oleh-oleh disini.Manisnya," gumamku.
"Thank's again," jawabku.
"Never say that words to me again,okay?,"katanya sambil meletakkan telunjuknya di bibirku.
"Mmm...Okay,"jawabku setelah ia menarik telunjuknya.
-Prambanan I'm in Love-
Aku menatap Naven dari bawah panggung ini hari ketiga dan bsok latihan terakhir sebelum pertunjukkan semoga tidak terjadi apa-apa.Naven?Dia sudah hebat, mungkin bakat bermain peran sudah lama mengalir dalam dirinya.Dia mengagumkan.
"Aktingmu bagus, penghayatan dialogmu juga sangat indah,"pujiku setelah Naven turun dari panggung."Makasih,ini kan juga berkat kamu yang udah percaya aku bisa memerankan Bandung Bondowoso ini,"jawab Naven sambil mengelus puncak kepalaku.Kami terdiam,bukan lebih tepatnya aku yang terdiam akibat sentuhan dadakan Naven.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jet'aime Prambanan
Storie d'amoreTakdir.Satu kata itu...apa kalian mempercayainya?.Aku percaya...termasuk takdir baik ataupun buruk.Aku juga percaya...tentang legenda 'benang merah' yang menghubungkan kita dengan jodoh kita kelak.Yang akan semakin mendekat seiring berjalannya waktu...