20. Hitungan Mundur

924 169 18
                                    

"Satu.... Dua.... Tiga.... Empat...."
Di tengah hutan, ada seorang gadis sedang berjalan-jalan. Sesekali dia tiba-tiba berjongkok untuk mengambil batu dan melihatnya. Orang-orang yang tidak mengerti kalau melihatnya mungkin mereka akan mengira gadis ini aneh. Tapi sebenarnya setiap batu yang ia ambil ada tulisan di atasnya.

"27.... 28.... 29...." Mengikuti batu, Joohyun sudah keluar dari hutan. Dan sekarang sudah ada orang yang menunggu di depan.
Di belakang orang itu ada gunung yang tidak terlalu tinggi. Ketika melihat ke depan, kita dapat melihat pemandangan matahari terbenam dengan jelas. Pemandangan indah ini membuat mata Joohyun tidak bisa berpaling. Tapi yang lebih membuat dia tidak bisa berpaling adalah Seulgi yang lebih daripada pemandangan indah apa pun.

"30!" Joohyun melompat ke depan Seulgi. Melihat senyumannya, membuat Joohyun ingin menyembunyikan Seulgi agar tidak dilihat orang lain.
"Seulgi-ah, mana yang ke-30?" Meskipun sedikit terpesona oleh senyumannya, Joohyun juga tidak lupa dengan tujuan dan alasan datang ke sini.

Hari ini pagi-pagi Seulgi sudah menghilang, tetapi dia ada meninggalkan catatan memberi tahu Joohyun untuk menemui dirinya di gunung belakang rumah Kim setelah jam 1 sore. Walaupun bingung, tapi Joohyun tetap menurutinya.
Ketika sampai di atas gunung, dia melihat di atas pohon ada sebuah catatan, ini adalah Seulgi yang meninggalkan di sini untuk Joohyun. Dia diminta berjalan ke depan sambil memperhatikan batu-batu di jalan. Akan ada batu yang terdapat tulisan yang menuliskannya kisah mereka. Satu batu berarti satu hari, sampai hari ini pas sudah 30 hari.

Beberapa tulisan di batu membuat Joohyun terkesan. Ada yang membuatnya marah, ada yang membuatnya tertawa. Tetapi, ini semua benar-benar terjadi setelah mereka bertemu. Cerita awalnya terasa lucu, namun semakin jauh semakin membuat hati Joohyun terasa hangat, senyumannya tidak pernah berhenti.
Tetapi ketika batu ke 29 tiba-tiba dia berhenti. Di depannya sudah menjadi sebuah halaman kosong. Seulgi, si pembuat permainan juga berdiri di sana, di mana batu ke 30? Jangan-jangan tadi ada yang salah hitung?

Joohyun coba mengingatkan kembali apakah tadi ada yang terlewat, atau ada angka yang berulang. Tapi Seulgi tiba-tiba menarik dia ke dalam pelukan, mencium sudut bibirnya dengan lembut.

"Cerita ke 30.... Ada di sini," Seulgi menunjuk hatinya.
Melihat ini, Joohyun juga meletakkan tangan di dada Seulgi, merasakan detak jantungnya.
"Kenapa kamu mau menulis hal-hal itu di batu?" Joohyun bertanya.
"Karena meskipun cerita kita pendek, tetapi juga kuat seperti batu, tidak akan hilang selamanya."
"Kalau yang terakhir kenapa ada di hatimu?" Melihat ke mata Seulgi yang dalam, ia merasakan kelembutan yang tidak berubah.
"Karena aku ingin mengukirmu di dalam hati, membawa pergi selamanya."
Warna kerinduan sudah menyebar di atas awan. Warna merah milik matahari dari kejauhan jatuh ke mata Seulgi, membakar habis semua keteguhannya.

Joohyun tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Bibirnya sedikit terbuka, menyenandungkan lagu dari masa depan ke masa lalu. Ketika lagu berakhir, Seulgi memintanya menyanyikan satu lagu lagi, kemudian membenamkan kepalanya ke bahu Joohyun, mengucapkan kata-kata manis di samping telinganya.
Kali ini, tidak menunggu lagunya selesai, ciumannya sudah jatuh lagi. Jari-jari mengusap lembut di wajah, turun ke leher dan bahu hingga tangannya.

Kegelapan menyelimuti langit, sinar bintang jatuh ke dalam mata bercampur dengan air mata, mencerminkan janji yang tidak akan berubah.

"Seulgi, Joohyun, ke kamar saya sebentar," ketika sampai di rumah Kim, mereka langsung dipanggil Lee Sooman.

"Ini untuk kalian," Lee Sooman mendorong sebuah barang ke depan Seulgi, "Anggap aja ini sedikit dukungan saya untuk kalian."
"Tuan, ini terlalu mahal, kami tidak bisa menerimanya," Seulgi melihat itu adalah sepasang gelang. Rantai berwarna emas campur merah. Terlihat sangat mahal, Seulgi dengan cepat menolak.
"Hei, jangan bilang begitu," Lee Sooman tidak peduli dengan penolakannya. Melihat mereka masih tidak mau mengambil, dia yang berdiri dan memasangkan di tangan mereka.
"Tuan...." "Tuan Lee...."
"Seulgi-ah! Joohyun-ah! Bagaimana pun tuan tetap mendukung kalian. Jalan di depan pasti banyak halangan, tapi selama kalian masih bersama, kalian pasti tidak akan takut menghadapi berbagai kesulitan, kan?"
Lee Sooman berbicara sambil memasang gelang, "Nasib ini sangat rumit dan juga sangat mudah. Ia dapat mempertemukan kalian yang berasal dari zaman yang berbeda, tapi juga dapat memisahkan kalian kapan saja. Tetapi bagaimana pun, takdir yang menyatukan kalian, asalkan cinta ini tidak terputus, pada suatu saat nanti kalian juga tetap bisa bersama, mengerti?"

Antara ngerti dan tidak, Seulgi dan Joohyun mengangguk, kemudian diusir lagi kembali ke kamar.
"Sudah! Bukannya kalian sudah bermain sepanjang hari ini? Cepat istirahat!" Lee Sooman kembali lagi menjadi tuan yang ramah senyum kemudian menutup pintu.
"Uh.... Iya, selamat malam," Seulgi membawa Joohyun kembali ke kamar.

Ada suara yang memecahkan keheningan malam ini. Seulgi yang masih memeluk Joohyun untuk membujuknya tidur langsung berbalik dan meraih senjata yang terbang masuk dari luar jendela.
Sedikit kebisingan membangunkan Joohyun, ia membuka matanya dan melihat ke Seulgi yang tersenyum.
"Sudah siap? Kita akan melarikan diri sekarang!" Lelucon yang tidak cocok dengan suasana tegang ini membuat Joohyun tertawa.

Bulan berjalan ke tengah langit, diam-diam mengumumkan kedatangan bulan purnama.
Ada suara bertarung yang terdengar di telinga, tapi senyuman masih terlihat di wajah mereka. Saling berhadapan tanpa suara, mereka menemukan keberanian di dalam mata satu sama lain.

Waktu berpisah juga perlahan mulai hitung mundur.

TBC

Selamat makan malam semuanya~

SeulRene | Seribu Tahun (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang