Seperti biasa, dia seperti anak gadis kebanyakan, yang bangun tidur terus mandi, eh bukan cuman anak gadis, tapi semua anak kebanyakan.
Hidupnya yang cukup datar ini sepertinya bakal terisi warna warni kehidupan dunia,
"Oh iya belum perkenalan, bentar bentar..."
"Ehem,"
"Ehem...,"
"Eheeeemmmmm!, maaf baru sakit tenggorokan hehe." Gadis dengan surai hitam kecoklatan agak bergelombang ini terlihat sedang bersolek di depan kaca kamarnya setelah seusai mandi pagi, ia sepertinya sedang asyik berlatih untuk perkenalan dihari pertamanya memasuki bangku sekolah menengah atas.
"Makena Friskle, biasa dipanggil Kei atau nggak Askle, 14 tahun." Sembari menyisiri rambut gelombang lautnya secara perlahan dan sabar.
Melihat usia Kei memang cukup muda untuk usia standar memasuki bangku SMA, tapi itulah kenyataannya, usia itu ia dapatkan karena mengikuti program sekolah menengahnya selama 2 tahun saja.
Kei yang sedang merapikan rambut dan bajunya itu lalu mulai lagi bicara sendiri didepan kaca, memegang sisir yang otomatis ia digunakan sebagai mic dan, "Arrgh! Kei bodoh! Ntar kan MOS, bukannya perkenalan maju satu-satu! Hadeh."
Ia mengacak-acak rambutnya yang telah lama disisir tadi, lalu duduk kembali sembari menghembuskan nafas panjang seakan menunjukkan dirinya cukup nervous di hari pertama masuk SMA untuk pendaftaran ulang serta diadakannya kegiatan MOS.
Didalam hatinya berkata, "Apa yang akan terjadi nanti ya? Apakah akan berjalan lancar atau tidak? Apa banyak orang-orang yang akan menjadi temanku? Hah.. aku sangat gugup."
Kei lalu membelalakkan matanya ke arah jarum jam di kamarnya,
"Ah, sudah waktunya."
Gadis pemilik mata belo berwarna coklat inipun langsung bergegas lari mengambil tas dan mengigit roti di meja makan lalu berlari menuju ke halaman parkir rumahnya.
Terlihat gadis manis ini sepertinya menunggu seseorang di depan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalent
Teen Fiction"Her tears were real, but they didn't realize it." "She kept herself, her Ambivalent Loves, and felt more... more pain." . . Dia hanya sendiri di dalam sebuah kenyataan pahit yang dihadapi, tak ada pemberian solusi, mereka hanya memberikan tambahan...
