DUA BELAS

11 3 0
                                    

Malam telah menjelma menjadi pagi. Sejak kejadian malam kemarin, beban dan pikiran Kirana menjadi lebih banyak. Tetapi Kirana bukan tipe yang pantang menyerah. Meskipun dia harus mengorbankan impiannya sekalipun.

"Kano," panggil Kirana ke adiknya yang tengah duduk.

"Iya, Mbak?" Jawab Kano.

"Mbak berangkat sekolah dulu. Kamu jangan main jauh-jauh ya. Kunci pintu rumah. Makanan ada di meja juga."

"Iya Mbak,”

Kano mengantar Kirana sampai di depan pintu. Lalu melambaikan tangannya ke arah Kakaknya. Kirana membalasnya dan menambah senyum.

Kirana lalu berjalan keluar gang untuk naik angkot menuju sekolahnya. Setelah menunggu beberapa menit di depan gang, akhirnya Kirana mendapatkan angkot jurusan ke sekolahnya.

Angkot yang dinaiki Kirana lumayan rame diisi anak sekolahan juga. Di perjalanan, Kirana mengarahkan pandangannya di jendela angkot. Semilir angin masuk melewati jendela angkot yang terbuka lebar.

"Mas, kiri." Ucap Kirana sambil mengetuk langit-langit angkutan sebagai tanda.

"Oh, yo. Sebentar ya Dek."

Angkot berhenti di kiri jalan. Kirana turun dari angkot lalu membayar ongkos ke mas angkotnya. Kirana lalu menyeberang di tempat penyeberangan. Dia memasuki sekolah dengan sedikit lesu tetapi berusaha dia nampakan baik-baik saja.

Kini dia sudah sampai di kelasnya. Tiba-tiba Amanda datang merangkul pundaknya sampai sedikit oleng.

"Kir. Aku ada pengumuman bagus loh!" Ucap Amanda tetiba pada Kirana

"Apa? Aku taruh tas dulu."

"Oke."

Kirana berjalan menuju bangkunya lalu meletakkan tasnya. "Pengumuman apa?"

"Sebentar lagi bakal ada tes beasiswa kampus lho! Kampusnya negri yang biasa kesini. Trus, Tes nya bakal diadakan minggu depan. Kamu mau ikut gak? Aku ikutan loh!" Ucap Amanda penuh antusias.

"Wah … berita besar nih, tapi Aku kok ga yakin ya?”

"Gak yakin gimana sih? Kamu itu pintar tau!"

"Iya sih, tapi ini kan tes beasiswa. Waktu sebentar lagi, Aku belum belajar."

“Bisa kali, sempetlah. Aku yakin kamu bisa kok," Amanda coba meyakinkan Kirana.

"Hmm …" Kirana menghembuskan nafas perlahan,
“Yaudah, Aku coba kejar kejar materi tesnya.” Sambung Kirana.

“Nah, gitu dong. Hehe …Kalo kamu butuh bantuan bilang aja ya, oke?” Ucap Amanda senang akhirnya temannya mau berusaha.

"Iya," jawab Kirana masih dengan tidak percaya diri.

***

Zia datang dengan bersenandung ria. "Pagi Kirana!"

"Pagi juga Zia."

Zia duduk di sebelah Kirana yang sudah siap dengan mata pelajaran pertama. Zia menatap Kirana dengan bibir yang dimayunkan.

"Eh? Kenapa, Zia?"

"Gapapa. Rajin amat."

"Hehe, kayak baru kenal aja."

"Emang baru kenal. Canda seyeng. "

"Iya deh terserah Zia."

"Ututuu.. Kapan-kapan main ke rumahmu dong," ucap Zia.

"Rumah ku jauh dan sempit. Jadi gausah, hehe," balas Kirana sambil mengayun-ayun tangannya.

"Gak masalah. Kapan? Kapan?"

"Gak usah, Zi. Ibuku galak loh."

"Alasan kamu. Lulus sekolah aja gimana? Sekalian ngerayain lulusan," saran Zia.

"Aku gak janji ya. Aku aja main ke rumahmu."

"Terserah deh. Sebisamu ya! Aku free terus kok."

" free-hatin maksud kamu? Hahaha!"

"Apa sih!" Zia menyenggol lengan Kirana.

"Maaf. Peace." Kirana membentuk jarinya angka dua.

"Iya deh..."

Zia kemudian mengambil bukunya di dalam tas. Dan menatanya sedemikian rupa seperti di meja Kirana. Ya, Zia suka meniru apa yang di suka orang lain. Terutama Kirana. Jadi, Kirana biarkan Zia melakukan itu.

Bel masuk sekolah berbunyi. Kelas menjadi sangat ramai. Lalu sunyi saat guru sudah datang ke kelas.

***

See you next chapter

Salam,

Lintang AksamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang