KRRIINNNGGG
Bel pulang sekolah berbunyi, Kirana bergegas merapihkan barang bawaannya kedalam tas.
“Nda, Zi, Aku pulang duluan ya,” ucap Kirana pada Amanda dan Zia sembari berjalan keluar kelas.
Kirana melangkah secepat yang ia bisa menuju jalan depan sekolah. Ia ingin mengambil lembur di tempat kerjanya, karena orang-orang yang datang tempo hari kerumahnya menagih hutang, - Kirana harus kerja lebih giat lagi untuk melunasi hutang itu. Ditambah dia harus tetap menyisihkan sebagian waktunya untuk belajar mengikuti tes seleksi beasiswa.
Tak butuh waktu lama angkot yang ditumpanginya melaju dan sampai di depan tempat kerjanya. Kirana bergegas masuk kedalam dan mengganti pakaiannya.
“Mbak,” sapa Kirana pada Mbak Rika yang sudah ingin pulang karena selesai jam kerja.
“Eh, Kiran. Ini masih sisa ya, paket tadi sore. Tolong kamu selesaikan ya”
“Iya Mbak” jawab Kirana sambil mengambil sisa paket yang dimaksud Mbak Rika.
Kirana langsung mengerjakan semua paket-paketnya hari itu. Dia berkerja penuh semangat sekali, sedikit terburu-buru memang, karena dia ingin cepat-cepat pulang untuk belajar tes beasiswa. Kirana sangat senang sekali tadi pagi begitu mengetahui bahwa segera akan ada tes beasiswa disekolahnya, tapi dia juga sedikit panik. Bagaimana tidak? Seminggu lagi sudah tes, tapi Kirana baru mulai belajar hari ini.
***
Detik ke menit, beranjak jam, berganti hari. Hari-hari berlalu tanpa disadari, Kirana melalui semuanya dengan nikmat dan seperti tidak ada beban sama sekali. Tak terasa sehari lagi tes beasiswa akan dimulai. Sejak dua hari yang lalu Kirana izin pulang cepat pada boss nya untuk belajar guna persiapan tes beasiswa, tentu saja dia di izinkan, “Kerjamu sangat cekatan, jadi jika kamu meminta izin pulang cepat beberapa hari saja, untuk apa Saya menahan-nahan?” begitulah ujar bossnya saat Kirana meminta izin.
Jam dinding kamar saat ini menunjukan pukul 10.25 malam, dan Kirana masih terduduk dengan buku belajarnya yang seolah pasrah dan tak berkutik pada tekad Kirana yang tak kenal padam. Dilihatnya ke belakang, sang Adik dan mimpinya sudah melayang-layang. Semenjak tahu akan ada tes beasiswa, Kirana sungguh antusias mempersiapkannya. Selalu saja seperti ini, kerap belajar tanpa mengenal waktu lagi. Bagi Kirana, belajar itu bisa dimana saja, bisa kapan saja. Tidak melulu harus disekolah, tidak hanya pagi sampai sore saja. Dilahatnya Kano lekat-lekat, lagi-lagi bintang kecil itu telah menjadi semangat untuknnya. Menjadi alasannya kuat sampai saat ini.
“Mbak kok belum tidur?” tiba-tiba saja Kano terbangun
“Eh, iya Dek. Mbak lagi belajar nih, sebentar lagi selesai kok.” jawab Kirana bermaksud menyuruh adiknya tidur kembali.
“Kamu tidur lagi aja, nanti Mbak nyusul ya.”
“Engga ah, Kano mau nunggu Mbak Kiran aja. Biar bareng,” jawab Kano sambil mengucak matanya.
“Yasudah, Mbak beresin dulu. Setelah itu kita tidur ya”
Akhirnya Kirana pun menyudahi belajarnya malam itu, merapihkan jadwal untuk besok sekolah dan kemudian siap-siap pergi tidur. Lagi pun sudah jam 11 malam, dia bisa kesiangan jika tidak tidur sekarang.
Kirana membaringkan tubuhnya diatas kasur lusuh yang nyaman itu, tempat adiknya terlelap saat ini. Kirana selalu suka saat-saat serperti ini, menatap langit-langit kamar kemduian mulai terlihat besitan masa depan mereka. Kirana sedang tersenyum bahagia sambil melihat adiknya yang sedang bercengkrama dengan teman-teman sebayanya di bangku Sekolah Dasar. Begitulah bayangan yang kerap terbesit kala ia menatap langit-langit kamarnya. Dan perlahan, Kirana pun lelap dengan senyuman.
***
Senin pagi, adalah pagi yang direpotkan oleh kebanyakan pelajar di negeri kita ini. Namun khusus pagi ini, kerepotan itu beriring dengan ketegangan di sekolah Kirana. Bagaimana tidak? Tes beasiswa kampus akan dilaksanakan hari ini setelah upacara sekolah. Kualitas belajar mereka akan di uji dalam beberapa jam saja hari ini, dan untuk Kirana, dia benar-benar di uji karena hanya punya kesempatan belajar selama sepekan. Semoga saja dia bisa mengerjakannya tanpa hambatan, semoga.
“Ya, untuk murid kelas dua belas. Bapak mohon perhatiannya sejenak. Dan yang lain harap tenang, ya.” Ucap Kepala Sekolah ketika upacara baru saja usai, sembari mengedarkan pandangannya.
“Baiklah Anak-anak ku sekalian. Seperti yang kalian ketahui, sebentar lagi kalian akan menghadapi sebuah tes. Tapi kali ini bukan seperti tes ingin mengikuti olimpiade, melainkan tes yang akan berpengaruh untuk kalian kelas dua belas untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya …” Kata-kata tenang dari Kepala Sekolah menjelma rasa yang bermetafora pada jantung murid-muridnya.
“Untuk kelas dua belas, 15 menit lagi kalian masuk ke aula untuk memulai tes. Itu saja dari Bapak, tetap semangat dan utamakan kejujuran.” Tutup Kepala Sekolah.
Semua murid kelas dua belas langsung menyiapkan diri menuju aula untuk mengikuti tes. Begitupun dengan Kirana. Impiannya dan Bapak akan terwujud bila dia berhasil mengikuti tes beasiswa ini. Huh. Tak ada lagi yang terpikirkan oleh Kirana selain tes saat ini.
Dilangkahkannya kaki Kirana menuju aula, namun perasaan khawatir tadi itu sepertinya bukan berasal dari tes yang akan dijalani. Tiba-tiba saja telepon Kirana bergetar didalam tas, di ceknya telepon itu dan Kirana mendapati sebuah kebingungan.
“Nomor siapa ini?” gumamnya sambil mengerutkan dahi.
Oh, ternyata ada sebuah pesan masuk juga. Mungkin saja itu akan menjelaskan siapa yang menelponnya barusan, begitulah pikir Kirana. Namun yang dia dapati lebih dari penjelasan, melainkan sebuah ancaman.
EH, BOCAH. LO LUPA YA SAMA PERJANJIAN KITA? CEPET LO PULANG SEKARANG ATAU ADIK LO DALAM BAHAYA!!
Sebuah pesan yang hampir saja membuat Kirana ingin pingsan. Dia tahu persis siapa yang mengirim pesan ini, jika bukan penagih hutang tempo hari. Oh, dia lupa bahwa sudah diberi tempo oleh mereka.
Sial!
Tanpa pikir panjang, Kirana berlari keluar sekolahnya. Tak perduli dengan mata-mata yang menatap kebingungan, yang penting ia harus segera pulang, atau Kano dalam bahaya.
***
Thanks semuanya
See you next chapter
Salam,
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintang Aksama
Teen FictionMimpi menjadi salah satu alasan seseorang bertahan hidup. Namun, bagaimana jika mimpimu terpaksa kau lepaskan demi mimpi yang lain? Akankah kamu tetap bertahan? Lalu bagaimana kau akan menjalani hidup? *** Cerita ditulis oleh 4 orang: 1. @ifadewi30...