Wattpad Original
Ada 6 bab gratis lagi

Prolog

19.8K 1.3K 126
                                    

Jehan menghentikan langkah. Dia mengerucutkan bibir sambil memperhatikan sekelompok orang sedang bercanda tawa di pojok kantin. Sementara, dua temannya masuk terlebih dahulu dan sibuk mengelilingi etalase untuk memilih makanan.

Mood Jehan langsung berubah tidak baik. Meskipun hampir setiap hari melihat pemandangan itu, Jehan belum juga terbiasa. Dia mendengus kesal dan hendak memutar tubuh, meninggalkan kantin.

"Woi, makan dulu biar nggak baper!" Ester, satu teman Jehan, menahan tangannya sambil menyeringai.

"Males, ah. Nggak mood!" jawab Jehan ketus.

"Parah, nih! Lo yang ngajak malah mau kabur aja!" dengkus Selena galak, kemudian memutar bola mata.

Jehan menunduk lesu. Dia pasrah diseret menuju meja kosong. Selena menarik kursi, dilanjutkan Ester menekan bahu Jehan agar duduk manis. Tentu saja, beberapa pasang mata melirik kegaduhan itu, membuat mereka menjadi bahan tontonan sekitar.

Bersamaan dengan itu, sekelompok orang yang mengubah mood Jehan datang menghampiri. Jehan menahan napas, sedangkan kedua temannya menyapa ramah. Mereka berbasa-basi sambil tergelak, menandakan mereka cukup akrab.

"Baru keluar, ya?" tanya Vincent

"Iya, nih," jawab Selena. "Kalian mau pulang? Cepet banget."

"Iya, mau hujan." Selena dan Ester manggut-manggut. Memang di luar awan sudah menghitam. Kemungkinan besar akan turun hujan deras. "Ya sudah, kita duluan, ya," pamit Vincent.

"Duluan," lanjut Sigra.

Kelima orang itu akhirnya pergi, meninggalkan tiga cewek yang sedang menunggu pesanan makan siang. Selena dan Ester memandang Jehan serius, sehingga cewek itu berdecak tidak suka.

"Apa, sih?" Jehan mengibaskan tangannya.

"Pandangan lo mirip emak-emak kompleks haus gosip," kata Selena gemas.

"Cemburunya nggak bisa ditutupi!" Ester menambahkan.

"Gue ngerasa, dia sengaja panas-panasin gue," Jehan berdecak makin kesal. "Sengaja banget harus gandengan tangan! Harus mesra gitu di depan gue!"

"Terserahlah. Pacar dia sendiri!" Ester menyela cepat.

"Udah sih, lo sadar diri aja, bukan siapa-siapa!" Selena paling semangat memupuskan harapan Jehan.

Jehan memutar bola mata, tidak terima. Obrolan mereka terhenti karena kedatangan dua orang pramusaji mengantar makanan. Selena dan Ester menyambut semangat. Sedangkan Jehan, yang sudah kehilangan nafsu makan, hanya menarik napas kasar. Ester dan Selena mengucapkan terima kasih pada kedua pramusaji itu. Setelah itu, Ester dan Selena mulai sibuk mencicipi, meskipun sudah sering makan di kantin tersebut.

"Gue yang kenal Kak Eghan lebih dulu," gumam Jehan sambil menggigit potongan timun tanpa semangat. "Kenapa malah jadian sama Beryl?!"

"Kak Eghan nggak cinta sama lo!" kata Ester semangat setelah menelan makanannya.

"Lo nggak cantik. Lo bukan siapa-siapa! Bangun dari tidur lo sekarang!"

"Kampret!!" Setiap kali membahas perasaan Jehan pada satu cowok kawanan tadi, Jehan tidak pernah mendapatkan dukungan. Mereka menyuruh Jehan untuk berhenti memikirkan Eghan.

"Cari cowok baru! Move on!"

"Cowok bukan dia aja! Cari yang lebih ganteng!"

"Argh! Bacot!!"

Tetapi kedua temannya malah tergelak tanpa merasa bersalah. Seakan perasaan Jehan tidak berharga.


Perfect Love : Heart ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang