Empat

25 3 3
                                    

Aku dengan prinsip awal menolak hal-hal yang berbau tahayul justru kini mempertanyakan prinsipku sendiri. Kenapa aku mengalami hal yang tak bisa dijelaskan secara logis ini. Namun karena keadaan yang tak bisa di rubah, aku seketika teringat ucapan puji salah satu rekanku yang kebetulan memegang tanggung jawab sebagai ketua pelaksana diklat kali ini.

"satu-satunya tameng kita saat ini cuma berdoa git, karena kita gamungkin datengin paranormal atau dukun buat mengatasi hal-hal semacam itu".

Puji bener, kalo tiba-tiba ada dukun dateng ke kampus malah jadi aneh. Orang jurnalistik, yang notabenenya mahasiswa, justru percaya dengan hal-hal tabu semacam dukun akan jadi topik hangat satu kampus. Kemana larinya akal sehat dan ideologis yang dijunjung tinggi itu kawan.

Jadi setelah melihat kaki yang bergelayut di pembatas pagar itu aku memutuskan untuk berdoa apapun untuk mengurangi rasa paranoidku. Dan syukurlah saat aku menengok keatas, kaki itu sudah hilang.

***


Aku terus mengecek blocknote mini yang sering aku bawa kemanapun, didalamnya berisi catatan-catatan kecilku. Aku memang sedikit pelupa, jadi keperluan dan agendaku sering aku tulis dalam note tersebut, apalagi sekarang aku dihadapkan dengan kegitan semacam ini. Banyak hal yang harus aku persiapkan, dan tentunya tak boleh ada yang terlupa. Note kecil itu sering aku simpan di saku belakang celana dengan pena di antaranya. Ketika aku melewati ruang logistik yang berada di kelas samping ruang panitia aku melihat hendri sedang mengemas sesuatu, membuat langkahku terhenti,

"git nanti malam agendanya susur kampus kan, Lo pastiin lagi rute buat anak-anak biar gak ada yang salah ya"

Aku terdiam sejenak, mencoba menelaah ucapan hendri yang sangat tiba-tiba itu.

Loh ko di kampus sih? Bukannya itu agenda buat sesi dioutdoor ya?

Tanyaku heran pada hendri. Karena setauku agenda itu memang akan dilaksanakan di tempat outdoor dan kami akan berkemah disana sebagai puncak kegiatan diklat.

"lo gak di kasih tau rasti emang? Divisi acara minta supaya susur hutan diganti ke susur kampus. Soalnya lagi musim ujan, dia gamau ngambil resiko. Lagian kan enak dikampus juga git"

Bukan itu masalahnya hen.. Batinku

Lo tau rasti dimana ga?

"Dia di auditorium sama peserta, lagi ngisi materi kayanya, lo mending bantuin gue bikin patok buat rute git"

Gue mending menyelamatkan diri dulu hen,

Setelah mendapat informasi dari hendri yang memegang divisi logistik tentang agenda susur kampus aku memutuskan pergi menemui rasti untuk mekonfirmasi hal tersebut. Hendri berdecak sebal ketika aku meninggalkannya begitu saja saat ia meminta bantuan,

"yeuu malah kabur"

Aku melihat rasti sedang memberi arahan pada peserta di ruang auditorium tentang denah kampus. Disana juga ada puji dan kak fiana seperti sedang mendiskusikan materi yang kuyakini adalah susur kampus. Meski ragu, aku menghampiri puji dan meminta penjelasan kenapa hanya aku yang tidak diberitahu.

"tadi pagi lo masih sakit git, rasti udah ngasih tau ide nya pas briefing tadi pagi. Dan anak-anak setuju"

Kenapa ga sesuai rencana awal aja sih ji,

"emang kenapa kalo di kampus git? Kan lebih aman juga"

Kak fiana bener, resiko yang timbul bakal lebih disedikit dan kalaupun hujan turun gak akan jadi kendala. Tapi perasaanku sungguh mengatakan ini bukan hal yang tepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia di lantai 3 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang