Menempuh Hidup Baru (2)

133 13 0
                                    

Matahari sudah tenggelam, hari berangsur gelap ketika Rayhan duduk di emperan Masjid Agung. Ya, ini hari pertama dirinya kembali memimpin jama'ah sholat maghrib di Masjid Agung Kiai Ma'sum setelah satu minggu lamanya ia berlibur ke Jogja.

Tepat di emperan tepi teras, ia duduk menalikan tali sepatu bersiap hendak pulang. Sebelum beranjak, ia sempat mengecek ponsel yang ada di saku kemeja. Sambil tersenyum ia mengetikkan sesuatu di layar, membalas pesan. Dia kaget ketika tiba-tiba seseorang muncul sambil bersuara 'ehem' dan langsung ikut duduk di sebelahnya. Refleks ia mengunci layar ponsel kemudian memasukkan lagi ke saku kemeja.

"Eh, sampeyan?"

"Ndak langsung pulang, Mas?" Wira bertanya, tapi pandangannya tetap lurus ke depan memperhatikan kendaraan berlalu-lalang yang terlihat di seberang jalan. "Udah ada istri kan sekarang?" tambahnya.

"Kalau langsung pulang, nanti maghribnya keburu habis. Lagipula aku kangen tempat ini."

Suasana hening sejenak. Wira masih sibuk memperhatikan jalanan sedang Rayhan berusaha merapihkan kembali ikatan tali sepatu yang sebenarnya sudah rapih.

"Emm, Wira. Terimakasih ya, kamu udah mau repot-repot cariin pemasok kashmir buat Faeza Grup."

"Kebetulan aja Mas, aku punya relasi ustadz-ustadz yang hobi konsumsi kashmir. Kebetulan juga mereka ada relasi pemasok. Jadi pas Pak Rama cerita tentang saffron kekinian itu, aku jadi tergerak buat join. Ya, ndak ada salahnya sambil belajar bisnis."

"Kenapa ndak dari dulu? Banyak kan ustadz-ustadz yang berbisnis juga."

"Ya mungkin, baru dikasih kesempatan sama Allah nya waktu-waktu ini, Mas."

"Berarti mulai sekarang bakalan rajin ya ngunjungin kantor?"

"Ya, tergantung kebutuhan aja lah."

"Mm, ngomong-ngomong dari tadi ndak lihat Pak Kiai?"

"Abah lagi ada rombongan ziarah ke kudus, tadi pagi berangkat."

"Oh!" Rayhan mengangguk-angguk. "Eh, aku pamit pulang ya, keburu adzan Isya." tambahnya.

"Iya."

Rayhan menepuk bahu Wira sebelum akhirnya beranjak, berjalan menuju parkiran mobil kemudian melaju meninggalkan halaman masjid agung.
***

Di sebuah kamar yang luas bernuansa coklat kayu, Nisa duduk di sofa berwarna abu-abu yang terletak bersandar di salah satu sisi dinding, memangku laptop sambil serius mengetikkan sesuatu sambil sesekali tangannya meraih biskuit di toples yang tergeletak di dekat tempat ia duduk. Kemudian ia melirik pojok kanan bawah layar laptop tertera angka 21:15. Beberapa detik kemudian, pintu kamar terbuka.

"Assalamualaykum!"

"Waalaykumussalam warohmatullah."

"Belum tidur?" Sambil menyentuh kepala Nisa. Nisa hanya menggeleng.

Rayhan kenudian berjalan menuju meja kecil dekat tempat tidur meletakkan beberapa lembar kertas lalu menuju arah lemari pakaian mengambil satu stel piyama dan handuk kemudian masuk ke kamar mandi.
Nisa meletakkan laptop, menyimpan toples biskuit ke meja semula.

Ia berpindah duduk bersandar di atas kasur sambil meraih kertas yang tadi diletakkan oleh Rayhan.

Skenario Saffron Kashmir
Saffron Kashmir pemasok
Rancangan produksi
Tes produk dan pasar
Sistem Distribusi

Beberapa judul tercetak tebal yang sempat dibaca oleh Nisa.

"Mmm, begini tho sibuknya pimpinan perusahaan kalau ada produk baru. Dan ini kayaknya sih ditargetkan membawa omset yang tinggi. Agak beban ya!" Ucap Nisa seorang diri.

Masjid Agung Kiai Ma'sumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang