Trois (3)

1.9K 261 60
                                    

Selarut apapun kegiatan Yeonjun dan Soobin di luar, mereka tetap pulang dan tidur di apartemen mereka. Itu adalah salah satu kesepakatan tak tertulis utama yang sama-sama mereka setujui. Kecuali ketika mereka memang harus menginap di luar, maka mereka harus mengabari kalo mereka tidak pulang dan dimana mereka akan bermalam. Jadi tidak akan ada yang menunggu.

Tapi malam ini Yeonjun terhuyung pulang ke apartemen pukul 3 pagi, dan tidak ada tanda-tanda Soobin di dalam. Tidak ada yang menunggu Yeonjun pulang. Tidak ada yang mengocehi Yeonjun karena pulang larut, dengan jejak alkohol di bajunya. Yeonjun hanya mendengar suara napasnya di tengah keheningan.

"Binie?"

Yeonjun melangkah masuk dan berhenti di depan pintu kamar Soobin. Mengetuk pelan pintu kamarnya, berharap akan ada sahutan dari dalam atau setidaknya suara berisik Soobin menggeliat di kasurnya.


Nihil.


Yeonjun mendesah pelan. Kepalanya sakit. Ia berbalik ke arah sofa di ruang tengah dan membaringkan dirinya disana. Yeonjun merogoh handphone di saku celananya dan mencoba untuk menghubungi Soobin.

Panggilan dialihkan ke voicemail. Lagi.

Yeonjun menatap kosong ke langit-langit apartemennya, pikirannya kembali melayang ke pertanyaan Wooyoung tadi di bar.


"Lo sayang sama Soobin?"


Sure, Yeonjun tuh sayang sama Soobin. Sayang banget. Tapi masuk konteks sayang yang manakah perasaan yang dia punya saat ini; itu yang Yeonjun gak tahu.



Flashback.

Yeonjun terdiam, dan beberapa menit kemudian memilih buat meneguk kembali minumannya daripada menjawab pertanyaan Wooyoung.

"Jun. Gue tuh kenal banget sama lo, ya. Seorang Choi Yeonjun aslinya gak pernah suka nyakitin perasaan orang, mainin perasaan orang. Tapi liat deh sekarang, udah berapa cewek sih yang lo patahin hatinya pake embel-embel Soobin itu tunangan lo? Gue gak tau deh lo yang sekarang emang bejat atau beneran goblok."

Wooyoung tertawa melihat tatapan tidak terima Yeonjun dengan tangan yang siap menjitak kepalanya. Wooyoung hanya mengangkat bahu, tidak peduli.

"But Man, maybe you're just in love. Sama Soobin. And you're craving for his attention, aren't you? Lo pengen dia ngebacot ke lo, lo mau diperhatiin sama dia, lo pengen Soobin cemburu sama lo. Ya, kan?"

Hell, Wooyoung mulutnya bisa diem gak sih?

"Berisik, Woo, sumpah."

"Hahaha, am I hitting the right spot?"

"Balik aja lo, makin pusing gue liat lo."

Wooyoung tertawa makin keras, lalu menepuk bahu sahabatnya itu. "Ya udah yuk balik? Gue anterin. Lo gak bisa bawa mobil dengan keadaan kek gini."

Flashback ends.




Apa iya selama ini bukan perasaan menjaga Soobin sebagai seorang kakak yang dia rasakan?

Apa benar kelakuannya selama ini hanya untuk menarik perhatian yang lebih muda?

Apa benar usahanya menjaga reputasi yang dibangun publik akan dirinya itu berakhir dengan menyakiti dirinya dan orang disekitarnya? Menyakiti Soobin?

Apakah... Yeonjun memang sudah seegois itu?

Yeonjun kembali mendesah panjang. Mengacak rambutnya kasar lalu menutup mata dengan lengan kanannya. Entah pukul berapa akhirnya Yeonjun jatuh tertidur.

YEONBIN - THE HEART WANTS WHAT IT WANTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang