Epilogue

347 51 26
                                    

"beomgyu! jangan gangguin adekmu!"

"iya bun... TAPI GANGGUIN ADEK ITU SERU, HAHA!"

tak lama kemudian si bungsu menangis karena terus-terusan diganggu oleh kakaknya.

beomgyu tertawa makin kencang. akhirnya ia mendekat ke arah adik kecilnya itu dan berusaha menenangkannya.

"jangan nangis ya wonyoungie, wony jadi jelek kalo nangis, cup cup." ucap beomgyu sambil menggendong adiknya dan menghapus air matanya.

ajaib, wonyoung tidak berhenti menangis. namun ia sekarang jadi memeluk leher beomgyu.

"heh, kalo mau nangis jangan di leher kakak dong!"

tak lama kemudian wonyoung yang berada di gendongan beomgyu terambil alih oleh sang ayah.

"kenapa sih kak? kok gitu banget sama adek sendiri?" ucap ayahnya sambil menggendong wonyoung dan menimang-nimangnya.

beomgyu mengerucutkan bibirnya. tak mau menjawab pertanyaan sang ayah, dan malah berlari menuju kamar kakak sulungnya.

sang ayah tak terlalu memikirkannya, mungkin ingin bermain bersama sang kakak pikirnya.

si kakak yang sedang bermain play station itu menengok sebentar lalu menjeda permainanannya. ia tahu adiknya itu butuh tempat berkeluh kesah saat ini.

beomgyu duduk disamping sang kakak, lalu tanpa babibu langsung memeluknya. "abang jisung....!" ia menangis dipelukan sang kakak.

jisung mengangkat tubuh adiknya itu dan memangkunya. "ada apa hm? wonyoung lagi?"

beomgyu mengangguk sambil mengusap kedua matanya agar air matanya tidak terus-menerus turun.

"dulu siapa yang minta punya adek? kan abang udah bilang, punya adek nggak selamanya enak loh. apalagi wonyoung masih satu tahun, ditambah lagi dia anak cewek satu-satunya."

yah, niat awal ingin mengadu malah diceramahi oleh jisung.

"ish, bunda sama ayah kenapa lebih sayang sama wonyoung sih?!"

jisung mengernyitkan dahinya heran. "ey jangan bilang gitu ah. ayah sama bunda sayang sama semuanya kok."

"buktinya mereka selalu bela wonyoungie!"

jisung bingung harus menjawab apa. akhirnya ia menyerahkan ponselnya untuk beomgyu. "abang ada urusan, nih kalo mau main. batre nya jangan nyampe abis ya!"

beomgyu mengangguk dan menerimanya.

jisung keluar dari kamarnya dan mencari ayah dan bundanya. pertama, ia mencari ke dapur terlebih dahulu. biasanya ada sang ibunda disana sedang memasak.

tepat seperti dugaannya.

"bunda?" panggil jisung. ia mendekat ke arah chaeyoung.

chaeyoung yang masih sibuk memasak itu menoleh. "oh abang. kenapa?"

jisung menggeleng. ia mengambil pisau dan mulai membantu bundanya memotong beberapa sayuran.

"beomgyu ngadu?" tebak bundanya.

ya, jisung tahu jika bundanya itu pasti selalu bisa menebak dengan tepat sasaran.

"karena wonyoung?" tebak bundanya lagi.

jisung mengangguk. ia telah selesai memotong sayur mayur tersebut.

"bun, em gimana ya ngomongnya. beomgyu jangan terlalu dikerasin gitu. masih tujuh tahun dia, kasian jisung ngeliatnya."

"emang kamu dulu tujuh tahun nggak kayak dia? kamu lebih parah sung."

jisung nyengir doang.

"lagian ya sung, seiring berjalannya waktu dia pasti bakalan ngerti kok, cuma belum waktunya aja. kayak kamu sekarang ini. bunda nggak pernah manjain kalian, ayah kalian aja yang terlalu begitu."

Hey, San [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang