Tirta

12 0 0
                                    

Sekar pangkur kang Winarna

Lelabuhan kang kanggo wong ngaurip

Ala lan becik puniku

Prayoga kawruhana

Adat waton puniku dipun kadulu

Miwah ingkang tata krama

Den kaesthi siyang ratri

      Ruang kelas yang tadinya ramai tiba-tiba hening. Siswa yang biasanya apatis mendadak terdiam ketika suara rekan satu kelasnya menggema. Lantunan macapat seperti menjadi sihir bagi mereka untuk diam bahkan untuk yang tidak tahu artinya satu kata pun. Berbeda dengan lagu pop atau lagu modern lain, lagu daerah Indonesia memang punya nuansa sendiri. Entah itu dari Jawa, Bali, Aceh, Papua, Maluku, Kalimantan ataupun daerah lain asal dinyanyikan dengan tepat akan memberikan kesan mendalam.

     Masih lekat dalam ingatan siswa, seminggu lalu guru mereka Pak Hasan menunjukkan sebuah video tentang kelompok paduan suara asal Indonesia yang baru saja memenangkan kompetisi tingkat dunia di Italy. Kemenangan itu tidak lepas dari pilihan lagu yang dibawa, kelompok itu membawakan lagu Yamko Rambe Yamko yang diaransemen begitu indah.

     Kini rasa takjub itu muncul kembali, bahkan guru pengampu seni musik terhenyak dengan suara emas sang murid. Lantunan macapat pernah beberapa kali didengar Hasan ketika berkuliah di jurusan Seni Musik tapi suara muridnya sedikit berbeda level dari yang pernah didengar. Untuk ukuran remaja menyanyi dengan teknik seperti ini adalah hal luar biasa.

    Bayu Tirta Saputra. Siswa baru asal Semarang yang pendiam. Beberapa kali dia masuk kelas X IPA 2, Hasan melihat bahwa anak itu jarang berinteraksi dengan siswa lain. Tirta atau begitulah nama panggilannya, bukan siswa mencolok selama di kelas. Tapi pada sesi ini berhasil menarik perhatian satu kelas.

     Tepuk tangan segera bergema begitu Tirta selesai bernyanyi. Kini semua mata memandang penuh perhatian ke Tirta seolah wahyu baru saja turun ke tengkorak tebal penghuni kelas IPA 2 bahwa ada eksistensi bernama Tirta. Sadar menjadi pusat perhatian pemuda jangkung mengalihkan pandangan mata ke bawah.

    Hasan selaku guru segera mengambil kendali kelas. Daftar nilai miliknya segera dibuka untuk menuliskan nilai Tirta yang baru saja maju. "Bayu Tirta Saputra," ucapnya.

"Ya, Pak."

"Kamu tahu lagu apa yang kamu nyanyikan?" Guru muda SMA Dewantara sedikit penasaran apakah siswa ini tahu apa yang dia nyanyikan.

"Tembang Macapat, dan yang saya nyanyikan itu Pangkur," jawabnya dengan suara cukup keras hingga satu kelas bisa mendengar.

"Kamu tahu maknanya?"

      Tirta mengangguk pelan. "Secara garis besar lirik yang saya nyanyikan adalah nasehat untuk memahami hakikat tentang pengabdian untuk kehidupan, tentang perilaku baik dan buruk harus diketahui. Memahami pula bahwa aturan itu ada, serta siang malam jangan sampai melupakan tata krama."

      Hasan tersenyum bangga. Rupanya masih ada siswa zaman sekarang yang masih memahami budaya dimana dia berasal. Walau Hasan bukan orang Jawa tapi dia patut berbangga dengan muridnya satu ini. Sebuah langkah yang tepat baginya memberi tugas untuk menyanyikan lagu daerah yang mereka bisa. "Bagus, anak-anak itu tadi adalah salah satu lagu dari Jawa. Dan dari Tirta kita tahu bahwa Pangkur adalah salah satu macapat. Sekali lagi tepuk tangan dan Tirta boleh duduk."

     Tirta segera melangkah menuju bangku miliknya di sudut kelas. Anehnya jarak menuju terasa sangat panjang kali ini, entah karena perhatian yang baru saja diterima atau perasaan gugup yang tiba-tiba menjalar. Semua rekannya terlihat aneh.

MONTASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang