Menatap tajam bongkahan batu besar yang ada di depanku, memasang kuda – kuda siap bertarung padahal lawannya adalah batu, menarik napas dalam, menggenggam koin dengan tangan kanan siap.
"Tehnik Tinggi – Level 1...." Membaca matra sihir.
Dari tanganku muncul lingkaran sihir berwarna biru, itu biasa saat sihir akan digunakan, kemudian aku melempar sebuah koin ke atas, aku juga menatapnya agar bisa melihat di mana dia akan jatuh. Saat koin itu hampir ada di depanku aku melanjutkan membaca matra.
"... Sambaran Listrik!" kataku sampil menyentil koin yang aku lempar.
BUUMMMM......!!!! Blezzzz.....
Aku terpental karena ledakan yang berasal dari sihirku sendiri, ledakan di sertai percikan listrik yang menyambar ke segala arah itu sangat berbahaya, untunglah sebelumnya aku sudah meminta Yaimui memberiku sihir perlindungan, aku bisa selamat dari ledakan itu.
"Kau ini, masih melakukan hal bodoh yang tidak berguna lagi." Kata Yaimui menghinaku.
Mencoba bangun. "Kau! tidak bisakah mengatakan hal yang sesuai dengan keadaan?" Kataku kesal.
Aku, Azalia dan Yaimui masih berada di taman, aku masih sibuk melatih mantra sihir yang aku miliki, setelah melihat Azalia menembak dengan senjatanya, aku semakin ingin berlatih meningkatkan kemampuan sihirku dan juga mencoba tehnik baru yang di sebut Railgun.
Itu adalah kemampuan yang sangat hebat, di peragakan oleh salah satu tokoh anime dan menjadi tokoh favoritku, namun saat aku mencoba melakukannya entah kenapa selalu gagal dan berakhir dengan kecelakaan.
Koin yang aku gunakan meledak hingga membuatku terpental, daya ledaknya sama seperti ledakan tabung gas 3 kg, aku mengalami luka bakar ringan, namun berkat Yaimui lukaku sudah sembuh, Yaimui menggunakan sihir peyembuhan yang sama dengan di gunakan Frez.
Bukannya kapok aku meminta Yaimui memberiku sihir perlindungan untuk melindungiku dari ledakan, Yaimui awalnya menolak namun aku tetap memaksa hingga akhirnya di menyerah memberiku sihir perlindungan. Setelah itu aku terus berlatih untuk menggunakan tehnik itu.
Duduk santai di atas batu. "Tidak peduli dengan keadaan, bodoh tetaplah bodoh." Katanya enteng.
Aku berdiri dengan sangat kesal, perempuan ini punya sifat paling aku tidak sukai, dengan cepat aku membaca mantra lalu mengarahkan tanganku tepat ke arah Yaimui.
"Tehnik Tinggi – Level 1 – Sambaran Listrik." Membaca mantar mengarahkannya ke arah Yaimui.
Percikan listrik dari tanganku langsung menyambar ke arah Yaimui namun saat hampir mengenainya mucul kobaran api yang melindunginya dari serangan sihirku, sambaran listrik terpecah ke segala arah di belakangnya.
Blazzzz....!!! Percikan listrik menyambar kesegala arah
"Cih."
"Sayang sekali, sihirmu terlalu lambat." Katanya tersenyum mengejek.
Aku kesal dengan perkataannya namun dia memang benar, dalam ilmu sihir, membaca matra adalah hal paling dasar dalam pelajaran, karena terlalu lama membaca mantra sihir dia bisa menggagalkan seranganku.
Api yang melindungi Yaimui tidak semata – mata ada untuk melindunginya, itu juga termasuk sihir, sebuah sihir yang bisa di gunakan tanpa harus membacakan mantra terlebih dahulu, bisa dibilang sihir tanpa mantra.
"Aku akan segera menguasainya dan saat itu tiba aku akan mengalahkanmu." Kataku dengan tatapan sinis.
Tersenyum. "Coba saja jika kau bisa." Kata Yaimui mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Love Story : Lost Legendary Weapon Vol 2
FantasíaVolume ke dua dari cerita Magic Love Story : Lost Legendary Weapon. Note : Sebelum membaca cerita ini di sarankan untuk membaca cerita sebelumnya. Magic Lost Story : Lost legendary Weapon Vol 1.