5. Awal dari Kisah Ini

885 39 3
                                    

Ketika SMA, Aileen dan ketiga temannya—Diaz, Vira, dan Luna harus sekolah di sekolah yang berbeda. Lagi-lagi Aileen bersekolah di sekolah negri, sementara ketiga temannya itu bersekolah di sekolah swasta yang mahal.

Aileen baru tahu, bahwa Vira merupakan anak dari Direktur pemasaran di MG grup. Itu merupakan salah satu perusahaan besar di seluruh negri yang memproduksi perangkat elektronik. Seperti TV, ponsel, kulkas, laptop, dan perangkat elektronik lainnya.

Sementara Luna, dia merupakan anak dari salah satu pejabat pemerintah. Ibunya juga merupakan pejabat pemerintah yang cukup dikenal oleh banyak orang karena selalu memberikan solusi bagi permasalahan rakyat.

Kalau Diaz, dia sudah jelas anak konglomerat. Ayahnya merupakan pengusaha sukses. Dari mulai hotel, mall, dan tempat liburan lainnya. Bisnis perhotelannya juga sudah mendunia. Itulah yang menyebabkan ayahnya Diaz sering ke luar negri.

Sementara Aileen sendiri adalah anak piatu yang dia sendiri tidak tahu di mana keberadaan ayahnya. Seperti apa rupa ayahnya. Sederhana saja. Aileen hanya ingin tahu, apakah ayahnya masih hidup atau tidak. Jika masih hidup, itu sudah keterlaluan karena tidak menjumpai dirinya.

Diaz, Luna, dan Vira satu sekolah. Sementara Aileen lain sendiri.
Sejak kecil, Aileen selalu berteman dengan Diaz. Dia tidak terlalu memikirkan untuk mencari teman baru. Bahkan kebiasaan itu terbawa hingga dia SMA. Saat SMA, Aileen kesulitan untuk mencari teman.

"Heh, kalian tahu kenapa dia selalu sendirian?" Ada seorang gadis dengan rambut cetar membahananya bertanya kepada teman-temannya sambil menunjuk Aileen yang duduk sendirian di kantin sekolah.

"Nggak tau. Katanya dia orang yang kasar. Dia udah tiga kali pindah sekolah. Sekolah kita yang keempat kalinya." Yang lainnya menjawab pertanyaan yang dilontarkan temannya itu.

Aileen hanya bisa menghela napas mendengarnya. Sudah dua bulan di sekolah ini, dan dia selalu digosipi dengan hal-hal seperti itu. Kenapa dia bisa pindah sekolah, kenapa dia selalu sendirian, kenapa tidak ada orang yang berbicara kepanya. Apakah dia mengidap autis atau gangguan mental lainnya. Yang pasti itu menyakitkan.

"Tiga kali?" Yang lainnya menyahuti sambil membulatkan matanya.

"Iya. Dengar-dengar, dia sering mukulin abang kelasnya. Lalu membulli teman sekelasnya. Yang paling parah, katanya dia pernah nampar gurunya." Gadis yang tadi menjawab kembali. Sepertinya dia tahu banyak tentang Aileen.

Aileen menghela napasnya. Dia paling tidak suka jika dibicarakan di belakang. Tetapi daripada dia mendapat masalah kali ini yang berujung dengan hukuman bibinya, Aileen memilih diam saja.

"Tapi gue sih kasihan sama dia. Katanya dia anak haram. Nggak ada yang tau bapaknya siapa. Ibunya juga udah meninggal. Dia tinggal sama bibinya yang janda." Gadis itu kembali menggosip.
Meja itu terdiri dari empat orang gadis SMA. Padahal meja Aileen tidak jauh dari mereka. Tetapi bisa saja keempat gadis itu menggosipi Aileen.

Aileen bangkit berdiri. Dia emosi sekarang. Berani sekali gadis itu mengatakan dia anak haram. Ibunya saja setiap malam selalu menceritakan betapa baiknya dulu sang ayah memperlakukan ibunya.

"Siapa yang anak haram?" Aileen menggebrak meja keempat gadis itu. Wajahnya merah padam karena sudah terlanjur emosi.

Keempat gadis itu tampak terkejut. Pun orang-orang yang ada di sekitar meja itu tampak menoleh menatap keributan yang dibuat Aileen.

"Siapa? Hah?" Aileen menatap tajam ke arah gadis yang sok tahu itu.

"Jangan nyolot! Gue cuman cerita apa yang gue dengar dari orang lain." Gadis itu membalas tatapan Aileen.

AILEEN (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang