Rasa

137 11 0
                                    

Pagi ini matahari hanya muncul sebagian, nampaknya ia ingin menutup diri. Seperti diriku. Namaku Aliva. Aku adalah gadis yang terlahir dengan ajaran-ajaran baik oleh orangtuaku, meski begitu mungkin orangtuaku lupa mengajarkanku untuk berani mengungkapkan rasa. Buktinya, sampai sekarang aku hanya bisa menyimpan rasa, tanpa berani mengungkapkannya. Ya, rasaku untuknya.

Singkatnya, sampai detik ini, aku masih mencintainya. Sudah beberapa kali aku membuat tulisan menggambarkan perasaanku padanya. Sudah sekian kali aku menguntai kata tanpa pernah dia tahu, ternyata sajak ini untuknya. Aku sadar, kesalahanku ialah aku tidak memberitahunya sejak awal. Bahwa sekali lagi, aku mencintainya.

Namanya Bintang. Indah bukan? Ya, seindah wajah yang tergambar dibenakku detik ini. Aku mengenalnya sejak masa sekolah dan sekarang aku sudah kuliah menginjak tahun kedua. Aneh bukan? Mencintai dalam diam selama itu dan sampai saat ini masih dengan perasaan yang sama, tanpa dia tahu. Atau mungkin, dia pura-pura tidak tahu? Entah. Stagnan rasanya. Merasa bergerak tapi ternyata masih jalan ditempat. Merasa berjalan, di jalan yang tidak ada ujungnya. Capek? Tentu. Tapi hati ternyata hanya mau apa yang dia mau.

Aku memang mencintainya. Tapi apa aku akan menyampaikan rasa ini dengan percaya diri padanya? Meski ada kemungkinan 1000% dia juga mencintaiku kala itu, aku tak akan melakukannya. Bahkan hanya untuk menghubunginya saja, rasanya tak mampu. Apa sampai detik ini dia juga menungguku untuk memulai? Jika iya, sampai matipun tak akan ada perubahan yang terjadi diantara kita. Saling diam, saling memilih cinta yang lain, dan saling sadar bahwa mungkin kita tidak ditakdirkan semesta untuk bersama.

Rampung yang RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang