21. Home Schooling

209 26 21
                                    

"APA HOME SCHOOLING?". teriak deka tak percaya dengan permintaan fika.

"Iya deka! Mama lakuin itu, karena mama khawatir sama kamu! Akhir akhir ini kamu sering sakit loh, badan kamu juga sering lemes! Makanya mama fikir kalo kamu sekolah di rumah aja, kamu bakalan jaga kesehatan dan kamu gak kecapean!". Jelas fika ke deka.

Deka menggeleng tak setuju.
"Deka gak mau ma! Home schooling itu gak enak ma! Deka gak punya teman! Apa lagi kan 1 semester lagi deka lulus, gak usah lah kaya gituan segala!". Tolak deka lagi.

"Maka dari itu deka, cuman waktu 1 semester lagi aja kamu lulus mama anjurin buat home schooling! Biar kamu itu fokus sama pelajaran dan kesehatan kamu! Dan untuk temen? Temen kamu bisa aja kan main ke sini dan temuin kamu? Mereka pasti ngerti lah! Kalo kamu home schooling karena sakit kamu!".

"Gak ma deka gak setuju! Mama aneh deh, apa sih sebenarnya sakit deka? Sampai harus deka home schooling? Jawab ma!! Apa sebenarnya sakit deka?".

"Gak ada deka kamu gak sakit apa apa!".

"Kalo deka gak sakit apa apa terus kenapa deka harus home schooling? Pokoknya deka gak mau ma! Deka mau sekolah seperti biasanya aja! Deka gak lemah lemah banget kok".

Fika menghela nafasnya kasar, tatapannya beralih ketika ponselya bergetar.
"Iya ada apa?". Kata fika pada seseorang di seberang sana.

"..............".

Terlihat fika sangat serius berbicara dalam telfonnya membuat deka meliriknya dan mengamatinya. Fika terus memijit pelan pelipisnya mendengarkan orang yang berbicara dengannya. Hingga akhirnya, fika mengangguk dan mematikan sambungan telfonnya.

"Ya sudah kalo itu mau kamu! Tapi kamu cuman boleh sekolah selama 4 hari aja, karena hari jum'at dan sabtunya kamu harus kontrol ke rumah sakit buat kemoterapy! Ngerti?". Ucap fika kembali pada deka.

Deka mengerutkan dahinya.
"Kemoterapy?". Tanyanya bingung. "Buat apa? Kaya deka penyakitan aja deh ma!". Lanjutnya.

"Sudah kamu gak perlu banyak nanya! Intinya gini aja, kamu setuju dengan usulan mama yang ini atau kamu pilih home schooling?". Sambar fika serius.

Pilihan yang berat untuk deka. Di saat seperti ini, mengapa mamanya sangat mencurigakan. Terlihat begitu jelas jika fika menyembunyikan sesuatu dari deka. Deka terus menerus mengacak ngacak rambutnya frustasi karena bingung harus memilih yang mana.

Sedangkan fika, ia melakukan home scholling karena imun tubuh deka semakin hari semakin lemah saja akibat dari Kelebihan sel darah putih yang selalu menggerogoti darah merah di dalam tubuh deka. Sehingga dokter, menyarankan fika agar deka untuk boarding school saja di rumah.

"Jadi gimana? Atau kamu mau mama kirim ke papa kamu, supaya kamu seperti dulu dia menjalani pengobatan vertigonya di LA?". Tambah fika.

Deka langsung menggeleng. Ia tak setuju jika, fika akan mengirimnya ke papanya yang ada di malaysia lalu kemudian terbang ke LA. Bagaimana kalo nantinya deka tak dapat bertemu dengan lisa?. Ahh... deka tak dapat menyimpulkannya.

"Agrrhhhh…". Erang deka frustasi. "Ya udah deh deka maunya sekolah 4 hari aja! Tapi kalo masalah kemoterapy mama harus jawab dulu buat apa?". Kata deka akhirnya, namun ia tetap bertanya pasal kemoterapy itu.

"Ya jelas buat pengobatan kamu lah dek! Gimana sih? Orang kamu kena leukimia juga!".

Deka membulatkan matanya.
"Apa?". Tanyanya karena terdengar begitu samar di pendengaran deka.

Fika terkejut. Apa yang barusan ia katakan?. Ia terlalu jauh dalam berbicara membuat ia tak sadar, hal yang harus di tutupi rapat rapat keceplosan begitu saja.

Romantic (Donghyuk-Lisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang