Kalaulah Adam tidak bergelimang sepi?
Akankah kami, perempuan tetap ada di dunia ini?
Melahirkan generasi penerus yang siap menghadapi sengitnya pertarungan di bumi
Iriskan sejumlah rasa yang kian hari makin tak terjeruji
Belum lagi fajar datang menyingsing membangunkan cahaya benderang penuh pesona
Aku, dia dan semua perempuan penerus Hawa
Niatkan di sanubari tuk menghadiahkan yang terbaik bagi dunia, nelangsa, tapi tak mengapa
Gemericik air hujan masih membekas di jendela
Gagang pintu terkuak perlahan menyisakan derik kecil hampir tak bersuara
Aman, mimpinya tak harus sirna di penghujung malam
Jeritan dan rintihan tak berbunyi datang dari makhluk tak berdosa di ruang kerja kami
Ah, kami tidak mau tahu
Dendam membara seakan memuncak ketika besi teramat tajam mengiris satu persatu makhluk Tuhan
Inginku bukan, ini untuk mereka
Pemimpin dan pejuang kelangsungan hidup bumi pertiwi
Ego tak bisa mengalahkan naluri kami yang telah tercipta dari tulang rusukmu, Adam
Rasa tak adil sekalipun tak pernah terbersit dari relung hati
Emansipasi, kami punya itu bukan karena kami merasa tersaingi
Menjadi pendampingmu yang bisa membantu kalian mengubah dunia juga menjadi prioritas kami
Pujian, perhatian dan perlindungan dari kalian akan kami jadikan penggiat mendidik generasi pemberani penerus negeri
Ukiran senyum mengisyaratkan bahwa kami, perempuan, bangga menjadi makhluk yang kalian muliakan
Angka bahkan tak akan mampu memberikan nilainya untuk derajat kami
Nikmatnya hidup, di telapak kaki kami saja ada surga, lalu bagaimana dengan ubun-ubun kami?
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Puisi
PoesíaAssalamualaikum Hai semuanya... Jangan sungkan untuk mampir dan membaca karya-karyaku ya... Salah satunya antologi puisi ini. Disini aku membuat kumpulan puisi dengan berbagai tema, cinta, keluarga, teman, religi, dan lain-lain. Aku juga membuka se...