Four

641 69 7
                                    

Disclaimer: Massashi Kishimoto

Rated: T - M

Pairing : SasuFemNaru.

.

Uchiha Sasuke: 29 tahun

Namikaze Naruto : 25 tahun

Warning: GenderBender, FemaleNaruto, Miss Typo(s). Etc

Dont't Like! Don't Read!
.

.

.

"Ada apa Ayah memanggilku?" tanya Sasuke sembari berjalan perlahan mendekat meja kebesaran Ayahnya di Uchiha Corp.

Fugaku tersenyum mahfum, dengan gesturnya ia meminta Sasuke untuk duduk di kursi depannya. "Bagaimana kabarmu, nak? Ku dengar, kau sedang melakukan negosiasi kerjasama dengan Sabaku Corp,"

Sasuke mengangguk pelan sembari menggulung kemeja lengan panjangnya sampai ke siku, hari sudah sore dan rata-rata karyawan sudah pulang jadi dia ingin sedikit santai di depan Ayahnya. "Baru negosiasi melalui email belum bertemu secara langsung. Sedikit ada kemudahan informasi karena Naruto menjadi sekertaris Sabaku-san,"

Fugaku mengangguk mengerti "Kenapa tidak dari dulu saja kau mencoba bekerja sama dengan mereka?"

Sasuke sedikit mendengus menahan tawa mengingat alasan dari pertanyaan Ayahnya. "Sebelumnya Sabaku Corp di pegang oleh Temari-san selaku sulung keluarga Sabaku dan dia adalah mantan tunangan Shikamaru assisten Ayah,"

Fugaku menaikan salah satu alisnya "Maksudmu Temari menolak bekerja sama dengan kita karena urusan pribadinya yang pernah menjadi tunangan Shikamaru?"

Sasuke mengangguk sembari tersenyum miring. "Begitulah, saat ini Temari sedang cuti karena kehamilan anak pertamannya sementara Sabaku Corp diambil alih bungsu Sabaku yaitu Gaara. Dia atasan Naruto,"

"Kebetulan yang sangat mujur," kata Fugaku mengangguk paham. "Ah! Sebenarnya Ayah memanggilmu kesini bukan untuk menanyakan pekerjaan,"

Mata Sasuke memincing heran "Lalu?"

"Mengenai Naruto, sudah lama sekali Ayah ingin menanyakan perihal ini padamu,"

Sasuke mengerutkan dahinya sedikit heran Ayahnya tiba-tiba menanyakan perihal kekasihnya, karena tak seperti biasanya.

Ayahnya itu baru saja pulang dari Amerika karena urusan bisnis dan ada apa gerangan tiba-tiba menanyakan Naruto?

"Ayah hanya sedikit bias dengan hubungan yang kalian jalani saat ini," sambung Fugaku lagi.

Sasuke kembali mengerutkan dahinya heran. "Maksud Ayah?"

"Kau tahu bukan? Naruto pernah mengalami kecelakaan sebelum ini yang besar kemungkinan menurut diagnosa dokter membuatnya sulit untuk memiliki keturunan,"

Sasuke tertegun sejenak mencoba menahan lonjakan emosi tiba-tiba pada dirinya ketika mendengar perkataan Ayahnya, menghela nafas sembari menerawang langit sore melalui jendela kaca di ruangan milik Ayahnya tersebut. Mencoba memilah kata untuk membalas pekataaan orang paling ia hormati di depannya. "Bantu aku menemukan pendonor rahim untuk Naruto,"

Fugaku menghela nafas perlahan "Itu tidak mudah, Sasuke. Kau masih muda dan dengan kondisi Naruto saat ini kau pun bisa mencari yang lebih baik dari dia,"

"Ayah, aku tak sepicik itu meninggalkan Naruto begitu saja. Mungkin Tuhan ingin aku dan Naruto untuk berusaha lebih lagi setelah menikah nanti,"

Fugaku sedikit bergumam "Ayah hanya memberimu pilihan yang mudah."

Sasuke mendecak kesal "Lagipula itu baru diagnosa dari dokter dan kecelakaan bukanlah kesalahan Naruto. Aku harap Ayah tak meragukan lagi pilihanku mengenai Naruto."

Fugaku menghela nafas lelah, berargumen dengan putra tengahnya ini memang bukanlah pilihan yang tepat. "Berkemaslah untuk makan malam hari ini di mension utama Uchiha, Ayah janji akan menemukan pendonor rahim untuk Naruto,"

Sasuke menghela nafas lelah, masih tak habis pikir dengan Ayahnya yang selalu membujuknya untuk berpisah dengan Naruto.

.

.

Naruto terdiam, memandang jarum jam menunjukan pukul setengah tujuh malam. Ia masih berada di kantor, sembari menunggu Sasuke yang infonya akan menjemputnya hari ini.

Sembari menunggu Sasuke, ia sedikit menyelesaikan beberapa pekerjaan hari ini agar esok pagi ia bisa fokus mengerjakan hal lain.

"Kau tumben belum pulang," sapa pemuda dengan surai cokelatnya yang tiba-tiba sudah berada di depan pintu ruangan kerja miliknya yang terbuka. Pemuda keturunan bangsawan Hyuuga tersebut menggulirkan matanya ke setiap sudut ruangan yang Naruto tempati, memastikan jika hanya ada sekertaris pribadi kekasihnya yang ada di situ.

Naruto tersenyum kecil "Masih menunggu jemputan, Neji-san."

Pemuda yang menjabat sebegai Plant Manager tersebut mengangguk pelan "Di jemput kekasih?"

"Iya," jawab Naruto singkat, karena pandangannya masih terpaku pada layar monitor di depannya.

"Serius?"

"Iya, dia sedang dalam perjalanan ke sini," kata Naruto mencoba berbohong agar pria di depannya segera pergi dan tak banyak bertanya.

"Oke, tadinya aku mau mengajakmu pulang bersama," seloroh Neji dengan kedua alisnya bergerak jenaka.

Naruto tersenyum lagi "Terimakasih tawarannya, Neji-san. Tapi aku mau menunggu jemputanku saja."

"Baiklah kalo begitu, sampai jumpa besok Naru-chan," kata Neji sembari melambai ke arah Naruto yang di balas dengan anggukan.

Setelah Neji berlalu tiba-tiba ponselnya berdering. Menunjukan panggilan masuk dari kekasihnya.

"Moshi-mo---,"

"Aku sudah di depan gerbang"

"Oke!" kata Naruto segera mematikan ponsel dan komputernya. Bergegas turun ke lantai satu di mana Sasuke tengah menunggunya.
.

.

"Mau kemana?" tanya Naruto yang sudah mendudukan diri di samping Sasuke sembari memasangkan sealt belt padanya.

"Ibu mengundang kita untuk makan malam bersama, karena Ayah baru saja pulang dari Amerika," kata Sasuke perlahan kembali melajukan mobilnya.

"Wah, kupikir Ayah sudah lupa jika beliau mempunyai keluarga di Jepang," ledek Naruto sarkastik mengingat Uchiha Fugaku yang sangat sibuk dan jarang sekali menetap lama di Jepang karena masih ikut andil dalan membesarkan bisnis Uchiha.

"Kurasa ini karena pertunangan Itachi-nii dengan Kurama yang akan di adakan minggu depan."

Naruto terkekeh lagi "Berarti kalau tidak ada pertunangan, maka Ayah tidak pulang?"

Sasuke mengangguk dia tak tersinggung dengan tawa meledek dari kekasihnya, mahfum dengan kesibukan Ayahnya itu. Karena Uchiha Corp sedang mengembangkan bisnisnya di negeri Paman Sam, walaupun Ayahnya sudah berumur tapi semangat untuk memajukan bisnis keluarga sangat besar.

"Lalu pernikahannya apa sudah di tentukan tanggalnya?"

"Entah, belum bisa di pastikan" jawab Sasuke sekenanya, yang di balas dengusan malas Naruto.

"Hari ini melelahkan sekali," sungut Naruto mengalihkan pandangannya ke jendala di sampingnya sembari menyamankan posisi kepalanya untuk tidur.

"Tidurlah, nanti kalau sudah sampai aku bangunkan," kata Sasuke sembari menepuk pelan kepala bersurai pirang Naruto tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di depannya.
.
.
.
Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reflection of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang