Bel masuk pelajaran telah berbunyi. Seketika penghuni kantin perlahan meninggalkan surga sekolah itu. Kini tinggal beberapa orang saja yang masih tersisa di sana. Mungkin mereka menghindari pelajaran yang tak mereka suka, atau makanan mereka belum habis, atau mungkin ada lem yang merekatkan antara pantat dengan kursi sehingga mereka susah untuk meninggalkan kantin.
Namun, ketiga opsi itu tidak berlaku bagi siswi yang mondar-mandir dengan ponsel yang menempel di telinga kanannya. Beberapa murid yang masih di sana, bahkan penjual makanan pun memandangnya dengan terheran-heran.
"Aduh, Anya!!! Angkat dong!!!"
Jarinya mengetuk-ngetuk meja dengan tempo cepat. Inilah kebiasaannya jika sedang berada dalam kondisi cemas seperti ini.
Ia menjauhkan ponsel dari telinganya setelah sang operator memberitahu bahwa nomor tersebut tidak bisa dihubungi. Kemudian ia mengklik ikon telepon lagi. Namun sialnya, nomor Anya kini malah tidak aktif.
Tiba-tiba bahu kananya seperti ditepuk oleh seseorang. Refleks ia menolehkan kepalanya sambil berujar, "Anya!!! Gue ud‐."
"Ck. Gue kira Anya."
Orang itu menautkan alisnya bingung, "Emangnya Anya kenapa?"
Audi menghela napasnya, kemudian menarik kursi dan duduk di sana. Orang itu pun ikut duduk di sebelahnya.
"Anya, Bi," ujar Audi ambigu.
"Iya, Anya kenapa??" Tanya Abi tidak sabaran.
"Tadi kan gue sama dia lagi makan di sini, terus tiba-tiba dia balik ke kelas. Nggak lama dari itu gue nyusul dia ke kelas, tapi dia nggak ada. Terus gue nanya sama temen gue, dan katanya Anya diseret Kak Gaby sama temen-temennya. Gue takut Anya diapa-apain, Bi," ucap Audi dengan satu tarikan napas.
"Gaby? Cewek pembuat onar itu?" Tanya Abi dan dijawab anggukan kepala oleh Audi.
"Wah, bener-bener nggak bisa dibiarin nih!!"
"Ikut gue!!" Abi berdiri sambil menarik tangan Audi.
"Mau kemana? Lo tau Anya di mana?"
"Kalo feeling gue gak salah, mereka bawa Anya ke sana."
☆☆☆☆
"Lo yakin mereka bawa Anya ke sini?" Tanya Audi ragu ketika mereka melewati lorong gelap dan tampak mengerikan.
"Gue yakin."
Tak lama kemudian mereka sampai di ujung lorong yang terdapat sebuah ruangan yang dulunya adalah ruang kelas 12. Pintu ruangan itu tertutup rapat. Audi mengeratkan genggaman tangannya dengan tangan Abi, sebab semakin mereka mendekat ke pintu itu suasana makin gelap dan mengerikan.
Tanpa aba-aba Abi langsung menendang pintu itu dengan kuat, dan pintu pun terbuka. Lantai ruangan yang kotor tersebut basah oleh air. Mata mereka menangkap sebuah tali yang terletak di bawah meja. Sepertinya tali itu baru saja digunakan untuk mengikat seseorang, karena terdapat bekas seseorang yang duduk di situ.
"Kok nggak ada!!???" Pekik Audi.
Abi terdiam sejenak, sambil meneliti keadaan di ruangan ini. "Kayaknya udah ada yang nolongin Anya. Kita ke UKS sekarang!!"
☆☆☆☆
Anya perlahan membuka matanya sambil memegang kepalanya yang terasa nyeri. Matanya menyapu ke sekeliling ruangan yang serba putih ini. Tidak ada siapa-siapa selain dirinya di sini.
"Gue kenapa ya?" Gumamnya pelan.
Ah. Dia baru ingat. Dirinya tadi dibully oleh Gaby. Setelah teringat, ia memegang pipinya dan menekannya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oscillate
ChickLitDi saat dia menjalin hubungan dengan seseorang, tetapi ia tidak memiliki perasaan yang spesial terhadap pasangannya. Hingga pada akhirnya, ia memilih untuk berpaling dengan orang lain. -Oscillate-