16; because he's the person I like

948 103 36
                                    

BIASAKAN BACA SAMPAI HABIS!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BIASAKAN BACA SAMPAI HABIS!

KOME, VOTE, DAN SHARE CERITA INI KE SEMUA TEMAN-TEMANMU.

YUK, BANTU RAMEIN KOLOM KOMENTAR.
EITSS ... TAPI JGN SPAM NEXT DOANG YA.

ADA YANG NUNGGU CERITA INI UP GAK SIK?

AKU GAK BISA UP CEPAT, SOALNYA SUDAH MULAI SIBUK BEKARJA LAGI.

ADA TYPO KASIH TAUUU

HAPPY 9K GESS 💛


"Ran ...." Isak Amara.

Sebuah sapu tangan berwarna putih terjulur di hadapannya.

"Yang pantes menghiasi wajah cantik lo itu hanya senyuman bukan tangisan. Percaya, semuanya akan baik-baik saja," ucap orang itu membuat Amara ikut mendongak menatapnya.

Netra coklatnya bertemu dengan manik coklat yang selama seminggu ini tidak pernah liat lihat. Alden Mahesa.

"Lo!" kejut Amara.

"Masa bidadari nangis sih," ucap Alden berdiri di hadapan Amara dengan kedua tangan masuk kedalam saku celananya.

"Mau gue hapus air matanya pake sapu tangan atau pake tangan gue sendiri?" tanya Alden memberikan pilihan pada Amara.

Bukannya menjawab, gadis berambut coklat itu kembali mengeluarkan air matanya. "Ran ... marah," isaknya terdengar pilu.

Alden tersenyum manis, tubuhnya bergerak untuk mengikis jarak lebih dekat dengan gadis itu. Kedua tangannya menangkup pipi Amara yang sedikit berisi.

"Dia cuman salah paham. Tenang lo sama dia pasti bakal bareng-bareng lagi," ujar Alden menenangkan. Diusap air mata yang membasahi pipi gadis cantik itu dengan kedua tangannya.

Cowok bermata sipit itu sudah mengetauhi masalah diantara dua sahabat itu. Karena, Alden juga menyaksikannya sendiri kejadian di kantin tadi.

"Tapi kalau dia benci sama gue gimana?" Amara mulai berfikir yang tidak-tidak. Dia terlalu takut jika salah satu sahabatnya pergi meninggalkannya.

Jujur, dia trauma akan kehilang. Apalagi, jika harus kehilangan orang yang dia sayang. Setelah ibunya pergi, Amara hanya punya kelima sahabatnya yang selalu menemani hari-harinya.

Alden menyentil kecil kening gadis itu, "Makanya jangan berfikir kayak gitu."

Amara mengerucutkan bibirnya, lucu. mengusap-usap keningnya akibat disentil barusan.

AMARA STORY [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang