BAB 12 JANJI (halm. 2)

1.6K 113 4
                                    

Bus telah berhenti di terminal Gayatri Tulungagung saat adzan subuh berkumandang. Beberapa penumpang turun sehingga bus kembali kosong. Ellia tertidur bersandar pada kaca jendela bus. Syafiq membangunkannya.

"Ellia, kita sudah sampai."

Karena kaget, dia melonjak sedikit.

"Maaf.." kata Syafiq.

"Ah, tidak apa-apa Gus, terima kasih."

Mereka turun dari bus, berjalan menuju masjid terminal.

"Kita sholat dulu ya, pas mau mulai jamaahnya."

Ellia mengangguk.

Seusai sholat berjamaah, mereka makan di warung seberang jalan. Perut mereka hanya terisi sedikit roti bakar dan air sepanjang malam. Syafiq telah menelpon kakaknya untuk menjemputnya.

"Aku akan mengantarmu pulang," kata Syafiq.

Ellia menggeleng," Tidak perlu Gus. Terima kasih. Ini sudah dekat dan hari mulai terang, saya akan pulang sendiri supaya tidak ada fitnah."

Syafiq menggangguk." Baiklah. Aku hanya akan memastikan kau naik taksi."

Mereka keluar warung. Taksi online pesanan Ellia telah tiba. Dengan enggan, Ellia mengucapkan salam dan melambaikan tangan.

"Keliatannya kalian sudah akrab."

Suara dari samping mengagetkan Syafiq.

"Aku tak melihat abang datang?" Syafiq mencium tangan kakaknya.

"Karena yang kau lihat ada disana," Gus Ridwan menunjuk ke arah jalan taksi Ellia yang sudah menghilang. Syafiq tersipu. Ridwan mengingatkan, " Berhati-hatilah saudaraku. Godaan jalan haram itu sangat menggiurkan saat dekat dengan yang halal."

********************

Dirumah Ellia sudah ramai para tetangga yang ikut membantu persiapan pernikahannya. Berbagai jajanan untuk selamatan pun berbaris rapi di meja makan. Malam ini akan diadakan acara Tahlilan dan Manggulan esok harinya. Dan karena repot, mulai besok Lala cuti sekolah karena dia sendiri sudah tidak mau sekolah tadi pagi. Bocah kecil itu terlalu bersemangat untuk 'membantu' persiapan pernikahan ibunya.

Nur dan Anna juga turut membantu. Karena kondisinya belum begitu baik, Ellia melarang Nur untuk bekerja, dia hanya boleh makan saja.

"Terima kasih kalian mau kesini... Aku senang sekali, sungguh." kata Ellia, duduk menemani Anna membungkus kue-kue.

"Aku akan minta bayaran nanti." canda Nur.

"hahaha" mereka tertawa.

Ellia berpaling pada Anna," Terima kasih An. Aku belum begitu mengenalmu tapi kau mau membantuku."

"Aku tidak keberatan kok... "Anna tersenyum.

Nur mendekati telinga Ellia," Heh, apa yang terjadi antara kamu dengan pangeran ganteng kemarin di Jogja? Kalian pacaran ya ?"

Ellia geleng-geleng dan tersenyum lebar. "Aku bukan ABG Nur... Aku janda anak 1."

"Lagi hits kok puber kedua. Siapa tahu kamu juga...."

"Husst! Aku ndak ngapa-ngapain beliau. Pangeranmu itu masih utuh." gurau Ellia.

"Alhamdulillaaaah.... " kata Nur setengah berteriak dan membuat mereka tertawa bersama.

***********
Jum'at, hari H.
Hari yang dinanti sang mempelai. Suara rebana dan sholawat menggema di seantero gang rumah Ellia. Akad nikah akan dilaksanakan 2 jam lagi. Semua sudah siap. Semua sudah beres. Dengan berbalut gaun putih nan indah, Ellia seperti bidadari. Hatinya telah siap dan mantap, menerima imam kedua dalam hidupnya.

Lala sudah duduk manis di dekat penghulu. Ia mendengarkan orang-orang dewasa membicarakan hal yang tidak ia mengerti. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak cerewet atau nakal. Dia akan jadi anak yang paling baik hari ini.

Satu jam menuju prosesi akad nikah.
Ellia sangat gugup. Tangannya terasa sangat dingin. Berkali-kali dia melihat cermin untuk memastikan dia cantik dan pantas untuk Gus Syafiq. Meski Nur sudah puluhan kali memujinya, dia masih tetap kurang percaya diri.

Jam 9 pagi, waktu akad.
Keluarga Syafiq belum ada yang datang. Sudah diberitahu kemarin, agar mereka datang setidaknya setengah jam sebelum prosesi akad dimulai. Tapi sekarang mereka belum terlihat. Mungkin ada sedikit kendala.

Pukul 10.30 wib.
Pak penghulu mulai menanyakan tentang keterlambatan mempelai laki-laki dan meminta untuk menghubungi keluarganya. Ellia sedikit gusar, takut jika ada hal-hal yang tidak diinginkan sedang terjadi disana. Tapi dia berusaha berfikir positif, mungkin ada masalah teknis.

Beberapa kali Pak Mansur menghubungi pihak keluarga Kiai Husin tapi tidak tersambung. Nur pun mencoba, tapi gagal. Begitupun Ellia. Gus Syafiq maupun Nafisa tidak mengangkat teleponnya.

Pukul 11.00 wib.
Pak penghulu mohon undur diri untuk persiapan sholat Jum'at. Dan tak ada kabar apapun dari keluarga Husin. Pak Mansur meminta Galih, keponakannya, untuk menemaninya ke Pesantren. Belum sampai mobilnya keluar pagar, Gus Ridwan menghampiri rumah Ellia. Wajahnya pucat, seperti sangat sedih. Dia menyalami Pak Mansur.

Melihat sosok Gus Ridwan, Ellia berlari keluar rumah dengan gaun pengantinnya. Ridwan menatap Ellia dengan tatapan sendu.

"Gus, apa yang terjadi ?"

MENGGAPAI DUA SYURGA (END) - Sebagian part telah di hapusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang