4

9 0 0
                                    

"Ini sudah ok. Good job Tan." Kata Kak Angga lalu mengAcc laporanku.

"Terima kasih Kak." Ucapku lalu melangkah pergi.

"Hey, gimana laporanmu? Apa sudah di Acc?" Tanya Vivi, sahabatku sejak masuk Psikologi.

"Sudah, kau?"

"Sama, aku juga sudah."

"Aku belum. Huuufft. Kak Raisa benar-benar bawel." Kata Wina, sahabatku yang lain.

"Hahaha, deritamu." Ejek Vivi.

"Sombong sekali Anda wahai saudara Vivi. Mentang-mentang dapatnya Kak Remond. Coba saja kau ditutor kak Raisa."

"Makanya itu deritamu." Timpah Vivi.

"Uuugh, guys, can you just stop? Aku lapar nih." Leraiku.

"Sama aku juga. Ke kantin yuk." Ajak Wina.

"Yuk."

★★★

Tak

"Good Day? Wow, pas sekali dengan cuacanya." Kata Nic dari balik meja resepsionisnya.

"Anggap saja ini ucapan trima kasihku karna laporanku sudah di Acc."

"Tapi ini kurang untuk ukuran 'sudah di Acc'." Tukas Nic

"Aku akan mentraktirmu nanti....kalau sudah ada uang. Aku lagi bokek."

Nic terkekeh.

"Kapan kau selesai?" Tanyaku.

"Masih 1 jam lagi. Kau mau menunggu?"

Aku mengangguk. "Kutunggu disana ya?"

1 jam kemudian, Nic menghampiriku di kursi dekat jendela.

"Ayo pergi."

Kamipun pergi. Kami mampir di minimarker dan membeli beberapa makanan dan minuman. Minimarket ini menyiapkan beberapa meja dan kursi untuk tempat makan dan santai.

Nic terlihat fokus dengan kimbabnya dan aku mulai menggigit sandwichku ketika sebuah pesan masuk ke HPku.

From : Angel

"Apa kau sudah punya pasport? Bagaimana kalau kita membuatnya bersama-sama."

Paspor? Apakah aku akan melangkah lebih jauh lagi? Sanggupkah aku? Apalah aku mundur saja?

"Kau tahu sandwichmu bisa saja berpindah ke dalam perutku selarang kalau kau tidak segera memakannya." Ujar Nic yang membuyarkan pikiranku.

"Hah? Oh. Kau mau?"

Nic menyadari raut kegelisahanku.

"Apakah terjadi sesuatu? Pesan dari siapa?"

"Dari Angel. Dia mengajakku membuat paspor bersama." Kataku lalu tertunduk, sekali lagi membaca pesan itu.

"Nic."

"Hm."

"Apakah sebaiknya aku mundur saja?" Tanyaku sambil memandang jendela.

"Itu sih terserahmu. Kau yang menjalaninya nanti. Pilihan ada di tanganmu. Kalau kau maju kau memang harus berhadap dengan ayahmu. Dia mungkin akan marah besar tapi setidaknya kau akan lega. Kalau kau mundur kau tidak akan pernah kemungkinan yang akan terjadi."

Aku terkekeh.

"Entah kenapa aku merasa takut tapi juga merasa penasaran." Kataku.

"Takut berarti kau memiliki sesuatu untuk diperjuangkan."

Aku menghela nafas lalu memandangnya sambil tersenyum.

"Thanks Nic."

Tbc

Ramyeon + Soju (Ramyeon Meogeullae) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang