Ch.34 | Lose One's Life

76 19 8
                                    

Sebagai seorang anak, sebetulnya Shiroichi tidak benar-benar tahu penyakit apa yang diderita ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebagai seorang anak, sebetulnya Shiroichi tidak benar-benar tahu penyakit apa yang diderita ayahnya. Yang ia tahu hanyalah bawaan lelah karena sang ayah selalu tergila-gila pada kerjaannya. Sering lembur. Sering pulang larut. Atau mungkin bahkan sering lupa istirahat dan makan juga. Setidaknya, itu yang Shiroichi lihat sejauh yang ia amati di rumah, dalam kisaran dua belas tahun terakhir.

          Jika dilihat dari betapa sibuk dan melelahkannya pekerjaan sang ayah, memang seharusnya Shiroichi dapat mengerti dan memaklumi jika ayahnya sering marah. Juga seharusnya dapat berempati. Dulu Shiroichi sempat menaruh semua perasaan itu. Akan tetapi, sikap ayahnya dirasa semakin keterlaluan.

          Bukankah dulu Shiroichi sering membantu sang ayah secara diam-diam, sepulang ia sekolah dan sepulang ayahnya bekerja? Itu memang benar. Bahkan sempat berencana untuk bersikap manis lebih sering lagi dan secara terang-terangan di depan Takasugi Jinjo, setelah ia diperbolehkan bergabung dengan klub bisbol.

          Namun sayangnya semua rencana itu sirna begitu saja, lantaran ucapan serta sikap ayahnya yang lagi-lagi melukai hati Shiroichi. Maka sejak saat itu Shiroichi tidak lagi merapikan ruang kerja Takasugi Jinjo yang berantakan sepulang ia sekolah. Juga tidak lagi merapikan jas dan membuatkan kopi secara diam-diam. Shiroichi, sudah tidak memedulikan apa pun yang berkaitan dengan ayahnya.

          Dan semenjak itu pula, ayahnya jadi sering sakit-sakitan. Shiroichi jadi merasa semua karena perhatian yang tidak ia berikan lagi. Entah kebetulan atau tidak, jarak waktunya begitu bersisian. Tapi kalau Shiroichi pikir-pikir lagi, tentu amat sederhana jika hal tersebut diakibatkan oleh sikapnya, karena toh selama ini Takasugi Jinjo selalu tampak apatis terhadapnya.

          Penyakit Jinjo awalnya dapat cepat sembuh. Lama-kelamaan, terhitung satu tahun terakhir ini, ia jadi pasien tetap yang harus melakukan perawatan intensif, baik itu di rumah sakit maupun secara pribadi di rumah.

          Sesekali Shiroichi penasaran juga dengan penyakit yang diderita sang ayah. Pasalnya, Shiroichi jadi turut kena getah—diharuskan membantu beberapa tugas kantor yang terbengkalai, dengan demikian harus merelakan kegiatan bisbolnya sesaat. Namun tiap kali bertanya pada si kepala pelayan tua, selalu saja jawaban ini yang ia terima: "Tuan muda tidak perlu khawatir, doakan saja Takasugi-sama untuk sembuh."

          Aku tidak pernah khawatir dan tentu saja ingin cepat-cepat orang tua ini sembuh dan tidak membebankan tugas-tugas terkutuk itu lagi padaku!

          Shiroichi berteriak begitu dalam hati saking kesalnya atas respons dari si kepala pelayan. 

          Lalu ... sekarang, dugaannya terhadap keseriusan penyakit yang diderita sang ayah pun terungkap.

          "Tadi siang Takasugi-sama sempat siuman. Bahkan bisa sedikit bercengkerama dan tertawa ringan." Kepala pelayan berambut putih itu memberi sedikit penjelasan. Ia berdiri di samping Shiroichi yang tengah duduk—terdiam menatap Jinjo yang terbaring—di hadapan ruang ICU. 

You are My Dogwood [Extended Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang