Saat Penat raga ini mengelanai makna yang tak bergaris nyata...
Rentang menampung payah...
Tak tegar membendung perih...
Ingin meluapkan keluh dan resah...
Kerapkali, berasumsi Tuhan tidak lah memihak...
Menginjak kala, raga tak lagi sekawan..
menjerit, merintih, dan meluapkan emosi yang tak berbatas...
Mengada-ada ruang mengadu...
Dan, tuhan mengutus rekaan-Nya, untuk melipur nafsi...
langkah menggariskan akan merapati dirgantara mengelam, JINGGA...
Memandang kelud pautan JINGGA ...
Merengkuh mata, hingga memindai tiada cela...
Ronanya, membayang di rupa...
Ego berdiskusi panjang lebar pasal luka...
Hingga terkelabui suasana...
Tak mengenyam, waktu melangkah melampaui...
Kerap merayu tiada bertolak saat kunyaman begini...
Lantaran, saat Ia pergi, tiada satupun mampu memastikan Ia akan kembali...
Bahkan, SANG JINGGA tak juga berjanji...
Enggan membendung gulana, segan juga mengangankan kejelasan...
Ingin menegah namun tak kuasa...
Hingga ia mulai meredup, tanpa berjejak...
berganti pagi yang kian menopang...
Awak merujuk dan berkawan sendu..
Sekiranya, lapang melabuh...
Dan sedia, berpijak kembali, berlakon mujur.