"Wah! Asisten gue cewek nih!" Seru seseorang yang tiba-tiba masuk ruangan. Laki-laki itu membuat Hanum yang baru saja duduk kembali berdiri dengan senyum canggung.
"Pagi, pak." Sapanya lembut.
"Jadi, lo yang akan bantuin kerjaan gue?"
Hanum sontak mengangguk, kemudian mengulurkan tangan kanannya pada sosok laki-laki dia ketahui bernama Rendi.
"Perkenalkan, saya Hanum pak."
"Gue Rendi, sekertaris bos Bagas." Ujarnya sembari membalas uluran tangan Hanum.
"Oh iya, panggil nama saja! Jangan pakai 'pak' gue kan bukan bos lo di sini."
"Engh, mas Rendi gitu saja kali ya?" Tanya Hanum meminta persetujuan.
"Nah bagus tuh, biar mesra!" Goda Rendi. Lagi-lagi Hanum hanya tersenyum canggung.
Ekhem! Keduanya sontak menoleh ke arah sumber suara.
"Dia yang akan bantuin lo di sini Ren, ingat ya buat bantuin! Bukan buat dimodusin. Sudah ada yang punya tuh!" Seru Bagas sambil melirik tajam pada sang sekretaris.
Tanpa rasa bersalah, Rendi hanya terkekeh. Sedangkan Hanum sendiri mendadak bingung dengan ucapan bos barunya tersebut.
"Iya! Paham gue bos! Tenang saja kali, enggak usah galak-galak gitu." Ujarnya santai. Setelah itu Bagas segera masuk ke dalam ruangan kebesarannya.
"Nyaman juga ruangan baru ini." Seloroh Rendi lalu duduk di tempatnya.
Hanum mengernyit heran.
"Ruangan baru mas?" Rendi mengangguk.
"Iya, sepertinya menyesuaikan keadaan makanya dipindah ke lantai satu. Ruangan direktur utama sama gue itu selalu satu paket di lantai atas. Tapi kemarin gue dapat kabar kalau dipindah ke ruang baru." Jelas Rendi.
"Mungkin karena gue abis kecelakaan, mau jalan juga masih susah jadi dipindah biar lebih efektif. Selain itu, lo juga lagi hamil, naik turun tangga bisa membahayakan janin, kan? Ada lift sih, tapi khusus petinggi di perusahaan ini." Hanum mengangguk paham.
"Pak Bagas juga pindah ruangan?"
"Enggak, dia memang punya banyak ruang kerja di setiap sudut kantor ini. Tergantung mood dia saja mau kerja di sebelah mana. Gue mah asal ikut. Sepertinya dia lagi pengen kerja di lantai bawah bareng kita."
Terbukti, Bagas tadi langsung masuk ke ruangan yang ada di depan ruang sekretaris.
"Eh, ngomong-ngomong kok bisa perempuan hamil kaya lo diterima di sini? Di bagian sekretaris lagi? Karena seingat gue bos Bagas itu enggak pernah punya sekretaris perempuan."
"Engh, enggak tahu juga aku mas. Bisa jadi pas kebetulan di sini sedang butuh banget jadi diterima. Toh aku kan tugasnya bantuin kamu, bukan sekretaris utama bos."
"Benar juga sih,"
"Mas Rendi sudah sehat?" Hanum mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Sudah mendingan, tinggal pemulihan saja di bagian tangan kiri. Kebetulan kemarin sempat retak." Hanum mengangguk.
"Aku masih butuh banyak belajar di sini mas, tolong dibantu ya kalau nemuin kesulitan."
"Santai saja! Gue senang kali punya partner sekarang. Biasanya kerja sendiri dan baru ini dikasih partner kerja perempuan."
"Agak aneh ya, biasanya sekretaris bos itu kebanyakan perempuan. Ini bos Bagas setiap nyari pasti laki-laki."
"Mungkin istrinya yang enggak mau pak Bagas dapat sekretaris perempuan kali mas. Takut terlibat affair di kantor!" Gurau Hanum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Karma [Terbit]
ChickLitTERSEDIA DALAM VERSI PDF Definisi terbaik dari istilah 'Jodoh' itu apa? Jika menikah = Bertemu jodoh, Seharusnya aku tidak menjadi janda dua kali! Aku tahu, Baik buruknya perbuatan manusia akan selalu menemukan balasan. Tapi mengapa balasan yang ak...