Chapter - 8 [ Daniel ]

98 24 87
                                    

Singgah sementara
Pergi untuk selamanya
—————
Vivyana











Suho menggeleng gelengkan kepala melihat  ketidak warasan Kakak sepupunya. Setelah  membuat gempar di sekolah dengan memutuskan Finka—tunanganya, sekarang Revan terlihat menggoda adik kelasnya. Bahkan adik kelas yang satu tingkat dengan Suho, luar biasa sekali Revan. Suho berfikir ini salah satu evek karena Revan  berteman dekat dengan Bayu si kadalnya Gemintang.

Tidak penting, namun di samping itu Suho merasa iba pada Revan. Jika Finka mengadu pada keluarganya sudah tidak bisa di ketahui hal seperti apa yang akan terjadi kepada Kakak sepupunya itu. Keluarga Revan tidak seperti keluarga Suho, urusan pribadi atau masalah perasaan tidak pernah di ikut campurkan dengan masalah bisnis. Kim Tan  maupun Dara ingin anaknya hidup dengan nyaman tanpa tekanan. Sangat berbeda dengan keluarga Revan yang selalu membawa urusan bisnis dalam hal apapun.

Lupakan, Suho ingin beranjak pergi ke taman belakang untuk menyegarkan pikirannya namun kakinya stagman, berhenti.

Alunan piano terdengar tidak asing. Hanya dengan intro Suho sudah sangat lafal dengan alunan musik itu.

Gonna Be Alright. 

Lagu yang Vian ciptakan untuk seseorang. Bahkan Vian membutuhkan waktu selama tiga bulan untuk menyelesaikan lagu itu. Ketika lagunya telah selesai Vian menyanyikan pertama kalinya untuk Suho. Vian juga telah mengatakan bahwa hanya Suho dan seseorang yang tahu tentang lagu itu. Namun, kenapa lagu itu bisa di nyanyikan oleh seseorang yang menurutnya asing?

Tanpa Suho sadari kakinya telah tertuntun masuk kedalam ruangan. Berjalan mendekahingga jarak  terkikis. 

Lagu telah memasuki bagian reff, namun sebelum itu terjadi tangan Suho menyentak  jemari lentik yang sedang menari diatas tuth  dengan lihai.

Stagman, Suho tidak bisa memproses apa yang ada di dalam kepalanya. Pertanyaan demi pertanyaan, Bagaimana bisa Lily tahu tentang lagu ini? Terbata, kata kata yang ia lontarkan karena masih menetralkan rasa terkejut, "B...bagaimana bisa kamu mengetahui lagu ini?"

Tidak ada jawaban. Bahkan Suho tidak mengerti kenapa Lily menangis? Apa yang terjadi? Air mata yang mengalir, sorot mata yang sendu dan rapuh. Suho tidak bisa tertipu lagi dengan wajah yang biasanya terlihat datar dan dingin. Lily yang ia lihat sekarang bukan Lily yang ia lihat  beberapa menit yang lalu saat di kantin.

Lily bukan orang yang akan meneruskan apa yang ia lakukan. Menangis meraung meski dirinya sudah terlihat rapuh. Tidak. Suho bisa melihat itu ketika Lily telah mengubah mimik wajahnya kembali menjadi datar. Menyentak tangannya secara kasar dan melenggang pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaanya.

Suho masih mematung, menyugar rambutnya kebelakang melampiaskan frustasi. Kakinya lemas tidak kuat berdiri hingga ia harus mencari tumpuan pada piano.

Menoleh pada pintu kaca, kosong Lily sudah tidak ada disana. "Bagaimana bisa dia mengetahui lagu ini?" Gumam Suho sambil memejamkan mata. Entah mengapa? Wajah Vian kembali mendominasi semua akal sehatnya. Gadis cantik dan lucu itu, Suho masih tidak percaya bahwa Vian telah pergi untuk selamanya. Limbung, Suho sudah tidak kuat menahan diri. Badannya merosot pada lantai. Air matanya kembali menetes ketika ia menunduk sambil menjabak rambutnya, melampiaskan frustasi.


******




Langkahnya terseok random, tangannya mencari pegangan untuk menumpu beban tubuhnya yang  lemas. Buram, tidak terlalu jelas. Pandangan didepanya mengabur karena air mata yang tidak berhenti meluruh diantara sesak dan pening.

Lily [Completed] TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang