Benedict LoonanApakah sekarang adalah akhir dari segalanya? Hidupku, teman-temanku, kebahagianku. Siapa yang menyangka, aku yang dulu sangat ditakuti, disegani, dan dihormati ini menjadi pecundang yang tak bisa apa-apa tanpa uang.
Trowback
"Semua aset papa akan papa sita."
"Gak bisa! Papa apa-apaan sih?!"
"Benedict Loonan! Apakah kamu belum
Sadar dengan situasi sekarang?!"Pria paruh baya di depan Ben saat ini meneggangkan urat-uratnya, bahkan Ben tau kesalahan nya, teramat paham.
"Keluar dari kediaman Loonan sampai kamu sadar akan perbuatanmu! Dan jangan pakai nama Loonan sebelum kamu sadar."
Disini lah kehancuran Benedict Loonan.
Batin Ben terus bertanya, mengapa begini? Kenapa dia diperlakukan seperti ini? Apa salahnya?
Tentu, manusia angkuh sepertinya tidak tahu apa saja keselahanya. Bahkan bullying, cyber bullying dan pemalsuan identitas dia anggap sekedar kenakalan remaja biasa.
❁ཻུ۪۪⸙͎. Aku bisa berubah?
Aku terduduk di sebuah cafe depan kampusku, entah bagaimana ceritanya bisa-bisanya papa membuangku seperti ini.
Aku berkali-kali mendengus, rasanya sangat pusing. Bahkan aku yang saat ini tidak memiliki uang lagi sepeserpun.
"Hai babe!"
Lamunanku buyar ketika Clarissa gadis yang ku tunggu akhirnya datang, aku menaikan senyumku sangat lebar berharap Clarissa paham keadaanku.
"Oh, hai. Mau pesen apa kamu?" Ku tatap matanya, semoga saja dia tidak ingin pesan apa apa, kumohon.
"Eum. . . Aku mau milkshake aja deh" damn s*it— uangku. . .
Aku hanya mengangguk canggung seraya memamanggilkan pelayan untuk memesankan pesanan gadis ini.
"Clarissa, aku boleh minta tolong sama kamu? Cuma minta tolong kecil kok" aku mengigit kecil bibirku, sumpah demi Tuhan bagaimana cara bicaranya?
"Apa babe? Oh sebelum itu aku mau minta ini dulu"
Clarissa menunjukan ponselnya, aku menatap layar ponsel tersebut dan sedikit menelan ludah. Clarissa menunjukkan gambar tas branded edisi terbaru yang kemarin ia ceritakan. Ya Tuhan, izinkan hambamu ini jadi keong saja
"Bagus kan babe? Aku mau boleh ya?"
Sial, gadis sialan.
"Boleh. . . Tapi sebelum itu aku boleh pin—"
Kalimatku terputus karena pelayan yang datang mengantarkan pesanan.
"Selamat dinikamati ya kakak, jangan di siram ke pacaranya ya kakak."
Aku kembali mendengus, berharap Clarissa tidak akan melakukan itu padaku.
"Kamu tadi bilang apa babe?"
"Hah? Ah itu— apa aku boleh pinjam uangmu dulu? Mungkin sekitar 20juta." Aku menundukan kepalaku, semoga Clarissa memiliki belas kasihan karena saat ini aku benar-benar tidak ada uang lagi.
"Jadi bener kata anak-anak, kamu udah miskin?"
Deg!
"Hah? Kata siapa? Aku ga miskin kok babe, cuma sebentar aja"
Aku mengulurkan tangan, berusaha meraih tangan gadis di depanku agar dia tidak salah paham. Namun kenyataan nya
Byurrrrrr
Oh sh*t.
"DASAR COWOK GA TAU DIRI! MASIH BERUNTUNG GUE MAU SAMA LO! BISA-BISANYA LO MALAH PINJEM DUIT KE GUE? KITA PUTUS."
Cewek sialan, kenapa dia harus berteriak.
Aku hanya bisa menunduk malu, bahkan mengangkat kepala saja rasanya tak mampu.Emosiku menjalar, kepalaku pening rasanya aku ingin menghantam tembok.
"Mas, gapapa?"
Apalagi ini ya Tuhan!
Aku menengok kearah belakang tempat wanita asing yang berbicara tadi.
Aku mendengus kesal
"Lo ga liat baju gua basah?!" Aku membentak wanita ini, salah siapa ia ikut campur urusan orang lain.
Terpaksa aku mengeluarkan simpananku yang hanya sisa 20 ribu, ku taruh di meja tempatku duduk. Semoga saja tidak kurang.
Aku menatap nanar uang terakhirku ini,
Bahkan aku tak bisa merokok hari ini! Sial sekali hidup Benedict Loonan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Destin contrasté
General FictionAthanasia, gadis yang mampu membuatnya tersadar bahwa dunia tidak hanya mengelilingi seorang Benedict Loonan.