31. Bicara

46 9 0
                                    

Happy Reading

◽◽◽

Flashback Onn

Pagi tiba dengan cepat. Remaja laki-laki itu masih tertidur dengan nyenyak nya. Wajahnya menempel pada bantal dan tubuhnya tengkurap. Bukan 'kan itu posisi yang sangat nyaman?

Dion menduselkan wajahnya pada bantal, alarm nya mulai berbunyi hingga menggangu tidur nya. Tiga kali berbunyi, Dion bangkit dari tidur nya. Lalu, duduk sebentar mengumpulkan nyawa.

Mematikan alarm nya di atas nakas, Dion mengucek matanya. Ia buru-buru bangun dan mandi.

Pukul setengah enam pagi, ia sudah siap dengan seragam futsal nya. Atasnya ia balut dengan jaket jeans nya. Kini turun ke lantai bawah, jam segini Bik Yani sedang menyiapkan sarapan.

"Bik, pesenan Dion udah di bikin?"

Tanya Dion pada Bik Yani.

Semalam, sepulang dari mengantar Fia pulang, ia mengetuk kamar Bik Yani untuk membuatkan lagi nasi goreng seperti yang paginya ia bawa. Alasan nya satu, karena Fia suka.

"Sudah, Den Dion."

Dion tersenyun di depan dispenser air. Ia mengisi botol minumnya sendiri. Lalu, ia mengambil kotak makan yang di beri Bik Yani.

Saat hendak berjalan keluar rumah, ia melewati ruang keluarga. Ada Papah dan Mamah nya di sana. Dion sampai bingung sendiri kenapa kedua orangtua nya santai pagi-pagi begini? Biasanya saja sibuk kerja.

"Pa- "

"Mau ke mana kamu, Dion!?"

"Dion mau ke sekolah, latihan futsal kayak biasa nya."

Papah nya menatap nya, tatapan yang tajam membuat Dion sedikit ngeri. Ia kini tau Papah nya itu sedang marah.

"Papah tau apa yang kamu lakuin, Dion. Mau nemuin perempuan itu 'kan?"

"Eng- "

"Seharian kamu sama dia, kamu gak dengerin Papah? Atau memang kamu mau Papah turun tangan, hah?"

"Dion cuma minta waktu, Pah. Gak semudah itu."

"Mudah, kamu tinggal bilang putus sama dia. Dan satu lagi, jauhin dia."

Dion mendecak pelan. Iya, bilang putus memang gampang, tapi melupakan dan merelakan yang susah.

Kini, Dion meletakkan kotak makan tadi ke meja makan. Ia menghela napas panjang dan kemudian mulai berbicara. Matanya menatap bergantian antara Papah dan Mamah nya.

"Oke. Dion turutin permintaan Papah."

"Bagus!"

Flashback Off

Dion tidak tau kenapa dirinya bisa berada di sebuah taman yang terdapat danau di sana. Duduk di rerumputan, kakinya ia lipat dan peluk, ia melamun menatap danau.

Sepi. Mungkin hanya Dion yang malam-malam begini duduk sendirian di taman menatap danau. Tanpa rasa takut.

Ia juga tidak tau kenapa dirinya bisa mengiyakan permintaan Papah nya secepat itu. Belum, ia belum mengatakan 'putus' pada Fia. Hatinya tak tega.

See You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang