Harry Potter, penyihir berkacamata bulat itu sekarang menyantap makan siangnya di aula besar dengan teman-teman asramanya.
Di sana ada Seamus Finnigan, Dean Thomas, Neville Longbottom, dll. Dua sahabat yang setia mendampinginya, Ron Weasley dan Hermione Granger belum terlihat. Ron didetensi oleh Profesor Snape karena belum mengerjakan PR-nya. Sedangkan Hermione... Dia pasti sedang mengobrol dengan Profesor McGonagall soal pelajaran.
"Hei, Harry," panggil Seamus. Mendengar namanya dipanggil, Harry menoleh. "Kau sudah latihan Quidditch hari ini?"
"Belum, mungkin besok. Yang pasti tidak hari ini karena cuaca sedang tidak bagus," jawab Harry. Di tahun keenamnya sekarang, Harry sudah menjadi kapten Quidditch setelah Oliver Wood lulus.
"Iya juga. Kemarin dan hari ini hujan terus," kata Dean nimbrung.
"Tapi aku juga tidak yakin besok. Kalau besok cuaca jelek lagi, terpaksa kuundur. Tergantung cuaca."
"Yeah, quidditch memang harus bergantung paca cuaca," kata Neville sambil mengunyah.
Tiba-tiba saat Harry sedang asyik ngobrol, Hermione datang dengan langkah tegas sekaligus cepat.
"Harry, kau harus menemaniku ke perpustakaan. Ayo!" sahut Hermione sambil menarik tangannya.
"Aku sedang makan siang, Hermione. Nanti sajalah..." Harry melepaskan tangannya dari cengkeraman Hermione.
"Ayolah, Harry. Temani aku saja di sana, oke? Tidak bakalan lama, kok, hanya dua jam."
"Dua jam itu lama, Hermione," kata Seamus sambil tertawa, diikuti Neville dan Dean.
Harry hanya mendesah pasrah. "Ya sudah, tapi tunggu aku selesai makan."
"Iya, baiklah. Tapi cepat."
Setelah selesai makan, keduanya langsung ke perpustakaan. Hermione langsung bergegas mencari buku yang ia cari. Harry mengikutinya dari belakang.
Sambil menunggu Hermione mencari buku, dia mengambil buku di sampingnya dan membacanya secara asal. Dia melihat Hermione menaruh perkamen dan penanya di atas meja.
"Ada apa kau perlu ke perpustakaan? Dan kenapa kau bawa perkamen dan pena segala?"
"Ada tugas tambahan dari Profesor McGonagall untukku saja," jawabnya cepat.
Harry hanya memutar kedua bola matanya. Sahabatnya ini benar-benar rajin. "Harry, kau sudah mengunjungi Hagrid hari ini?"
"Belum. Mungkin sore ini aku ke pondoknya. Kau mau ikut?"
"Sebenarnya aku mau, sih. Tapi sepertinya tidak hari ini. Ada banyak tugas yang harus kukerjakan. Kau tahu sendiri, kan? Kau dan Ron sajalah yang ke sana."
Harry mengiyakan. "Oh ya, Ron ke mana? Dari tadi aku tidak melihatnya dari pukul delapan tadi..."
"Kau tidak tahu dia dihukum?"
"Apa?" Hermione terbelalak. "Dihukum? Kenapa lagi dia?"
"Dia belum mengerjakan PR Ramuan."
"Ap—apa? Jadi dia belum mengerjakan PR-nya Snape!?" tanya Hermione cukup kencang.
"Yap."
"Hhh, tolol benar dia!" umpatnya pelan, namun terdengar jelas di telinga Harry. "Apa kau tidak mengingatkannya kalau ada PR?"
"Sudah, kok. Tapi dia malah ngobrol dengan Seamus dan lainnya hingga larut. Mereka berisik sekali sampai aku tidak bisa tidur..."
"Nah, ini dia!" kata Hermione puas. Buku yang ia cari adalah buku pelajaran Transfigurasi, sesuai dengan materi McGonagall. Dia menarik kursi dan duduk, diikuti Harry.
"Kau adalah orang paling rajin yang pernah kutemui, Hermione," ujar Harry pada satu sahabatnya ini.
Hermione terlihat biasa saja. "Benarkah? Ngomong-ngomong kau orang kedua setelah Ron mengatakan hal ini."
Seorang siswi berdasi Gryffindor lewat bersama dua temannya. Harry terus melihat perempuan itu. Perempuan itu berambut panjang lurus dan berwarna merah. Namanya Ginny Weasley. Dan ya, dia adalah adik perempuan Ron. Ginny tersenyum pada Harry sebelum pergi.
"Harry," panggil Hermione.
Harry diam saja, terus menatapnya walaupun Ginny sudah berlalu. "Harry!"
"Astaga!" kata Harry kaget. "Apa?"
Hermione mengernyit. "Kau... Kau suka pada Ginny, ya?"
"Hah...? Tidak, tidak, aku tidak menyukainya."
"Bohong," tukas Hermione. "Kaukira aku tidak lihat? Kau menatapnya dengan tatapan lain, Harry."
"Mana mungkin aku menyukainya? Dia kan sedang pacaran dengan Dean."
"Mereka sudah putus musim panas tahun lalu."
Harry sedikit kaget, namun ia bersikap pura-pura cuek. "Benarkah? Kenapa?"
"Kata Ginny, Dean itu orangnya cukup membosankan. Tidak berbeda jauh dengan mantan sebelumnya yang murid Ravenclaw. Michael Corner kalau tidak salah. Kau pasti tahu orangnya, dia pernah ikut jadi anggota Laskar Dumbledore."
"Michael Corner..." Harry berpikir. "Yeah, samar-samar..."
"Tapi kata Ginny, Dean masih lebih mending daripada si Corner. Astaga, Harry, kau benar-benar ketinggalan zaman sekali... Apa Ron juga tidak bercerita padamu?"
Harry menggeleng, "Tidak. Sudah, lanjutkan saja tugasmu."
Selagi Hermione melanjutkan tugasnya, Harry masih kepikiran senyuman Ginny tadi.
Ah, sudahlah. Lupakan. Mungkin dia ingin menyapaku saja...